info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Rusman, Menguji Gagasan di Sekolah

Hari Triwibowo 17 Februari 2015

Bagi Rusman (47), menjadi kepala sekolah sama halnya dengan menjadi kepala keluarga. Selain bertanggung jawab terhadap diri sendiri, ada pula tanggung jawab terhadap anggota keluarga lainnya. Memasuki tahun ketiganya sebagai kepala sekolah, ia mengaku masih harus menyelesaikan banyak pekerjaan rumah.

Mengawali karier kependidikan sebagai guru, Rusman mengajar di SDN 19 Inp. Limboro, Kec. Sendana, Kab. Majene. Empat tahun mengajar di sekolah yang berada di pegunungan tersebut, ia pindah tugas. “Di Limboro, saya mengajar hingga tahun 1999. Setelah itu dipindahtugaskan ke SDN 21 Inp. Totolisi,” ungkap Rusman.

Pada 2001, untuk kedua kalinya lulusan S1 PGSD Universitas Terbuka ini mengalami mutasi. Kali ini, ia pindah ke sekolah yang jaraknya relatif lebih dekat dari rumah. Sebelas tahun mengajar di sekolah tersebut, Rusman kemudian mengikuti seleksi nasional calon kepala sekolah.

“Tahun 2012 saya mengikuti seleksi calon kepala sekolah. Seleksi tersebut pertama kalinya dilaksanakan secara nasional. Ketika dinyatakan lulus, saya ditugaskan di SDN 10 Inp. Pelattoang, Majene,” ujar ayah empat anak ini. 

Memulai langkah baru di dunia kependidikan sebagai kepala sekolah (kepsek), Rusman menyadari, ada tanggung jawab lebih besar yang harus  dijalankan.

“Dulu sewaktu jadi guru ‘hanya’ bertanggung jawab penuh terhadap siswa di kelas saja. Saat jadi kepsek, saya juga harus bertanggung jawab terhadap siswa, guru, pegawai, orangtua siswa, dan masyarakat sekitar,” terang Rusman.

Menurut Rusman, setidaknya ada tiga peran yang harus ia praktikkan sebagai kepala sekolah. Pertama, peran sebagai pemimpin (leader). Ia katakan bahwa peran ini mengharuskan kepsek untuk dapat membangun kerja sama dengan entitas lain, seperti guru, pegawai perpustakaan, bahkan masyarakat umum.

Kedua, peran sebagai manajer. Pria kelahiran Totolisi, 5 April 1967 ini mengungkapkan, seorang kepsek perlu memiliki kemampuan pengelolaan yang baik. Ia mencontohkan, di dalam pengelolaan sumber daya manusia, kepsek harus mempertimbangkan kemampuan setiap personil, saat akan ditempatkan sebagai guru kelas ataupun guru mata pelajaran.

“Contoh lainnya, dalam hal pengelolaan keuangan. Sudah sewajarnya kepsek melakukan monitoring terhadap bendahara setiap kegiatan. Hal ini bertujuan agar penggunaan dana di sekolah menjadi jelas dan transparan,” tambah Rusman

Yang ketiga adalah peran kepala sekolah sebagai agen perubahan. Rusman berpandangan bahwa suatu sekolah tidak akan mampu berubah ke arah yang lebih baik jika kepseknya tidak mampu menjembatani perubahan tersebut kepada entitas yang ada di sekolah.

“Sebagai contoh, realisasi penerapan kurikulum baru pendidikan memerlukan komunikasi intensif antara kepsek dan guru. Komunikasi ini dimaksudkan untuk menyelaraskan gagasan agar penyesuaian terhadap perubahan dapat berjalan lancar,” ujar pria yang gemar memancing ini.

Tantangan dan gagasan

Saat pertama kali menjabat sebagai kepsek, Rusman ikut serta menggalakkan program “Kecil Menanam Dewasa Memanen”. Program rintisan kementerian kehutanan ini mengarahkan sekolah-sekolah melakukan pembelajaran lewat penanaman pohon (penghijauan). Kerja keras dari berbagai pihak kemudian mengantarkan sekolah Rusman sebagai perwakilan Sulawesi Barat ke tingkat nasional atas program tersebut.

Berbekal pengalaman tersebut, Rusman pun menggagas beberapa perubahan untuk diterapkan di sekolahnya saat ini. Sedikitnya, ada tiga hal yang menjadi fokus perubahannya, yaitu kedisiplinan, keagamaan, dan kebersihan.

“Beberapa perubahan coba saya gagas terkait dengan budaya sekolah. Untuk keberhasilan realisasi gagasan ini, perlu dukungan dari semua elemen yang ada di sekolah,” jelas pria yang menjadi relawan Palang Merah Indonesia Kab. Majene ini.

Rusman mengakui bahwa menciptakan perubahan bukanlah hal yang mudah. Seperti ia jelaskan di awal bahwa kepsek harus mampu menjadi agen perubahan. Untuk itu, ia berpandangan bahwa harus ada penyelarasan gagasan antara kepsek dan komponen lain di sekolah.

Menurut pria yang menjabat sebagai Sekretaris 2 PGRI Kecamatan Sendana ini, menyelaraskan gagasan di sekolah menjadi cukup sulit karena ada banyak pihak yang terlibat.

“Kita menyadari bahwa manusia memiliki daya pilih masing-masing terhadap suatu gagasan. Apa yang baik menurut kita, belum tentu baik pula menurut orang lain. Kondisi ini yang kadang kala tidak dapat kita intervensi,” ungkap Rusman.

Salah satu pengalaman Rusman soal penyelarasan ini adalah ketika terbitnya instruksi agar sekolah-sekolah menerapkan kurikulum pendidikan terbaru. Rusman mencoba mengkomunikasikan instruksi ini kepada guru lewat pengarahan. Perubahan di dalam kurikulum terbaru, seperti materi dan metode, monitoring, dan sistem penilaian, menjadi hal-hal yang perlu disampaikan oleh Rusman kepada rekan-rekan guru.

“Syukurnya, pengarahan yang saya berikan kepada rekan-rekan guru terkait perubahan kurikulum mendapat respon positif. Guru-guru bahkan aktif untuk mengajukan diri sebagai peserta pelatihan terkait kurikulum tersebut. Penyelarasan gagasan seperti inilah yang saya maksud,” ujar Rusman.

Memasukkan pembahasan soal isu perubahan ke dalam proses pembelajaran siswa menjadi salah satu rencana strategis yang akan dilakukan Rusman ke depan “Lewat cara ini, saya harapkan siswa mengetahui akan seperti apa sekolahnya di kemudian hari,” terang pria yang juga terlibat di kegiatan kepramukaan ini. 

Kini Rusman menjadi kepsek di SDN 29 Inp. Totolisi. Ia mengaku bahwa dirinya belum mau meninggalkan sekolah tersebut. Menurut Rusman, masih ada beberapa gagasan yang belum ia realisasikan.

“Saya masih punya beberapa tugas di sekolah ini. Sampai tugas tersebut terlaksana, saya belum akan mau dipindahtugaskan lagi,” tegas pria yang juga diamanahi sebagai Kepala Dusun Totolisi Utara ini.

Di akhir perbincangan, Rusman berharap bahwa penetapan Majene sebagai kota pendidikan dapat direalisasikan sepenuhnya. Menurut Rusman, untuk mewujudkan hal tersebut perlu ditampilkan suatu ciri khusus yang mencerminkan kependidikan kota Majene.

“Sepenuhnya kita harus mendukung program pemerintah untuk dapat mewujudkan penetapan kota pendidikan tersebut,” tegas Rusman.


Cerita Lainnya

Lihat Semua