Malam Terakhir di Iseren

Haratdzul Jushar 2 Mei 2023

Foto di atas, diambil di hari terakhir saya mengajar. Esoknya saya sudah harus kembali ke kabupaten dan setelahnya akan lanjut pulang ke Jakarta. Meninggalkan Iseren setelah satu tahun, entah untuk berapa lama.⁣

Malam terakhir di Iseren seharusnya saya ke gereja. Ada acara perpisahan bersama masyarakat desa yang telah dipersiapkan sejak hari-hari sebelumnya. Sayang sekali malam itu badai datang. Tak ada masyarakat yang bisa keluar rumah. Acara perpisahan batal. Biarlah besok pagi saja pamit berkeliling desa, pikir saya.

Jadilah saya menghabiskan malam terakhir di teras rumah bersama Pak Aspar, rekan guru sekaligus teman hidup saya setahun terakhir. Duduk bersila menantang pantai dan angin laut, layaknya malam-malam kami biasanya. Sudah berbagai macam topik kami tandaskan di situasi seperti ini; persoalan sekolah, uniknya tingkah anak-anak, budaya khas Buton, politik negara, sepakbola, kisah asmara Pak Aspar, sampai gosip-gosip terkini di kabupaten.

Malam itu, kami seperti merangkum semua peristiwa--suka, duka, lucu, haru--setahun ke belakang. Hingga sampai pada sebuah pernyataan Pak Aspar yang tidak akan pernah saya lupakan:

"Saya sekarang bersyukur sekali, Pak Ijul. Dulu saya mengajar sendiri. Tra ada teman mau bawa anak-anak. Kalau mau pikir, sekarang ini saya tra butuh tambahan tunjangan atau uang-uang. Biar cukup sudah. Yang saya harap-harap saya punya teman mengajar. Itu saja. Supaya dong anak-anak juga senang. Ada harus sekarang saya bersyukur sekali ada Indonesia Mengajar. Su ada teman mengajar deng bacerita."

Harus saya akui, perkataan beliau itu memunculkan perasaan tercekat, haru, sekaligus lega. Sampai menjelang kepulangan pun saya masih bertanya, apa yang saya telah hadirkan di desa ini?

Barangkali memang tidak banyak yang saya lakukan di Iseren. Tapi saya senang dapat menjadi teman sekaligus murid yang belajar banyak dari Pak Aspar; mulai dari keikhlasan mengabdi, guyonan bapak-bapak, sampai teknik jitu memancing suntung.

Malam itu, satu kekecewaan saya karena batalnya acara perpisahan dibalas dua kesyukuran; (1) perasaan lega karena ternyata ada hal kecil yang bisa saya lakukan, dan (2) Pak Aspar yang tidak akan sendiri lagi, setidaknya beberapa tahun ke depan.

***

Pak Aspar masih terus mengajar di Iseren sampai setahun setelah saya pulang. Namun akhirnya takdir membawa Pak Aspar untuk mencukupkan baktinya di Iseren setelah 14 tahun, mutasi ke Buton, kembali bersama sanak keluarga. Sehat-sehat terus ee, Bapak!


Cerita Lainnya

Lihat Semua