Cerita Sriyani
Daniel Naek Chrisendo 3 November 2012Salah satu murid saya, bernama Sriyani, berhasil lolos seleksi untuk menjadi satu dari 36 delegasi dalam Konferensi Anak Indonesia 2012. Untuk lolos menjadi delegasi, Sriyani harus bisa menuliskan pengalamannya pergi ke sekolah setiap hari. Cerita Ani yang sederhana sangat menginspirasi, berikut adalah tulisannya:
Namaku Sriyani. Aku biasa dipanggil Ani. Aku anak ke tujuh dari sembilan bersaudara. Sekarang aku duduk di kelas enam di SDN 04 Indraloka 2. Sekolah juga rumahku terletak di desa Indraloka 2. Desa Indraloka 2 ada di Kabupaten Tulang Bawang barat, Propinsi Lampung. Walaupun di Lampung, di sini sebagian besar penduduknya orang Jawa, termasuk aku, karena kakek nenek kami adalah transmigran dari Jawa sana. Jarak rumahku ke sekolah lumayan jauh dan paling jauh dibandingkan dengan teman-temanku yang lain. Rumahku ada di ujung jalan, dekat pintu masuk hutan. Di sekitar rumahku selain dikelilingi hutan ada juga kebun karet yang menjadi mata pencaharian utama orang-orang di desaku. Tetapi ayahku tidak berkebun karet, melainkan berkebun sayur-sayuran. Letak kebun sayurnya ada di belakang rumah dekat dengan sungai, agar selalu dapat air setiap hari.
Aku pergi ke sekolah setiap pagi bersama adikku. Namanya Dina. Dina sekarang kelas empat. Tapi Dina sering sakit. Kalau adikku sakit biasanya aku berangkat ke sekolah sendirian. Aku dan Dina biasanya berangkat jam tujuh dengan berjalan kaki, pelajaran dimulai jam setengah delapan. Banyak teman-teman yang pergi ke sekolah dengan diantar naik motor oleh orang tuanya, bahkan ada yang mengendari motor sendiri. Di sekolahku sudah banyak yang jago bawa motor. Temanku namanya Ainun, masih kelas tiga tapi sudah bisa bawa motor. Tapi menurutku itu berbahaya, mereka kan masih kecil, apalagi mereka tidak memakai helm. Kalau aku lebih memilih berjalan kaki, karena lebih sehat dan bisa menikmati hari yang cerah dan matahari pagi. Di rumahku sebenarnya juga ada motor, tapi orang tuaku tidak bisa mengantarkan aku karena setiap pagi motornya dibawa kakakku untuk bekerja di kebun. Aku juga tidak boleh bawa motor sendiri oleh orang tuaku, karena aku belum bisa mengendarai motor, orang tuaku takut nanti aku jatuh dari motor dan tertimpa. Lagipula aku juga merasa belum cukup umur, SIM saja aku tidak punya. Jadi aku lebih memilih jalan kaki.
Jalanan dari rumahku ke sekolah belum terlalu bagus, masih tanah merah, berbatu-batu, dan banyak yang rusak. Kalau musim hujan licin sekali, tapi kalau musim kemarau banyak debu. Aku lebih senang kalau berjalan di musim kemarau karena jalanannya tidak becek dan tidak berlumpur. Kalau musim hujan, aku sampai di sekolah bisa telat karena kadang-kadang kakiku nyangkut di lumpur dan sepatuku jadi kotor.
Sepanjang jalan ke sekolah, aku melewati kebun, hutan, dan sungai. Di sanalah aku sering mendengar kicauan burung dan melihat kupu-kupu yang berwarna-warni. Kadang aku sering berpikir kalau kupu-kupu yang berwarna-warni itu seperti bangsa Indonesia yang berwarna-warni juga, banyak agama dan suku. Temanku juga pernah bilang kalau di dalam hutan di sekitar tempat tinggalku ada harimau, tapi aku tidak percaya.
Karena rumahku paling jauh, sepanjang jalan ke sekolah aku juga melewati rumah teman-temanku. Kadang aku melihat beberapa dari mereka masih ada yang belum mandi. Mungkin karena rumah mereka lebih dekat ke sekolah jadi bisa lebih santai. Kalau aku lebih santai, mungkin aku akan telat sampai ke sekolah.
Kadang-kadang aku merasa capek jalan kaki ke sekolah. Apalagi kalau ada pelajaran tambahan siang-siang di sekolah, pulang sekolah sampai rumah aku harus pergi lagi kalau tidak mau terlambat, kadang belum sempat makan siang. Rasanya capek dan panas. Aku sih berharap suatu saat nanti aku bisa punya sepeda yang ada boncengannya, jadi aku bisa ke sekolah lebih cepat dan bisa membawa Dina juga. Tapi kalaupun tidak bisa aku ingin supaya jalanan dari rumaku ku sekolah bisa dibuat lebih baik. Supaya aku bisa berjalan lebih mudah dan tidak terlalu capek.
Berjalan kaki ke sekolah di pagi hari membuat aku bisa melihat banyak hal dan belajar dari hal tersebut. Kalau menurutku sih aku bisa menjadi lebih sabar, tekun, dan banyak bersyukur. Aku bersyukur bisa melewati sungai, hutan, melihat kupu-kupu, burung, dan teman-teman, yang tidak akan aku dapatkan kalau aku tidak berjalan kaki.
Sriyani
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda