Ngaliwet = Pintar
Farah Mustika Sari 5 April 2014Sejak kapan ngaliwet sama dengan pintar? Pasti kalian bertanya-tanya juga seperti kami dulu. Tapi memang benar kok, nah lho? Bagaimana itu bisa terjadi.. Simak ya.. Eh ya sebelumnya, perkenalkan, kami adalah murid kelas 6 SDN 2 Pasirhaur, letaknya di Kampung Sitoko, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Kalau kalian mau cari titiknya di peta, ada di sekitar ujung barat Pulau Jawa. Disini udaranya dingin dan sejuk, karena merupakan daerah pegunungan, jalannya juga masih benar-benar asli, belum diaspal, hanya tanah liat yang dipasangi batu-batu gunung besar yang telah dipecah kecil-kecil. Kampung kami indah sekali. Hmm, tak terasa sebentar lagi kami akan menempuh Ujian Akhir Sekolah, yang akan jadi penanda berakhirnya masa belajar kami di tingkat SD ini.
Wali kelas kami namanya Pak Hariri. Sejak awal semester 1 lalu, Pak Hariri selalu melatih kami soal-soal untuk persiapan ujian. Sebagai tambahan, setiap hari Senin sampai Kamis, dimulai dari jam 2 siang hingga jam 4 sore, kami selalu mendapatkan pelajaran tambahan. Dan sejak semester 2 datang, tiap jam 5 sore datang, kami akan sibuk kembali sekaligus gembira, kali ini bersama Bu Rara.
Eh, Bu Rara? Apakah kami belum menyebutkan nama itu sebelumnya? Baiklah, sekarang saatnya. Bu Rara itu sebenarnya adalah Wali Kelas 5, Tapi Bu Rara juga mengajar kami saat pelajaran tambahan di siang hari, beliau juga peduli sekali pada kami, katanya beliau ingin kami tahu lebih banyak dan lebih siap menghadapi ujian nasional. Bu Rara juga menyenangkan sekali, selalu mengajak kami bermain sebelum belajar, membuat kami semakin betah menghabiskan waktu untuk belajar. Sayang, beliau cuma satu tahun disini, sama seperti Pak Wahyu dan juga Pak Eko, Bu Rara seorang pengajar muda. Walaupun singkat, kami sangat senang telah mengenal dan pernah diajari oleh mereka.
Bu Rara selalu membuat kami penasaran untuk terus belajar, Bu Rara juga paham sekali bahwa kami ini suka sekali ngaliwet. Ngaliwet adalah salah satu warisan budaya sunda. Bagi yang belum tau, ngaliwet itu adalah acara memasak nasi dan lauk seadanya bersama-sama di atas kayu bakar dan kemudian memakannya bersama-sama pula. Dan tahukan kalian, hal ini begitu menyenangkan. Maka dari itu, Bu Rara, mengadakan acara yang baru bagi kami, ngaliwet bikin pintar, yang diadakan secara bergantian di rumah murid-murid kelas 6.
Acaranya dimulai jam 5 sore, dimulai dengan tebak-tebakan ringan yang berhubungan dengan IPA, Matematika atau Bahasa Indonesia. Setelah itu dilanjutkan latihan soal dan pembahasannya. Saat adzan maghrib datang, kami langsung sholat berjamaah. Lepas sholat, kami mulai deh bagian serunya, yaitu ngaliwet, biasanya sambil menunggui nasi dan lauk matang di atas kayu bakar, Bu Rara juga menyelipkan tebak-tebakan atau pembahasan tentang ketiga pelajaran tadi. Setelah ngaliwet, kami juga masih melanjutkan belajar hingga kira-kira pukul setengah delapan malam, saat adzan isya terdengar disini.
Kami sih senang-senang saja mengikutinya, bagaimana tidak? perut kenyang, otak kenyang, hati senang, lengkaplah sudah paketnya.
Bu Rara juga sering bercerita dan menasehati kami, belajar itu ibarat menanam padi atau pohon cengkeh yang banyak tumbuh di kampung kami, memang perlu proses yang melelahkan dulu saat menanamnya, hingga tiba waktunya untuk dipanen. Semakin rajin menanam, semakin banyak dan bagus hasil panen. Sama seperti kami, kami akan banyak belajar, agar kalau besar nanti bisa kami panen, semakin banyak kami menanam, semakin banyak yang kami petik nanti. Kami ingin sekali membuat Kampung Sitoko lebih hebat dengan insinyur-insinyur pertaniannya, perkebunan-perkebunan besarnya, sawah-sawahnya yang istimewa, dan orang-orangnya yang hebat. Bukankah memang harus begitu, kawan?
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda