Indonesia Mengajar Bikin Sakit Hati!
Hafiz Iqbal Maulana 31 Oktober 2012“Pak, kenapa harus ada Indonesia Mengajar je? Ndak usa aja ada lagi Indonesia Mengajar di desa kami pak, bikin sakit hati aja je”, ujar Wati – Murid Kelas 6 SDN 005 Tanjung Harapan, Desa Selengot
Sontak celetukan dari salah satu muridku itu membuatku terkejut. Saat itu aku memang sedang bercengkerama dengan murid-muridku selepas shalat Shubuh berjamaah tatkala berada dalam kegiatan perkemahan Pramuka Gugus Tanjung Harapan. Salah satu muridku kelas 6 bernama Wati tiba-tiba menyeletuk kepadaku, “Sebentar lagi Pak Hapis pulang ke kampung ya Pak?”. Aku pun menjawab pertanyaan polosnya, “Iya Wati, tapi Bapak tetap ndak akan lupa dengan kalian kok”. Wati langsung menimpalinya, “Pak, kenapa harus ada Indonesia Mengajar je? Ndak usa aja ada lagi Indonesia Mengajar di desa kami pak, bikin sakit hati aja je”. Aku pun tertegun penasaran dengan ungkapan muridku itu. “Kenapa kamu bilang begitu Wati?”, tanyaku kepada Wati. Wati pun menjawab, “Iya je pak, sudah 2 tahun ini kita ada Indonesia Mengajar di desa kita. Tapi akhirnya bikin sakit hati kami aja. Kemarin Pak Mansyur pulang juga ke Jawa, kemudian diganti Pak Hapis, tapi sekarang Pak Hapis juga mau pulang ke Jawa meninggalkan kami lagi. Sakit hati ini pak, sedih ditinggal terus sama guru kami. Coba lama-lama tinggalnya pak, ndak cuma satu tahun aja. Maka, ndak usa ada lagi aja Indonesia Mengajar sudah”. Aku terdiam sejenak memaknainya.
“Memang Wati, Indonesia Mengajar cuma 1 tahun dan terus berganti Pengajar Mudanya. Itu agar kalian bisa belajar dari banyak Pengajar Muda yang jadi guru kalian. Nanti akan ada pengganti Pak Hapis juga untuk satu tahun lagi. Begitupula seterusnya. Kalian juga tetap harus menghormati mereka seperti kalian menghormati Pak Mansyur dan Pak Hapis. Ndak usah sakit hati, ndak usah sedih. Pak Mansyur dan Pak Hapis tidak akan pernah lupa dengan kalian kok. Suatu hari nanti Pak Hapis juga ingin bertemu dengan kalian yang sudah besar dan Insya Allah sudah jadi orang sukses seperti yang kalian cita-citakan. Bapak juga ingin pergi ke Selengot lagi nanti”, ujarku berusaha meyakinkan Wati.
Aku menganggap bahwasanya 1 tahun itu cukup bagiku untuk memberikan pengalaman yang cukup berharga untuk mereka. Mengajarkan apa yang aku miliki. Serta menjadi kawan akrab bagi mereka. Ternyata 1 tahun itu tidak cukup memuaskan bagi mereka. Rupanya 1 tahun berlalu itu begitu berat bagi mereka untuk berpisah melepas kepergianku nanti. Mereka ingin terus aku berada bersama mereka. Namun inilah pelajaran hidup sebenarnya yang harus mereka petik dan pelajari untuk mendewasakan mereka juga nantinya. Bahwasanya setiap ada pertemuan pasti akan ada perpisahan. Tak selamanya kita selalu bersama, pasti akan ada masanya kita berpisah. Orang bisa datang dan pergi kapan saja, namun hal yang harus dipahami adalah kita harus memperlakukan mereka sama tanpa pernah membeda-bedakannya atau membanding-bandingkan. Karena pada hakikatnya setiap diri manusia itu berbeda dan memiliki keunikan tersendiri. Semoga pelajaran hidup 1 tahun ini cukup untuk mendewasakan murid-muridku nantinya.
“Hidup memang harus terus berjalan dengan jalan yang akan kalian tentukan sendiri. Begitupun dengan Bapak. Kita memang berpisah sekarang tapi untuk kemudian bertemu kembali di sebuah puncak suatu saat nanti. Tidak banyak yang bisa Bapak ajarkan kepada kalian selama 1 tahun ini. Justru kalianlah yang telah mengajari Bapak banyak hal. Banyak hal yang Bapak pelajari tentang ilmu kehidupan lewat kalian. Oleh karena itu, kalian juga harus belajar lebih banyak lagi di luar sana. Carilah ilmu-ilmu yang lain dengan cara kalian masing-masing. Temukan jalan kalian masing-masing. Teruslah belajar, dan jangan pernah berhenti. Karena hidup itu untuk belajar, seperti Bapak ini yang terus belajar. Tetap hormati guru-guru yang lain karena mereka itulah guru kalian yang sebenarnya. Bapak cuma 1 tahun saja mengajar kalian, sedangkan guru-guru yang lain telah mengajar kalian selama bertahun-tahun. Bapak yakin kalian semua akan sukses dan berhasil meraih cita - cita. Bapak doakan juga supaya kalian menjadi orang yang mandiri dan selalu diberikan petunjuk jalan oleh Allah SWT”, ujarku menutup pembicaraan sembari mempersiapkan peralatan memasak untuk sarapan murid-murid.
Sore harinya seluruh peserta Pramuka dari berbagai gugus depan kembali ke desa masing-masing tak terkecuali SD kami karena esok hari kegiatan belajar mengajar dilaksanakan seperti biasa. Kami semua mendapatkan banyak hal melalui kegiatan Kemah Pramuka begitupun anak murid SDN 005 Tanjung Harapan yang baru pertama kali ini merasakan kegiatan perkemahan bersama dengan SD-SD yang lainnya. Rasa letih dan payah hari ini sungguh terpuaskan dengan kebersamaan bersama murid-muridku untuk terakhir kalinya dalam sebuah event spesial sebelum aku pulang nantinya.
Keesokan harinya, aku kembali dikejutkan oleh beberapa pucuk surat yang berada di meja guru di ruang kelas 6. Saat itu memang aku mengisi kelas 6 karena wali kelas mereka yang sebenarnya sedang berhalangan hadir untuk mengajar. Seketika itupula aku pun membacanya dengan seksama surat-surat itu.
#Surat 1
Kepada Yth. Selengot, 20 Oktober 2012
Pak hapis ikbal maulana,
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Pak Hapis jujur saja saya sedih di tinggal pak hapis. Saya ingin sekali Pak Hapis tinggal lama-lama di selengot dan saya akan berjanji sama pak hapis untuk menjadi anak yang baik. Saya akan mengingat apa yang pak hapis ajarkan kepada kami, kami pasti akan selalu mengingatnya pak. Pak hapis, ketika pak hapis pulang nanti sekli lagi jangan lupakan kami ya pak hapis. Saya pasti mendoakan pak hapis agar pak hapis menjadi orang yang sukses. Pak hais jangan lupa doa kan saya juga pak hapis agar menjadi orang yang sukses dan patuh kepada kedua orang tua saya. Kalau saya sukses nanti pak hapis, saya pasti mengingat jasa pak hapis terhadap saya dan teman-teman saya pak hapis. Ketika pak hapis sukses nanti jangan lupakan kami semua pak hapis, termasuk guru-guru di selengot. Pak hapis kalau umur panjang saya ingin bertemu dengan pak hapis dan pak mansyur kalau saya sudah sukses. Saya berdoa agar saya bisa bertemu dengan pak hapis dan pak mansyur. Bagaimana juga pak mansyur itu bekas guru saya. Pak hapis aku tidak ingin ditinggal pak hapis karena kenangan dengan pak hapis begitu banyak. “Aku tidak ingin ditinggal kedua kalinya, karena kenangan itu selalu ada di dalam ingatan saya pak hapis. Saya tidak ingin ditinggal pak hapis kalau memang waktunya sudah sampai aku tidak bisa berbuat apa-apa aku ingin sekali pak hapis tinggal di selengot. Saya ingin menyampaikan kepada Indonesia Mengajar, saya senang Indonesia Mengajar malah saya bersukur karena Indonesia Mengajar mau membagi ilmunya kepada kami. Tapi Indonesia Mengajar bikin saya sedih karena Indonesia Mengajar pulang dan meninggalkan kami. Terlalu banyak kenangan-kenangan yang terindah yang di tinggalkan Indonesia Mengajar. Cuma itu yang bisa saya sampaikan untuk pak hapis. Pak hapis saya punya pantun untuk pak hapis :
Asap kapal bergumpal-gumpal
Menyeberang laut samudera
Wati duduk berhati kesal
Melihat Pak Hapis pulang ke Jawa
Salam sayang,
Wati
#Surat 2
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Kuharap Pak Hafiz jangan pergi dulu, aku pengen belajar bersama-sama lagi dan bermain denganmu. Itulah harapanku pak hafiz. Tapi kenapa harus ada Indonesia Mengajar. Indonesia Mengajar bikin sakit hati saja, aku benci sama Indonesia Mengajar. Benci-benci sekali, tapi engga apa-apa karna Indonesia Mengajar bikin saya jadi tahu kalo ditinggal orang disayang sangat berat aku jadi tahu sekarang. Terima kasih Indonesia Mengajar.
Pak hafiz aku berjanji tak akan nakal lagi dan jadi anak yang baik kepada teman-teman, pada guru, dan pada orang tua, itulah janji saya Pak Hafiz. Pak sebenarnya aku suka sama Bapak, bapak itu baik karna bapak marah itu semua karna kami terlalu nakal, itu menyebabkan bapak marah. Tapi bapak kadang menyenangkan kadang menyebalkan. Tapi aku sedih ditingal pak hafiz karna Pak Hafiz itu guru yang sangat baik makanya aku tak ingin ditinggal pak Hafiz. Aku tidak ingin kedua kalinya ditinggal guru-guru tercinta dan baik hati. Pak hafiz jika kami ada kesalahan tolong dimaafkan ya pak. Aku yakin pak hafiz pasti mau maafkan kami. Pak Hafiz jangan lupakan kami ya. Dan sering-sering jalan-jalan di selengot.
Pak hafiz ada 1 yang kusampaikan. Pak jangan sampai bapak melupakan kenangan di selengot. Pak aku doakan untuk pak hafiz mudah-mudahan nanti sampai di surabaya cepat dapat Istri yang baik. Mudah-mudahan doaku dikabulkan oleh Allah SWT. Pak ada pantun untuk pak hafiz. Mudah-mudahan pak hafiz suka dengan pantunku.
Hanyut-hanyut si biji nangka
Hanyut terdampar di pulau bali
Si Wahdah duduk matanya bengkak
Melihat Pak Hafiz pulang kembali
Salam rindu,
Wahdah
Selesai membaca surat dari murid-muridku itu, akupun tak kuasa menahan haru. Namun, kutahan agar tak terlihat rasa haruku di depan mereka sembari mengambil spidol whiteboard dan kutuliskan beberapa pertanyaan di papan tulis. “Anak-anak, ini bapak ada pertanyaan untuk kalian jawab ya? Jawab dengan jujur tidak boleh berbohong. Jika kalian ingin menulis surat untuk Bapak atau komentar, pantun, puisi, lagu seperti yang ditulis Wati dan Wahdah ini juga tidak apa-apa. Bapak senang mendapatkan surat dari kalian”, ujarku menjelaskan maksud tulisanku di papan tulis. Aku pun ingin tahu bagaiman pandangan mereka terhadap aku selaku Pengajar Muda yang dikirim oleh Yayasan Indonesia Mengajar.
Selang 1 jam kemudian secarik kertas dari murid-murid pun mulai terkumpul satu demi satu dan segera kubaca dengan seksama.
Dari : Aulia Rahmi Azizah
- Apa yang kamu ingat dari Pak Hafiz? Kalau Pramuka itu harus pakai sepatu, kalau engga pakai sepatu engga boleh masuk.
- Kenapa kamu sedih ditinggal Pak Hafiz? Pasti kami sangat sedih ditinggal Pak Hafiz karna kalau pramuka itu kami selalu belajar huruf sandi. Kalau pak Hafiz pulang, kami sangat sedih sekali karna enggak ada lagi yang lucu-lucu.
- Saya berjanji kalau pak hafiz nanti pulang saya akan terus giat belajar supaya lulus dan kalau di dalam kelas tidak nakal lagi dan kalau pramuka selalu pakai sepatu dan rapi dan selalu taat dalam peraturan.
Pantun untuk Pak Hafiz :
Kucing Gendut mandi di papan
Pak Hafiz Gendut tapi tampan
#Sejuta Kenangan#
Sejuta kenangan terbayang dalam khayalan
Disaat kau ceria di dekatku
Ingin rasanya ku ulangi kenangan itu
Entah mengapa begitu cepat saat berlalu
Namun...
Biarlah masa itu berlalu kan ku simpan
Kujadikan kenangan itu sebagai pengobat rasa rinduku
Kepada pak hafiz tercinta
Kenangan yang indahdi saat kau bercanda ria
Suka dan duka
Dari : Jaya Perkasa
- Kenapa kamu benci dengan pak hapiz? Saya benci dengan pak hapiz karena pak hapiz engga lama lagi meninggalkan selengot saya ega rela pak hapiz pergi dari selengot. Rasanya saya mau menangis tapi air mata tidak keluar.
Dari : Jumiati
Indonesia Mengajar itu bikin sakit hati aja. Karna gurunya kalau datang pasti kami sangat senang tapi kalau pulang kami sangat sedih. Udah (1) kali kami ditinggalin oleh Pak Mansyur, masa mau ditinggalin lagi ama Pak Hafis???
- Apa yang kamu ingat dari Pak Mansyur dan Pak Hafiz? Karena mereka berdua meninggalkan kenangan yg banyak apa lagi ilmunya sangat banyak menempel di otakku. Aku ingat dari Pak Hafis adalah?? waktu pak hafis mengajar di kelasku dia sangat tegas menghadapi murid-muridnya.
Dari : Baisah
Aku ingat pak hafis, pak hafis orangnya lucu dan gak pemarah dia juga sabar walau kami nakal. Aku suka sama pak hafis karna dia tegas dan dia suka bercanda, itulah ku suka. Aku ingin sekolah ini maju tampah pak hafis. Pasti kami bisa lomba tampah pak hapis, belajar pun tampah pak hapis, akan aku lakukan semuanya tampah pak hafis. Aku tak ingin lagi ada guru Indonesia Mengajar, karna bikin sakit hati aja.
Aku punya puisi untuk pak hafis:
Oh pak hafis
Kenapa kamu pergi pak hafis
Ku tidak rela kamu pergi
Ku tak ingin ada orang menggantimu
Bagiku kamu sangat berharga
Karna kamu orangnya lucu
Dan sabar dan tak pemarah
Jangan pergi pak hafis
Dari : Pirnawati
Ya, Indonesia Mengajar itu bikin sakit hati aja karena dia enga lama2 di Selengot.
Selesai membaca surat dari murid-muridku tersebut, aku tersenyum memandang mereka sembari membatin dalam hati kecilku ini, “Rupanya Indonesia Mengajar memang bikin sakit hati ya”.
:’)
“Setahun mengajar, seumur hidup menginspirasi”
Desa Selengot, Paser – Kaltim
Hafiz Iqbal Maulana
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda