Menggambar Lebak #5: Go..Go..Gobang..!!

Irma Latifah Sihite 13 Maret 2013

Selalu ada kali pertama untuk setiap hal yang kita lakukan dalam hidup ini. Dan di sinilah banyak hal terjadi untuk kali pertamanya dalam hidupku. Di sini, di Gobang.

Gobang, kampung yang menjadi rumah kedua rekanku Devita. Sebuah kampung yang masuk ke suatu kecamatan bernama Curugbitung. Salah satu garis terluar Kabupaten Lebak. Kampung ini sesungguhnya lebih dekat ke kabupaten lain, ketimbang ke pusat Lebak sendiri.

Kampung ini di kelilingi oleh kehidupan yang tidak lagi dapat dikatakan kampung. Sedih memang. Hanya berjarak 1 km dari jalan hitam yang merupakan salah satu jalan lintas antar kabupaten antar propinsi. Tapi Gobang, seperti terkungkung oleh pembangunan di luar sana.

Jalannya hanya selebar  1 meter, semakin mendekati pemukiman semakin kecil hingga hanya cukup 1 motor saja. Untungnya, jembatan menuju kampung sudah dibangun. Jadi, kami tidak perlu lagi menaiki getek jika ingin ke Gobang. Tetapi, apabila ingin ke kampung tertentu dari Gobang masih harus menyeberangi sungai dengan getek.

Gobang menyimpan banyak kisah. Kisah tentang sumur yang kering dan keharusan mandi di sungai atau tidak sama kali. Bagiku, ini begitu berkesan. Kali pertama mandi di sungai sepanjang usiaku. Bermandikan air sungai itu adiktif ternyata. Belum lagi, Mak Sukemi (Emak Devita) langsung menyiapkan samping terbaik sebagai basahan ketika mandi. Semakin menagih.

Lalu, kisah tentang curug mungil yang menjadi harapan akan air bersih untuk minum dan masak. Perdana membawa air dalam dua jeregen berukuran sedang, juga terjadi di Gobang. Dengan bantuan sebatang bambu kecil, lalu mengangkatnya di pundak. Bukan hal ringan, bagiku. Anak-anak di sini hanya bisa tersenyum melihatku melakukannya. Sebab, mereka bisa melakukannya lebih baik. Tanpa takut airnya akan tertumpah, tanpa takut kaki salah melangkah.

Begitupun kisah tentang silat iding yang masih terjaga. Berlatih silat pun, di sini baru aku rasakan. Ternyata tak sembarang latihan, ada prosesi yang harus dilewati. Tak perlu lari keliling lapangan seperti warming ketika olah raga. Cukup duduk saja, lalu tanganmu akan diurut oleh ahlinya sambil didoakan. Bagiku, ini seperti prosesi membuka aliran Chi dalam Kung Fu. Setelahnya kau siap berlatih silat dengan iringan gendang sunda yang menghentak.

Pak Mbang-lah yang menjadi sosok pelestari salah satu peninggalan budaya Lebak itu. Hentakan gendang dari tangan Pak Mbang menemani malam-malam di Gobang. Alunannya membangunkan alam. Mengajak semesta menyatu dengan jiwa. Lalu, menyerap auranya. Jika, siap kau bisa melangkah ke tangga selanjutnya. Yang ini, sedikit mistis memang. 

Tentu, tiap kali pertama yang tercatatkan dalam perjalanan ini sukar untuk terhapus. Begitulah kiranya bagaimana Gobang meninggalkan kesan. Go...go...Gobang..!!!


Cerita Lainnya

Lihat Semua