Kiciana (bocah/anak kecil) satu ini pertama kali aku temui saat dia bermain bulutangkis di lapangan depan rumah warga, dekat sekolahku. Viki namanya. Waktu itu Viki mewakili sekolahnya (SDN Tunganamo) bertanding melawan siswa laki-laki perwakilan sekolahku (SDN Tesabela), dalam rangka seleksi gugus untuk mewakili Kecamatan Pantai Baru dalam Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) Tingkat Kabupaten. Sepintas tidak ada yang beda dari perawakannya, sama seperti anak-anak desa lain di kecamatanku. Tapi, setelah melihatnya bermain..... Wowww !! Aku pribadi langsung merasa takjub ! Bagaimana bisa seorang anak desa bisa bermain seperti itu ? Seorang anak yang biasanya bermain di lapangan seadanya, jarang menggunakan net, dan tanpa di bawah bimbingan pelatih khusus, bisa melakukan lob, drop-shot, backhand, serta mempunyai kelincahan kaki yang baik. Hasilnya, siswa perwakilan sekolahku pun bisa dikalahkan dengan mudah. Bahkan, dia berhasil menyingkirkan siswa-siswa perwakilan sekolah lainnya di seleksi tingkat kecamatan dan menjadi siswa peserta O2SN Tingkat Kabupaten untuk mewakili kecamatan.

         Memang jika dibandingkan dengan anak-anak kota di Jawa, kemampuannya belum bisa disamakan. Belum sempurnanya teknik pukul dan kontrol kekuatan yang dimiliki, kekurangan jam terbang (pengalaman bertanding), serta dengan segala keterbatasan tadi, membuktikkan bahwa Viki masih harus dipoles lagi. Tetapi, sebagai seorang yang lumayan sering melihat pertandingan resmi (langsung maupun tidak), pernah belajar, dan senang bermain bulutangkis, sudah cukup buatku untuk merasa dan berpikir bahwa anak ini memang punya potensi. Melihat permainan yang alami ini, muncul angan-angan bisa melihatnya berlatih di bawah didikan pelatih yang profesional, sehingga bakatnya bisa lebih terasah. Jika sudah begitu, bukan tidak mungkin nanti kita bisa menyaksikan ‘Taufik Hidayat’ kecil dari kabupaten terselatan di Indonesia ini kan ?