Laptop Baru dari Dasus

Fandy Ahmad 4 Juni 2013

Laptop bagi beberapa guru adalah barang tersier. Sulit kalau kita terus berwacana; guru harus punya laptop! Tapi kalau kita sudah berbicara soal; guru kreatif abad 21, tugas-tugas guru, dan guru gaul bermotifasi tinggi, laptop sudah menjadi barang primer.

Syukurlah guru-guru di SDN 1 Sangiangjaya penempatanku berusahamenjadikan laptop sebagai barang primer. Karena itu tadi, wacana soal guru kreatif abad 21, tugas-tugas guru, dan guru gaul bermotifasi tinggi sudah mendarah daging. Tahun ini adalah tahun pergeseran wacana esensi guru dalam teknis pembelajaran yang banyak tuntutannya. Mengalahkan topik pembicaraan kiamat 2012.

Selain itu sejak UUD 1945 diamandemen, alokasi APBN untuk pendidikan sebesar 40% (baru terealisasi 20%) banyak sekali fulus yang mengalir ke sekolah-sekolah sampai menyentuh akar bawah. Seperti BOS (bantuan operasinal sekolah), dan bantuan-bantuan lainnya untuk meningkatkan kompetensi guru. Meskipun ada beberapa yang mandek di salah satu struktur vertikal pemerintahan. Barangkali karena infrastruktur, kompetensi SDM yang buruk (tidak mampu mengelola), dan yang paling jelek dikorupsi! Atau sengaja di tahan-tahan sampai mendekati Pilkada di beberapa daerah. Agar kesannya, karena calon kepala daerah ini dan itu, alokasi dana pendidikan dari pusat jalannya mulus karena dirinya.

Di sekolah penempatanku ini guru-guru hampir semua kebagian Dasus. Yang PNS bahkan yang honorer. Saat aku tanyakan uang itu akan digunakan untuk apa? Jawaban yang pertama muncul adalah; biasanya digunakan untuk; bayar hutang, disusul beli baju dan perhiasan, ditabung, renofasi rumah, servis motor, atau beli HP baru. Mereka mendapatkan Dasus bukan hanya tahun ini saja, tahun lalu juga mereka dapat. Hampir tiap tahun dapat, seperti langganan. Tapi sepertinya itu tidak meubah kinerja guru yang ideal.

Tidak sengaja aku nyeletuk; kenapa tidak beli laptop saja? Mereka menjawab; tidak tahu pakainya, Pak Pandi. Aku menimpali; kan sudah diajarkan, sudah pelatihan komputer juga kan? Wah, berarti usaha saya sia-sia mengajak Pengajar Muda di Lebak jauh-jauh datang ke Lebuh untuk ngajari Ibu dan Bapak-bapak ini komputer. Mereka tidak menjawabnya, malah bubar satu-satu pura-pura mau masuk kelas, ada juga yang pura-pura cari kesibukan. Aku juga bubar menuju perpustakaan. Karena tidak ada gunanya berdiam diri di situ.

 

Enam hari kemudian

Pagi ini aku piket. Guru-guru di sini sudah aku buatkan daftar piket, atas persetujuan Kepala Sekolah tentunya. Karena kebiasaan guru di sini datang dan pulang seenaknya. Perhatianku pagi ini teralihkan ke Ibu Titik, satu-satunya guru PNS perempuan di sekolah kami. Ibu Titik membawa tas laptop, tapi pikiran jelekku mengatakan itu isinya paling map-map administrasi kelengkapan kenaikan pangkat, bukan laptop. Aku cuek.

Sampai akhirnya Ibu Titik mengeluarkan benda yang mirip laptop (aku kira). Dan ternyata itu memang laptop. Karena memang itu laptop! Cieeee…cieeee laptop baru. Aku menggoda Ibu Titik pagi itu sambil menaruh jari telunjukku di layar laptop, sambil bercanda; wuiiihhh laptopnya nyetrum! Ibu Titi senyum malu-malu punya laptop baru. Kata Ibu Titik laptop itu di beli dengan uang Dasus. Ibu Titik memilih membeli merek Acer karena laptop Para Pengajar Muda Lebak yang datang memberi materi komputer di sekolah kami juga merek Acer. Ibu Titik juga bilang, saya pilih Acer karena laptop Pak Pandi Acer. Oh, laptop saya jadi Role Model ternyata. Hehe

Ibu Titik pun memintaku menginstallkan beberapa program yang cocok untuk guru di laptop barunya. Aku kira semua sudah lengkap, hanya butuh mengcopy beberapa CD media pembelajaran interaktif di kelas dan mengajarinya cara penggunaannya. Aku menantang Ibu Titik mengajar di kelas pakai LCD Projector milik SMP kapan-kapan. Dan dia setuju bin antusias.

Guru-guru mengerumuni laptop baru Ibu Titik, tentu saja Ibu Titik marah laptop barunya yang masih mulus itu di kerumuni orang-orang yang tidak punya laptop. Entah mungkin iri atau memang ingin menjadi guru keren-kreatif yang ingin meubah metode belajar di kelas. Tiba-tiba Ibu Yoyoh bilang ke aku; Pak Pandi saya mau beli laptop. Kapan Pak Pandi ke Rangkasbitung, saya titip laptop. Pak Pandi tahu laptop yang bagus kan? Nanti carikan ya, nanti sore ke rumah ambil uangnya. Tapi tolong carikan laptop yang seperti punya Pak Pandi ya (eeaaak!). Dengan agak ragu dan tak tahu malu aku bertanya ke Ibu yoyoh; emang Ibu Yoyoh punya fulus? Ibu Yoyoh menjawab; enak saja, kan saya dapat Dasus, kata Ibu Yoyoh dengan bangganya.

Pak Iwan dan Pak Enjet tidak mau ketinggalan. Mereka juga ingin di carikan laptop, tapi yang seperti punya Pak Pandi, katanya. Aku bilang saja OK, sambil terharu dengan semangat mereka untuk punya laptop. Karena pengaruhnya luar biasa ke metode mengajar kreatif di kelas. Ya, laptop baru dari Dasus. Akupun mengutuki ekspektasiku terhadap guru-guru di sini. Ternyata mereka tidak seburuk yang aku bayangkan. Dan aku tidak pantas memperlakukan secara buruk guru-guru ini di kepalaku. Ya sudah, aku mau carikan mereka laptop dulu. Yang mereknya (A*er) sama dengan laptopku. Eaaak!


Cerita Lainnya

Lihat Semua