Wajah Daerah Halmahera Selatan (2)
Ikhsan Abdusyakur 9 November 2011Sawangakar, tempat yang sudah banyak kami perbincangkan sebelumnya sebagai tempat yang cukup terpencil diantara penempatan - penempatan lain, salah satu kriteria yang menjelaskan tentu belum ada listrik PLN yang masuk, dan kondisi geografis yang cukup terpelosok mengakibatkan sinyal telekomunikasi tidak terjangkau.
Sesampainya kami di Sawangakar, segala hal yang kurang tentang desa ini menjadi sirna, ketika puluhan anak SD berbaris di dermaga menyambut kedatangan Pak Guru baru mereka dengan membawa sebuah tulisan besara, “Selamat Datang Pak Ady” , luar biasa antusiasme anak – anak SD Sawaagakar , dalam sebuah keterbatasan , kerinduan akan Pendidikan begitu tinggi.
Setelah bersambut dan bersalaman kami segera menuju rumah Guru yang dibangun di desa Sawangakar, ini juga merupakan keiistimewaan luar biasa dari Desa sawangakar. Kepedulian yang sangat tinggi dari warga desa, melahirkan sebuah ide yang menarik untuk keberlanjutan hidup para Guru, sebuah rumah panggung yang kokoh berdiri di tepi laut, tepat berada di depan sekolah, Lengkap dengan perpustakaan besar di dalam, serta berbagai poster ilmu pengetahuan menempel di dinding rumah Guru tersebut. Sebuah gambaran yang mendalam tentang arti penting pendidikan bagi warga Desa yang notabene penuh dalam keterbatasan.
Desa Belang – Belang, adalah tujuan akhir perjalanan panjang ini, tapi sebelumnya Desa Tora Subang dimana Anita bertugas menajdi perhentian berikutnya, hal yang menarik dari desa tora Subang adalah sebagian besar rumah yang berdiri adalah rumah panggung, atau rumah yang dibangun diatas tepi laut, ini adalah ciri khas dari sebagian besar warga yang bertempat tinggal di desa Tora Subang yaitu berasal dari Suku Bajo. Keunikan dari berbagai suku di Halmahera Selatan akan saya ceritakan di tulisan – tulisan berikutnya.
Tibalah kami pada penantian akhir, Desa dimana saya akan ditempa untuk satu tahun kedepan, dari berbagai cerita yang saya peroleh, desa Belang Belang berada di teluk sehingga laut cukup tenang, jika dibandingkan dengan desa yang lain, tidak ada pantai yang membentang, dengan rumah – rumah yang berada tepat di pinggir laut, keadaannya tidak seindah gambaran Desa – desa sebelumnya.
100 meter dekat sudah spit kami sebelum sampai pada tepi dermaga, dari jauh terlihat kerumunan anak kecil berada di atas dermaga, dengan memakai seragam olahraga berwarna merah muda, mereka telah menunggu saya hadir di rumah pendidikan Desa Belang – belang. Tak bisa saya gambarkan dengan kata – kata, tetapi penyambutan tersebut merupakan suntikan terbesar hingga saat ini untuk menjalankan kehormatan ini dalam satu tahun kedepan.
Desa yang tidak luas, beberapa langkah saja kami dapat mencapai rumah singgah kami, dipenuhi warga sekitar yang dengan senang hati menyambut kami, merupakan tanggung jawab yang besar pada saya, melihat kepercayaan warga Desa terhadap mahasiswa – mahasiswa yang mengabdikan dirinya disini.
Lelahnya perjalanan 6 jam menelusuri lautan mengantarkan kepergian setiap dari kami, terbayar tuntas dengan wajah Halmahera Selatan yang begitu mempesona, ditambah kehangatan suasana Desa Belang – Belang menyejukkan perasaan, melupakan lelah, mengingatkan kembali tanggung jawab besar menanti kedepan.
Sawangakar, tempat yang sudah banyak kami perbincangkan sebelumnya sebagai tempat yang cukup terpencil diantara penempatan - penempatan lain, salah satu kriteria yang menjelaskan tentu belum ada listrik PLN yang masuk, dan kondisi geografis yang cukup terpelosok mengakibatkan sinyal telekomunikasi tidak terjangkau.
Sesampainya kami di Sawangakar, segala hal yang kurang tentang desa ini menjadi sirna, ketika puluhan anak SD berbaris di dermaga menyambut kedatangan Pak Guru baru mereka dengan membawa sebuah tulisan besara, “Selamat Datang Pak Ady” , luar biasa antusiasme anak – anak SD Sawaagakar , dalam sebuah keterbatasan , kerinduan akan Pendidikan begitu tinggi.
Setelah bersambut dan bersalaman kami segera menuju rumah Guru yang dibangun di desa Sawangakar, ini juga merupakan keiistimewaan luar biasa dari Desa sawangakar. Kepedulian yang sangat tinggi dari warga desa, melahirkan sebuah ide yang menarik untuk keberlanjutan hidup para Guru, sebuah rumah panggung yang kokoh berdiri di tepi laut, tepat berada di depan sekolah, Lengkap dengan perpustakaan besar di dalam, serta berbagai poster ilmu pengetahuan menempel di dinding rumah Guru tersebut. Sebuah gambaran yang mendalam tentang arti penting pendidikan bagi warga Desa yang notabene penuh dalam keterbatasan.
Desa Belang – Belang, adalah tujuan akhir perjalanan panjang ini, tapi sebelumnya Desa Tora Subang dimana Anita bertugas menajdi perhentian berikutnya, hal yang menarik dari desa tora Subang adalah sebagian besar rumah yang berdiri adalah rumah panggung, atau rumah yang dibangun diatas tepi laut, ini adalah ciri khas dari sebagian besar warga yang bertempat tinggal di desa Tora Subang yaitu berasal dari Suku Bajo. Keunikan dari berbagai suku di Halmahera Selatan akan saya ceritakan di tulisan – tulisan berikutnya.
Tibalah kami pada penantian akhir, Desa dimana saya akan ditempa untuk satu tahun kedepan, dari berbagai cerita yang saya peroleh, desa Belang Belang berada di teluk sehingga laut cukup tenang, jika dibandingkan dengan desa yang lain, tidak ada pantai yang membentang, dengan rumah – rumah yang berada tepat di pinggir laut, keadaannya tidak seindah gambaran Desa – desa sebelumnya.
100 meter dekat sudah spit kami sebelum sampai pada tepi dermaga, dari jauh terlihat kerumunan anak kecil berada di atas dermaga, dengan memakai seragam olahraga berwarna merah muda, mereka telah menunggu saya hadir di rumah pendidikan Desa Belang – belang. Tak bisa saya gambarkan dengan kata – kata, tetapi penyambutan tersebut merupakan suntikan terbesar hingga saat ini untuk menjalankan kehormatan ini dalam satu tahun kedepan.
Desa yang tidak luas, beberapa langkah saja kami dapat mencapai rumah singgah kami, dipenuhi warga sekitar yang dengan senang hati menyambut kami, merupakan tanggung jawab yang besar pada saya, melihat kepercayaan warga Desa terhadap mahasiswa – mahasiswa yang mengabdikan dirinya disini.
Lelahnya perjalanan 6 jam menelusuri lautan mengantarkan kepergian setiap dari kami, terbayar tuntas dengan wajah Halmahera Selatan yang begitu mempesona, ditambah kehangatan suasana Desa Belang – Belang menyejukkan perasaan, melupakan lelah, mengingatkan kembali tanggung jawab besar menanti kedepan.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda