Apa yang Kau Ingat Ketika Mendengar Indonesia Raya?
Haratdzul Jushar 17 Agustus 2024Anak-anak Iseren punya banyak pengetahuan yang bahkan tak saya miliki. Mereka tahu waktu terbaik untuk ‘molo’ ikan di lautan, mana pohon kelapa yang sudah siap dipanjat, atau membuat perangkap yang telak menangkap hewan di hutan. Mereka tidak butuh internet untuk mengetahui ada kandungan tetrodotoksin pada ikan buntal yang menyebabkannya beracun untuk dimakan. Saya pernah membayangkan, kalau saja saya dan mereka harus bertahan hidup di alam bebas, saya sudah lebih dulu mati sementara mereka dapat terus bertahan beberapa waktu lamanya.
Saya lebih banyak belajar tentang hidup dari mereka. Kalau saja ada pengetahuan yang kiranya saya coba berikan, salah satunya adalah lagu kebangsaan republik kita, Indonesia Raya. Pertama kali datang ke desa, belum ada satupun siswa SD yang mengetahuinya. Mereka tahu bendera merah putih, tapi belum sekalipun ada upacara bendera. Jakarta yang mereka pahami adalah “Jokowi pu rumah” atau kota ajaib yang berhasil menyembuhkan Apolos dari tumor yang dideritanya bertahun silam. Dia lah satu-satunya siswa saya yang pernah menginjak ibukota, itu pun berkat bantuan pemerintah kabupaten.
Syair Indonesia Raya ditulis dengan kapur putih “Sarjana” di atas papan tulis hitam yang bingkainya mulai keropos dimakan rayap. Pelan-pelan, anak-anak mulai mentransfer syair tersebut ke dalam ingatannya menjadi lagu yang memiliki nada dan tempo. Lagu tersebut diulang-ulang terus setiap mengawali pagi, serta saat olahraga berkeliling desa di hari Jumat. “Pak Guru, Indonesia Raya dulu!” ujar mereka di hari-hari setelahnya saat saya tanya ingin menyanyi lagu apa.
Apa yang kau ingat ketika mendengar Indonesia Raya?
Selucu apapun kondisi republik terkini, sorak sorai anak-anak ujung negeri itu tak pernah usai. Polos dan gempita. Sejak dua tahun lalu dan sepertinya selamanya, pendengaran saya akan selalu mengaitkan lagu kebangsaan dengan riuh rendah suara anak-anak mengguncang ruang kelas yang kian tua termakan usia. Dapat pula dengan tenangnya alam Iseren di sore hari, saat saya berpapasan dengan serombongan anak-anak yang baru pulang memancing ikan di pantai, “Pak Guru! sa su hafal Indonesia Raya!"
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda