info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Gadis dengan lantang membacakan 'Sarjana-Sarjana Biadab'

Ice Nopianti 25 Februari 2014
“Jadi ada lomba puisi juga besok?” aku kaget mendengar berita dari mahasiswa UNDANA yang sedang membuat event lomba cerdas cermat MIPA dan puisi sebagai bagian dari pengabdian pada masyarakat. “Kan sudah diantar undangannya hari sabtu ke setiap sekolah” okay fix kepala sekolah belum mensosialisasikan, beliau hanya bilang ada cerdas cermat MIPA. Itupun tidak sempat merekrut dengan maksimal, di apel siang aku hanya tanya guru-guru lalu langsung ke anak-anak siapa yang berminat. Sama sekali tanpa persiapan kami tak berharap banyak. Aku seketika mencari kepala sekolah diantara guru-guru yang mengikuti seminar ‘Menjadi Guru Professional’. Ternyata kepsek menunggu surat dari Cabang Dinas. Seperti biasa yang kulakukan kepada guru-guru, kepsek aku yakinkan kalau anak-anak butuh dilatih ikut lomba untuk menumbuhkan sikap kerja keras dan jiwa sportifitas. Setelah seminar selesai aku dan salah seorang guru buru-buru meluncur ke rumah operator sekolah untuk menumpang ngeprint tiga puisi yang baru saja aku temukan di Internet. Aku copy untuk enam orang anak. Dalam hati aku tak tahu dimana menemukan enam orang anak ini. Aku juga sekalian ngeprint nilai ujian anak-anak semester ini yang sudah aku dongkrak 30 poin masih saja dibawah KKM yang sudah jauh aku turunkan dari standar. So, aku baru selesai jam empat sore. Aku tahu anak yang rumahnya mudah di jangkau. Pertama Debri dan Grace kebetulan mereka sedang berada di rumah Grace. Beruntung mama mereka mendukung dan membantu menyemangati agar mereka mengeraskan suaranya karena suara Debri masih belum dari perut. Aku dan Ibu Werni melatih mereka dua kali karena aku harus buru-buru ke rumah anak-anak yang lain, mungkin Intan. Byuuur... hujan lebat di musim hujan ini seharusnya sudah aku prediksi. Aku tak mungkin menunggu hujan karena sebentar lagi jalan kerumahku sudah gelap. Oh no, aku lupa ada Gadis disebelah rumah Intan. Aku hanya menyerahkan kertas puisi itu berharap Gadis membacanya. Paginya aku hanya mampir ke sekolah. Beberapa guru tidak tahu kalau anak-anak langsung ke lokasi acara di SDI Oele untuk menonton cerdas cermat. Guru-guru dan kepala sekolah ternyata juga menuju lokasi lomba senang akhirnya mereka mendukung anak-anak dengan kehadiran mereka. Sambil menunggu acara dimulai, Pak Tulle berbaik hati menampung anak-anak di rumahnya yang kebetulan dekat SDI Oele. Maklum anak-anak biasanya main di jalanan sekolah mereka yang jaraknya 500 meter dari jalan raya. Gadis Malelak adalah gadis kecil baru kelas 5 SD yang tanpa aku duga jago membaca puisi. Puisi ‘Sarjana-Sarjana Biadab’ ia bacakan dengan suara lantang dan penuh penghayatan. Gadis mendapat juara II. Menurut Gadis ia lupa menggerakkan tangan ketika tampil. Don’t worry Gadis itu justru menunjukkan bahwa kamu sangat menghayati puisimu sampai-sampai kamu lupa gerakan tangan yang sempat diajarkan oleh ibu Linda dan ibu Ena ketika di rumah pak Tulle. Sebenarnya Intan Juwita juga hebat berpuisi malah Intan membawakan puisi karyanya sendiri, judulnya ‘Terimakasih Mama’. Mungkin Tuhan masih ingin Intan belajar mengasah sportifitas dan mengatasi kekecewaan. Dua tim yang ikut cerdas cermat belum diberi kesempatan menang. Tidak apa Refan, walaupun kamu gugup kamu masih bisa jawab benar 1 pertanyaan. lebih sering ikut lomba ya biar belajar mengatasi kegugupan. Keep fighting Intan J, Gadis, Grace, Debri, Joy, Intan, Refan dan semua anak-anak Rote Selatan yang sudah berani tampil.

Cerita Lainnya

Lihat Semua