PM juga Manusia (2): Cinta yang Terbeli..

Irma Latifah Sihite 15 Maret 2013

Dalam langkahku, jejak cinta itu telah membatu. Bak prasasti, yang akan tersimpan dalam halaman-halaman sejarah abadi. Mungkin pupus oleh tetesan banyu haru. Namun, telah terekam dalam ingatan, telah terpatri.

Bukanlah akhir bahagia, bukan pula pilu yang mengiris. Sebatas hilang makna dan cinta pun meninggalkan luka. Teriring air mata yang tak berbulir, sungguh ini telah mendapatkan tempat yang patut diingat.

Adalah waktu yang mempertontonkan gambaran cinta yang tak ada masa depannya. Begitu kabur, tak  mendapat pandangan. Tak lagi pantas memuji suci, sebab angka-angkalah yang kini berarti. Cinta, telah terbeli.

Memang ia tak pergi. Masih ada dengan tangannya yang terbuka lebar, siap untuk meraup kebahagiaan. Bahagia yang katanya untuk kita, untuk bersama. Namun, diri bergumam ini bukan untukku lagi. Aku enggan kalau harus larut dalam mimpi lain dan meninggalkan mimpiku sendiri.

Tumpuan kaki mungkin tak sekokoh dulu lagi. Aku akan terbangun lalu terjatuh. Tapi, aku pasti bangkit kembali. Terus begitu, sampai aku bisa merebut segenap dayaku yang telah terhirup oleh kenanganmu. Untuk kemudian berdiri di atas kakiku sendiri dengan pasti.

Tentu aku butuh waktu untuk berdamai dengan hatiku. Meyakinkannya bahwa kami akan tetap padu meski tanpa dia. Meyakinkannya untuk melangkah maju menjemput mimpi. Menanggalkan tumpukan kisah tentangnya dari pundak kami.  Terlebih, aku dan hatiku harus bersepakat bahwa cinta pantas mendapatkan tawaran tak berdigit.

Biarlah hari ini hati terpatahkan. Kalau jodoh pasti akan disatukan. Lagipula, selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah kehormatan.  


Cerita Lainnya

Lihat Semua