Alunan Jenset

Fini Rayi Arifiyani 7 Juli 2012

Dentuman jenset menjadi lagu tidur. Pengusir kesunyian malam. Aku suka alunannya yang menyala hingga kuterlelap. Kuyakin jenset itu tidak berasal dari rumah ini.

Sejak pukul 20.00 atau paling lama pukul 22.00, jenset (rumah ini) sudah berhenti. Tidak ada lagi listrik yang sekadar menghidupkan lampu dan cukup untuk charger alat elektronik.

Aku suka keramaian, mungkin itu alasan pasti—aku suka alunan jenset. Alunan jenset dari satu rumah dan rumah lainnya menjadi alunan tersendiri. Nyanyian malam yang indah.

Terkadang keindahan itu berteman dengan suara speedboat para orang PT—sebutan untuk para pekerja yang tampilannya sama denganku, memakai pelampung ketika naik perahu.

Seperti malam ini, alunan jenset memenuhi rongga pendengaranku. Menyanyikan lagu malam khas Medak. Lagu yang menyairkan kegelapan Medak tanpa listrik, kecuali dari jenset dari masing-masing rumah yang memilikinya dan tentunya berisi minyak.

Lagu yang mungkin kurindukan tahun depan atau ketika listrik masuk desa. Tak mengapalah alunan jenset ini menghilang. Kuyakin akan ada banyak alunan kebahagiaan ketika listrik masuk desa, mungkin beberapa tahun lagi atau sebentar lagi.

Kapanpun alunan pengganti jenset itu hadir, kuyakin masyarakat Medak siap menyambutnya.


Cerita Lainnya

Lihat Semua