Belajar Sandi Tak Perlu Pusing
HansRoberto Widiasmoro 2 Mei 2016Sore itu, seperti biasa, aku bersama dua orang teman guru melatih pramuka untuk kelas 4 dan 5. Salah satu materi yang umum diberikan dalam pramuka ialah tentang persandian. Dan, kali ini aku memilih sandi yang cukup mudah untuk diajarkan, yaitu sandi kotak. Tapi, seperti biasanya pula, ketika melihat hal yang baru dan asing, murid-muridku langsung berteriak, “Awiii pak, apa itu, pak ? Be sonde mengertiiii iniii !” Dengan ekspresi wajah yang masih kebingungan, mereka mencoba berusaha memahami lewat contoh-contoh yang aku berikan. “Nah, sekarang coba kalian perhatikan kotak-kotak yang pak beri garis hitam itu. Kotak atau garis-garis itu membatasi dan berisi masing-masing dua huruf, tugas kalian menggambarkan kotak atau garis itu untuk menggantikan huruf-hurufnya, tapi kalau huruf kedua yang mau ditulis, jangan lupa diberi tanda titik”, terangku lebih lanjut. Perlahan mereka mulai bisa mengerti dan mengikuti dengan mengerjakan beberapa latihan.
Belajar tentu lebih mudah apabila dipraktekan secara langsung, ditambah lagi karakter murid-muridku yang cenderung sangat aktif, maka aku buatlah mini jelajah sekolah. Mereka diinstruksikan untuk mencari potongan-potongan kertas di sekitar lingkungan sekolah, berbekal petunjuk yang telah aku buat berbeda untuk murid putra dan putri, di mana petunjuk itu berbentuk sandi kotak tentunya. Begitu mendengar aba-aba ‘Yakk, mulai !’, mereka langsung berkumpul dan berdiskusi di dalam regu masing-masing untuk memecahkan petunjuk yagn diterima, setelah berhasil memecahkan petunjuk tersebut, masing-masing regu langsung berpencar mengelilingi sekolah mencari potongan-potongan kertas yang telah aku sebar ke beberapa tempat. Seru rasanya melihat mereka berlarian seperti itu. Setengah jam kemudian, aku kumpulkan mereka kembali di lapangan, “Capek ? Bagaimana sudah dapat potongan kertasnya semua ?” tanyaku, dan mereka menjawab serempak, “Awiii, capek, pak. Sudahhh, pak”. Lalu, aku minta masing-masing ketua regu maju ke depan membawa potongan kertas yang telah dikumpulkan dan menyusunnya bersama-sama, ternyata potongan-potongan kertas itu membentuk suatu kata, yakni ‘DWISATYA’ untuk putra dan ‘DWIDARMA’ untuk putri. “Pertemuan lalu, pak sudah memberi tugas ke kalian untuk menghafal Dwisatya dan Dwidarma kan ? Nah, sekarang pak minta ke kalian, 12 orang siapa saja yang sudah hafal, silakan angkat tangan dan maju ke depan”, pintaku. Satu per satu muridku maju ke depan, dan hasilnya mereka mampu menghafalkan Dwisatya dan Dwidarma dengan cukup baik. Dan, sebelum mengakhiri latihan sore itu, aku bertanya ke mereka, “Kalian baru saja belajar tentang sandi kotak, sudah paham semua ? Bagaimana susah tidak belajar sandi kotak ?”, “Sudaahhh, pak. Sondeee, pakk !” sahut mereka.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda