info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

PAK ITAM, DASAR NUAN MENSIA BAIK HATI!!!

Hilda Lu'lu'in Nanda Alfira Devi 7 April 2013

“Siap Bos!!Eike siap mengantar kemanapun ente pergi!” balasan singkat sms Tampeng padaku tiap kali aku minta tolong diambil dari Desa Teluk Aur menuju Putussibau.

Hidup di Desa yang tidak dapat ditempuh melalui jalan darat membuatku agak sulit pergi keluar desa tanpa bantuan orang lain. Speed boat yang biasa mengantarkan orang-orang ke Putussibau hanya ada di Bunut,ibu kota kecamatan. Teluk Aur yang terletak lebih jauh dari Bunut menyebabkan tak banyak orang yang rela menjemput orang Desa Teluk Aur yang ingin pergi ke Putussibau, ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu. Namun demikian masih ada beberapa ojek speed yang bersedia menolong menjemput kami di desa menuju kota. Salah satunya Tampeng, ojek speed idolaku.

Orang-orang memanggilnya Pak Itam alias Paitam alias Tampeng. Yah karena memang beliau memiliki kulit yang hitam akibat setiap hari bekerja dibawah sengatan sinar matahari melayani orang-orang yang ingin bepergian dari Bunut-Putussibau atau sebaliknya. Pertama aku mengenalnya karena ojek speed yang biasa dipesan ayahku penuh, akhirnya aku mencoba beralih ke Paitam dan aku langsung terpesona pada ojekan pertama. J

Paitam sudah lebih dari lima belas tahun bekerja sebagai ojek speed. Sebelum menjadi ojek speed, beliau bekerja menjadi pemotong kayu hutan dari sebuah perusahaan swasta. Kayu yang semakin habis menyebabkan banyak pekerjanya di PHK. Oleh karena itu, paitam berpindah profesi menjadi  ojek speed pergi pulang setiap hari ke Putussibau. Capek?pasti. Kepanasan? Sudah tentu. Kalimantan barat tepat di garis khatulistiwa. Kehujanan?hampir setiap hari. Kena tipu orang?berkali-kali. Kerja keras yang luar biasa dijalani Tampeng hanya untuk sebuah alasan. BIARLAH SAYA BERPENDIDIKAN RENDAH YANG PENTING ANAK-ANAKKU BISA SEKOLAH SETINGGI MUNGKIN. Dan aku sangat kaget ketika Tampeng akhirnya mengaku bahwa dua anaknya telah lulus Sarjana dan seorang lagi sedang kuliah di bidang kesehatan. “Kalau ingat susahnya kami bayar sekolah anak-anak dulu, rasanya nak nyangka anak-anak aku sekarang bisa jadi orang , Da.” Tutur Tampeng dengan wajah  saat berbinar-binar mengingat masa lalu.

“ Dulu Aku bisa sampai dua kali bolak-balik ke Putussibau. Uang ku tabung buat sekolah anak-anak. Malam hari selepas pulang bawa speed, aku nolong  istri aku jualan kue. Untung Istri aku orangnya sedikit galak. Jadi anak-anak mudah diatur, Da. Dulu banyak orang yang hina aku. Kata mereka ndak mungkin aku bisa nyekolah anak sampai sarjana. Nyuruh susah diri. Mimpi ketinggian.” Ungkap Tampeng sambil tersenyum. “Tapi alhamdulillah, sekarang mimpi ketinggian itu sudah jadi nyata.  Orang-orang yang dulu menghina sudah tidak banyak bicara lagi. Dan lebih senangnya lagi, sekarang banyak ojek-ojek speed yang ikut menabung biar bisa nyekolah anak, contohnya bang syukur itu. Uang hasil speed ditabung juga untuk sekolah anaknya. Anaknya mau kuliah di Jawa”lanjut Tampeng.

Aku tidak menyangka dibalik penampilannya yang bersahaja, tersimpan cita-cita yang tinggi dan perjuangan yang luar biasa. Yah, Dasar Tampeng orang baik. Tak jarang dia memberikan penumpangnya pada teman-temannya yang tidak mendapatkan penumpang. Tak jarang ia mengantarkan anak-anak desaku yang sekolah di kecamatan pulang ke desaku Teluk Aur secara cuma-cuma. Tak jarang dia memberikan diskon pada penumpangnya, dan khususnya padaku J. Tak jarang dia tidak mau dibayar saat teman-temanku sesama PM menitipkan barang dari Putussibau ke desaku. Tampeng sangat menghormati guru dan sangat mendukung apapun yang berhubungan dengan pendidikan anak-anak di desanya dan sekitarnya. Tampeng sangat menghargai guru, dan yang akan selalu ku ingat jika aku menumpang speednya adalah saat ditanya orang lain “Nuan baik sopa, Tam?” maka ia akan menjawab “ Aku sedang membawa Ilmu.”


Cerita Lainnya

Lihat Semua