Analogi Ketapel
Fini Rayi Arifiyani 2 November 2012Jleb... ada sesuatu yang menohok ketika membaca timeline twitter. Banyak temanku yang melanjutkan studi (S2) padahal tahun lalu kami sama-sama diwisuda. Aku tertegun, seketika kata-kata mengenai analogi ketapel kembali berputar.
Saat awal pelatihan, founder Gerakan Indonesia Mengajar membahas kehidupan Pengajar Muda selama setahun. Kehidupan Pengajar Muda dianalogikan seperti ketapel, ditarik ke belakang, lalu melesat ke depan. Ditarik ke belakang untuk memahami akar rumput (grassroot understanding) kemudian melesat ke depan dengan pengalaman selama setahun itu.
Ya, setahun ini memang ditarik ke belakang, hidup susah di desa, saat teman-teman lain meniti karir atau studi lanjutannya. Akan tetapi, layaknya ketapel, tali yang ditarik ke belakang akan melesat ke depan. "Asal talinya tidak putus," begitu ujar salah satu Pengajar Muda disela obrolan santai ketika kami berkumpul. Menarik pernyataannya itu. Benar, bagaimana mungkin akan melesat ke depan jika talinya putus?
Mungkin saja talinya putus hingga tetap di belakang atau hanya pada batas yang sama sebelum ditarik ke belakang. Tali itu dapat putus ketika ditarik terlalu kuat atau beban tidak sanggup ditarik ke belakang. Jadi, bagaimana agar talinya tidak putus?
Jawaban itu yang akhirnya menjadi refleksi untukku. Tetap ditarik ke belakang, namun tidak memutuskan tali. Terus berusaha dengan belajar karena sejatinya bukan hanya mengajar, tetapi juga belajar. Pembelajaran inilah yang akan melesatkan diri.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda