Tentang hari-hari pertama mengajar (part II)
Herry Dharmawan 4 Agustus 2012Strategi awal tahun
Kembali ke topik, pada minggu pertama ini saya memiliki sejumlah rencana yang -alhamdulillah- sebagian telah berjalan dan sebagian masih dalam tahap persiapan. Semoga sedikit cerita ini mampu menjadi bahan diskusi bagi sesama guru dan tentunya kepada para Pengajar Muda :)
Perkenalan
Pada kesempatan pertama saya bertemu anak-anak, saya mencoba menggali beberapa informasi penting yang akan saya gunakan dalam menganalisis perkembangan tiap anak. Kesempatan saat perkenalan saya jadikan momen untuk mengenal mereka satu persatu.
Dimulai dengan contoh yang saya berikan di depan kelas.
"Halo anak-anak, selamat pagi. Nama bapak Herry Dharmawan. Kalian bisa memanggil bapak dengan panggilan Pak Herry. Umur bapak 24 tahun. Hobi bapak bermain bola dan membaca buku" kemudian saya minta mereka satu persatu untuk melanjutkan perkenalannya di depan kelas.
Pada awalnya perkenalan berjalan mulus walaupun volume suara mereka masih terdengar sangat kecil dan malu-malu. Tapi ketika perkenalan sudah mencapai setengah kelas, suara mereka mulai membesar. Namun sayang kondisi kelas juga sudah mulai tidak kondusif karena beberapa anak sudah mulai asik sendiri ngobrol bersama teman sebangkunya.
Karena tak ingin kehilangan "hak mengajar", maka saya memutuskan untuk melakukan pengalihan fokus dengan mengajak mereka menggambar bersama. Saya menggambar di depan kelas kemudian saya minta mereka ikut menggambar di buku mereka masing-masing. Tiba-tiba suasana kelas riuh rendah. setelah yakin suasana kelas mulai kondusif, saya pun kembali melanjutkan perkenalan.
Membuat nama kelas
Terinspirasi dari mbak Ambar yang memberi nama kelasnya menjadi 'kelas matahari', maka saya pun berinisiatif membuat nama kelas sendiri. Berangkat dari pengamatan bahwa dengan adanya identitas kelas, anak-anak cenderung lebih mudah mengingat dan "mengarsipkan" semua pengalaman belajarnya dalam sebuah kotak bernama kelas tersebut. Selain itu saya juga berharap dengan adanya identitas bagi kelas IV , akan tercipta semangat kekompakan dan kekeluargaan diantara mereka.
Tapi apa ya nama kelas yang bagus untuk kelas ini? Terlintas untuk tetap menggunakan nama kelas matahari, tapi saya khawatir nanti arsip memori kelas IV saya akan bertabrakan dengan kelas IV mbak ambar. (alesan, padahal mah sebenernya gengsi kalo namanya sama :p)
Akhirnya saya memilih nama kelas yang paling cocok dan memiliki filosofi yang saya sukai, yaitu "Kelas Bintang".
Ya, saya ingin sekali menjadikan semua anak di kelas sebagai juara. Keinginan saya tersebut mulai saya tanamkan sejak awal kepada mereka dengan membuat panggilan khusus bagi mereka.
Jika saya panggil "Kelas Bintang?", maka mereka akan menjawab "pasti juara!".
(Aaah, lagi-lagi saya teringat dengan pelatihan saat di camp dulu. Terimakasih ibu wei, ibu elke dan ibu ruth :D )
Pemilihan pengurus kelas
Kegiatan ini memang sudah lumrah dilakukan di setiap awal tahun ajaran. Tapi saya tidak ingin momen ini hanya menjadi rutinitas biasa-biasa saja di setiap awal tahun. "Jika awalnya tidak gila, maka seterusnya akan biasa-biasa saja" demikian kutipan dari Albert Einstein. Dalam hemat saya momen ini justru berharga untuk mengajarkan anak-anak secara efektif tentang kepemimpinan dan demokrasi.
Pemilihan saya awali dengan paparan tugas dan tanggungjawab para pengurus kelas. Ketua kelas, wakilnya, sekretaris dan bendahara. Semua merupakan tugas penting dan berat jika tidak dijalankan dengan sepenuh hati. Saya juga mendorong agar anak-anak mau mengajukan dirinya, bukan dengan menunjuk orang lain seperti yang biasa mereka lakukan dari tahun ke tahun. Alhamdulillah setelah saya berikan motivasi, semua pos dapat terisi dan itu bermula dari inisiatif mereka sendiri.
Kemudian saya mulai memberikan tantangan kepada para pengurus kelas. Jika di kelas-kelas lain sewaktu pembagian piketnya langsung dibacakan oleh wali kelas masing-masing, seperti yang biasa mereka lakukan dari tahun ke tahun, maka tahun ini saya minta para pengurus kelas-lah yang memimpin diskusi untuk menentukan jadwal piket dan menentukan peralatan kelas apa yang harus mereka bawa sebagai inventaris kelas. Alhamdulillah, lagi-lagi rencana saya berjalan dengan baik. Terlihat bahwa mereka semua antusias terlibat dalam diskusi.
Pengaturan tempat duduk
Hal ini pasti sudah tak asing lagi. Intinya, dari ke-16 anak di kelas IV ini saya mau agar semuanya saling mengenal dan bisa kompak satu sama lain. Selain itu pengaturan tempat duduk juga diharapkan bisa mendorong semangat mereka untuk belajar lebih giat , karena variasi per minggu nya.
Pesawat & langit harapan
Kegiatan ini terinspirasi dari blog salah seorang PM dan kemudian saya mengadaptasinya menjadi kegiatan perkenalan di awal masuk tahun ajaran baru.
Hal itu saya lakukan karena ingin mengenal setiap anak-anak berdasarkan mimpi mereka. Berangkat dari mimpi itulah kami akan berjuang bersama selama satu tahun kedepan. Namun berdasarkan pengalaman, anak-anak seusia ini memang sering kesulitan jika diminta bercerita tentang cita-cita. Sehingga saya pun berinisiatif membuat simulasi pesawat cita-cita dan langit harapan.
Pesawat yang merupakan kertas origami berwarna-warni itu saya analogikan sebagai cita-cita mereka, kemudian kertas karton biru itu adalah langit harapan mereka tempat pesawat-pesawat itu beterbangan. Saya juga sempat menjelaskan kepada mereka bahwa sejak dahulu manusia selalu bermimpi untuk terbang bebas, layaknya burung. Sudah tak terhitung jumlah orang yang gagal dalam mengejar mimpinya tersebut, bahkan tak jarang hingga meregang nyawa. Namun para pengejar mimpi itu tak pernah berhenti. Hingga tibalah sebuah masa dimana ilmu pengetahuan dan imajinasi bertemu, membuat manusia kini mampu terbang dan berpindah dengan cepat dari satu tempat ke tempat lainnya. Dari cerita itu saya menekankan betapa perlunya mereka bercita-cita, tak peduli seberapa sulit dan tingginya.
Kegiatan ini cukup menarik perhatian seisi sekolah, karena setelah selesai membuat pesawat saya mengajak mereka menerbangkan pesawat cita-citanya di lapangan sekolah dan melihat pesawat siapa yang bisa terbang paling jauh.sontak semua anak-anak kelas lain keluar kelas untuk melihat apa yang mereka lakukan. Setelah itu pesawat mereka masing-masing saya tempelkan di kertas karton biru kemudian kami bersama letakkan di dinding belakang kelas.
Namun kesulitan yang timbul adalah sebagian besar dari mereka hanya mengenal profesi guru, bidan dan petani. Dan sejauh-jauhnya cita-cita mereka hanyalah menjadi pemain sepakbola profesional, itupun setelah saya sebutkan ('-__-)a
Dengan demikian semakin jelas-lah bahwa tugas saya adalah untuk membuat anak-anak ini mau dan mampu bermimpi besar untuk masa depan mereka.
Diary harian dan buku bintang
Kegiatan ini terinspirasi dari buku pak Ken Soetanto, profesor tiga bidang dari Indonesia yang berhasil menjadi dosen inspiratif di jepang.
Konon beliau membiasakan kepada mahasiswanya untuk membuat pesan 3 baris di secarik kertas setiap selesai kuliah. Dari sana pak Ken dapat mengevaluasi jika ada penyampaian materi yang tidak efektif.
Namun bagi saya,yang menarik adalah mengamati perkembangan anak dari hari ke hari dan membaca kesan pesan mereka yang terkadang tidak berhubungan dengan materi pelajaran sama sekali.
Kegiatan ini saya namakan “catatan harian bintang” dan buku yang mereka tulis saya beri nama “buku bintang”. Alhamdulillah, kegiatan ini dapat dikatakan berhasil dan ada beberapa diary menarik yang berhasil saya dokumentasikan.
"Aku senang karena bernyanyi bersama bapa(k) dan bernyanyi bersama teman. Dan aku juga senang bermain bersama bapa(k). Permainan itu sangat lucu. Yang satu dua tiga bom dan siapa yang kalah akan dihuku(m) joget di depan. Dan aku juga senang karena melihat bapa(k) berjoget. Bapa(k) itu sangat lucu. Dan aku senang karena bernyanyi bersama teman dan aku senang karena belajar bersama teman."
–Yusnia-
Mengharukan bukan? :')
Penghargaan Afektif: "Bintang Kelas"
Setelah mendapatkan materi multiple intelligence dan membaca buku "gurunya manusia" karya pak Munif Chatib, saya semakin yakin bahwa memang tidak ada anak yang bodoh dan nakal. Seringkali cap-cap negatif dari lingkungan yang justru menguatkan karakter-karakter dalam diri anak. Selain itu saya juga menyadari bahwa setiap anak pasti memiliki kelebihan dalam bidangnya masing-masing. Yang dibutuhkan hanyalah stimulasi yang tepat dan kemampuan menjelajahi (discovering ability) potensi anak. (special thanks to pak munif yang telah membuat kami menangis, tertawa dan terkagum-kagum saat pelatihan. Bravo untuk gurunya manusia!)
*Karena itu, sekali lagi.. Berbanggalah wahai para guru di pelosok negeri! Karena jika anda melakukan tugas dengan sepenuh hati, maka dari tangan anda akan lahir pahlawan-pahlawan bangsa berikutnya. Semoga pahala dan kebaikan yang akan anda terima tidak akan putus-putusnya mengalir ke tabungan amal kebaikan kelak. Amiin =)
Berangkat dari keyakinan itulah saya berinisiatif membuat penghargaan dari segi afektif dan psikomotorik. Pertama-tama saya jelaskan kepada anak-anak bahwa juara kelas -bagi saya- bukan hanya yang mendapat nilai tertinggi saat ujian, tapi juga anak-anak yang mau berbuat baik, menolong teman, mengerjakan tugas tepat waktu dan mematuhi guru.
Kemudian saya jelaskan mengenai penghargaan afektif bernama bintang kelas. Saya sebutkan bahwa setiap anak yang memperlihatkan sikap positif akan saya berikan tambahan poin berupa bintang yang akan ditempel di depan kelas, kemudian diakumulasi di akhir semester. Bagi yang mendapat bintang terbanyak, akan mendapat hadiah sama seperti juara kelas.
Tidak selesai sampai situ saja, saya juga menjelaskan bahwa setiap anak dalam kelas ini adalah juara. Maka saya meminta mereka untuk bersungguh-sungguh dalam semua pelajaran. Bukan tidak mungkin nanti di akhir semester akan ada penghargaan untuk juara lari tercepat, juara kerapihan, juara menggambar, juara bermain karet dan sebagainya. Intinya saya memotivasi mereka untuk memberikan yang terbaik dalam setiap kesempatan. "Give it your best shot!" kalo kata orang jawa mah :p
Dari metode ini pun saya menemukan beberapa special moment yang terjadi di dalam kelas. Ada yang mendapat bintang karena membantu temannya mengerjakan pesawat kertas, ada yang karena menulis buku hariannya dengan rapih dan juga bermakna, ada pula yang karena cita-citanya spesial dan cukup spesifik: ingin menjadi polisi karena mau menangkap penjahat :)
Buku tabungan kelas
Kegiatan ini terinspirasi dari sekolah tempat saya melakukan simulasi dan latihan mengajar ketika camp dulu di Purwakarta. Saat itu wali kelas III sedang membiasakan anak-anak di kelasnya untuk menabung per hari dan kemudian uangnya akan dikembalikan di akhir semester. Uang yang terkumpul pun tidak kecil, cukup untuk kegiatan-kegiatan kecil di akhir tahun ajaran.
Hal ini memang belum saya lakukan di kelas. Insya Allah saya berencana agar anak-anak cukup membayar iuran seribu rupiah saja perminggu, agar tidak memberatkan mereka. Sekali lagi, yang terpenting adalah kesadaran mereka untuk menabung terasah sejak dini. Dan tentunya supaya bendahara kelas yang telah terpilih terbiasa bertanggung jawab sejak dini :D
Hari perpustakaan
Terakhir, saya berencana untuk membuat sebuah hari khusus dalam seminggu dimana proses pembelajaran dipusatkan di perpustakaan. Hal tersebut berangkat dari kondisi perpustakaan yang tidak pernah ramai dikunjungi murid-murid, padahal persediaan bukunya sudah sangat baik berkat bantuan dari Indonesia Menyala (terimakasih para penyala ^^ )
Mata pelajaran yang jadi pilihan pun bisa beragam. Dalam gagasan saya, saat mata pelajaran matematika anak-anak dapat mengaplikasikan pelajaran statistik dengan melakukan pendataan buku dan klasifikasi. Dalam mapel IPA mereka bisa membaca buku-buku ensiklopedia yang tersedia. Dan dalam mapel bahasa tentunya, guru bisa membacakan mereka dongeng ataupun meminta siswa meresensi buku.
Demikianlah sedikit cerita yang bisa saya bagikan dari hari-hari pertama saya mengajar di SDN 04 Kepala Gurung. Semoga dapat memberi manfaat =)
"Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya"
_Herry Dharmawan_
Pengajar Muda IV Kapuas Hulu
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda