Nasionalisme dan Sumpah Pemuda di Laut Banda

Billy David Nerotumilena 3 November 2012

28 Oktober 1928

Di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat, salah seorang dari Jong Ambon bernama Johanes Leimena menjadi saksi sejarah dalam pencetusan ide dan ikrar Sumpah Pemuda. Banyak atau tidaknya kontribusi yang diberikan, pembantu IV dalam Kongres Pemuda Kedua ini adalah perwakilan rakyat dari Maluku yang jauh sebelum proklamasi kemerdekaan telah mengukir sejarah, bahkan namanya sampai kini tetap dikenang bersama tokoh pemuda yan lain kala itu.

*****

27 Oktober 2012

Desa Adodo Molu, Kecamatan Molu Maru, Maluku Tenggara Barat.

08.15 ; di ruang Kelas VI SDK Adodo Molu

Seorang guru mengajarkan apa itu nasionalisme. “Coba tuliskan kata nasionalisme di sebuah kertas!”

08.30 ; di Ruang Guru SDK Adodo Molu

Sambil terheran, guru membaca apa saja yang dituliskan siswanya. Terkumpul beberapa lembar kertas di meja guru. Nasiyonalisme, nasi onalisme, nassionalimse, nasionalissme, nasinalme, nasyona lisme, na sionalis me, nasi iyonalisme dan nasyonalinme. Hanya satu orang dari 14 orang yang menuliskan dengan benar kata nasionalisme.

17.30 ; di halaman sekolah SDK Adodo Molu Gladi bersih pementasan drama yang harusnya dilaksanakan pukul 14.00 baru terlaksana, karena pemeran drama baru saja hadir.

Seorang guru bertanya kepada pemeran drama, yang merupakan siswa SD, SMP dan SMA. “Tanggal berapa Hari Sumpah Pemuda diperingati?” Siswa-siswa SMA terdiam dan memandang satu sama lain.

Siswa-siswa SMP, “Ulangi pertanyaannya Pak Guru, atau coba pertanyaan yang lain sudah”.

Siswa-siswa SD, “17 Agustus”, “1 Oktober”,” hari ini”,”tidak tahu”, sampai “25 Desember”

Seorang guru termangu dan memandang ke semua arah sekolah.

20.30 ; di halaman sekolah SDK Adodo Molu

Mereka tidak memahami sejarah dan tidak melakukan gladi bersih.

Para pemeran pementasan drama dari adegan tawuran pelajar, peristiwa Semanggi ’98, perobekan bendera di Hotel Yamato dan suasana Kongres Pemuda Kedua, 28 Oktober 1928, menjalankan semua dialog dan aksi yang menarik, sepenuh hati dan penuh spontanitas serta terpancar benar semangat nasionalisme.

23.00 ; di jalan depan sekolah SDK Adodo Molu

Seorang guru dihampiri seorang wali murid yang kebetulan anaknya tampil menjadi pengisi acara dalam peragaan busana anak dan fashion show sederhana. Ibu itu berkata, “Pak lebih baik fashion show dan nonton film saja acaranya, orang sini tidak tahu drama yang tadi.”

*****

Aku tidak bisa mendefinisikan nasionalisme menurut perspektif masyarakat disini.

Aku hanya bisa bersyukur OSIS SMA Negeri Molu Maru sudah mempunyai program kerja, dan itu sudah dilaksanakan.

Aku bangga mereka, pemeran dalam semua adegan drama, bisa mereplikasikan sejarah, meskipun mereka tidak tahu bagaimana sejarah itu terjadi.

Aku bangga Sumpah Pemuda bisa tetap kami peringati disini, di tengah Laut Banda, di tengah masyarakat Maluku.

Aku yakin benar bahwa Johanes Leimena, Jong Ambon dan semua pemuda di Kongres Sumpah Pemuda Kedua yang mengikrarkan Sumpah Pemuda, mereka semua sebagai representasi pemuda.

Mereka percaya dan berani bersumpah terhadap sesuatu yang diyakininya dan yang akan terus diyakininya, serta menjadi dasar atas semua yang dilakukannya, sampai mereka tidak bisa lagi mengikrarkan sumpah itu. Sesuatu itu disebut dengan nasionalisme.

Selamat memperingati Hari Sumpah Pemuda.

Salam hangat dari Maluku Tenggara Barat.


Cerita Lainnya

Lihat Semua