Refleksi Pagi : Menguatkan Punggung
Hardian Pambudi 26 Juni 2012Perjalanan ini baru saja dimulai. Berawal dari tempat ini aku akan melukis kanvas hidupku setahun kedepan. Disinilah aku menulis sejarah tentang manusia yang belajar mengenal bangsanya. Disini pula aku akan berbagi sedikit yang aku punya. Di tempat yang belum terbayangkan sebelumnya. Di tempat yang semoga akan penuh makna. Bima.
Awalnya ini tentang diri sendiri. Pergi ke pelosok negeri untuk memperkaya pengalaman pribadi dan berharap menaikkan reputasi. Yang terlintas hanya bagaimana meningkatkan kapasitas. Membangun relasi hanya untuk mendapatkan akses masa depan yang lebih mapan dan bukan untuk menguatkan semangat berbagi. Diri ini masih berpikir apa yang bisa didapatkan dan sedikit memikirkan apa yang bisa diberikan. Kehormatan itu hanya dipandang sekedar kalkulasi.
Sampai kemudian aku menyadari betapa egoisnya diri ini. Perjalanan ini bukan hanya tentang diri sendiri, tetapi juga tentang mereka yang hampir tak berani bermimpi. Dan mimpi itu akan terpancar ketika keikhlasan yang ditawarkan. Pengalaman hanyalah konsekuensi dari sebuah pengabdian dengan hati. Bagiku, setahun adalah pelajaran, namun bagi mereka, itulah masa penyambung harapan. Aku tak boleh berpikir bahwa setahun kedepan hanya untuk pengembangan diri. Namun, lebih dari itu, setahun kedepan adalah waktu saling memupuk harapan. Sekali lagi, it’s not about me. It’s all about them. It’s about Indonesia!
Memang tidak banyak yang bisa aku berikan. Pengetahuanku masih sedikit dan pengalaman mengajarku juga sangat kurang. Apalagi, latar belakangku juga bukan fakultas pendidikan. Namun, aku ingin membuat yang sedikit ini menjadi lebih berarti. Aku tidak menjanjikan masa depan, hanya ingin memberi dengan ketulusan. Aku bukan manusia super yang bisa merubah segalanya, hanya ingin menjadi bagian dari bangsa yang semoga bisa berguna. Dan seperti yang bapak kami sering ucapkan, kami tidak akan mampu menyelesaikan semua masalah, namun kami ingin mengajak semua orang turun tangan menyelesaikan masalah.
Dan pada akhirnya semua akan kuserahkan pada-Mu. Hati ini sungguh yakin tiada kekuatanku sedikitpun tanpa ridho-Mu. Maka dalam beribu kelemahan diri aku bisikkan berjuta permohonan. Dalam segala keterbatasan, ingatkan aku tentang makna rasa syukur. Diantara kekecewaan tak tercapainya harapan, tunjukkan padaku bagaimana cara menikmati proses. Dan di tengah riuh pujian, kembalikan aku pada jalan ketulusan. Aku tahu ini berat, tapi aku tidak meminta Engkau untuk meringankannya. Aku hanya memohon agar Engkau menguatkan punggung ini sehingga aku dapat terus memikulnya. Karena bagiku, ini bukan pengorbanan, tetapi sebuah kehormatan.
Semoga keberkahan teruntai dalam setiap detik usia kita. Aamiin.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda