Bunga di Minggu Pagi
Fini Rayi Arifiyani 18 November 2012
Minggu pagi, sinar hangat menyeruak setelah hujan membasahi. Aku sendiri kala itu di rumah. Rutinitas yang biasa kulakukan ketika Minggu datang, membersihkan rumah. Jarang anak-anak main ke rumah ketika Minggu menghampiri. Jadi, waktu yang tepat untuk membersihkan rumah.
Tidak seperti biasanya, pintu depan sengaja kututup karena sedang mengepel ruang depan yang dijadikan perpustakaan sekaligus tempat bermain anak-anak. Ketika itu, terdengar suara anak-anak memanggil. Aku menyahut dari ruang depan, tetapi suara mereka beralih ke belakang. Dari belakang rumah, mereka meminta lading (kata ganti untuk pisau).
“Buat apa?” aku menghampiri sambil memberikan lading.
“Nanam bunga, Bu.” Salah satu dari mereka menjawab sambil menunjukkan beberapa pohon bunga yang masih ada akarnya. Aku tertegun.
Kulihat lekat-lekat mereka menanam beberapa pohon itu di depan rumah. Bunga-bunga itu cantik, putih warnanya—warna kesukaanku. Lebih sekadar karena warna bunga, aku suka. Aku suka karena itu pemberian tulus anak-anakku. Mereka punya rasa keindahan yang bagus dan tentunya perhatian.
Selepas penanaman bunga itu, kami seharian bersama. Bermain, memasak, jalan-jalan ke hilir, memetik jambu air, merujak, dan ditutup saat senja dengan kalian bermain air serta mandi di tepian sungai.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda