Guru Tangguh Dari Lebuh

Fandy Ahmad 1 Desember 2012

“Pak Pandi, tadi malam Pak Osim (Kepala Sekolah) SMS. Katanya besok KKG di SDN 3 Jayamanik, dekat Bantar Jaya” Pak Haji Hafid mengagetkan aku yang sedang asik memeriksa hasil ulangan harian murid kelas enam. Pak Haji Hafid adalah salah seorang guru di SD penempatanku, SDN 1 Sangiang Jaya. Pak Haji (begitu saya memanggilnya) juga walli kelas empat di sini. Satu-satunya guru PNS laki-laki selain Kepala Sekolah tentunya. Di SD penempatan saya ada tiga orang PNS, Pak Osim, Pak Haji dan Ibu Titik. Sisanya 7 orang, Sukwan. Empat lalaki (laki-laki), tiga awewe (perempuan).

“Oh, kapan Pak? Besok ya? Di Jayamanik 3 ya?” kataku mengulang informasi dari Pak Haji yang sudah jelas.

“Iya Pak” jawab Pak Haji Hafid singkat. Tapi kali ini Pak Haji terlihat lemas tak bersemangat. Saya sudah bisa menebak kenapa Pak Haji terlihat lemas jika topik pembicaraan adalah KKG di sekitar Bantar Jaya. Karena jalan ke sana minta ampun! Terlebih sekarang sedang musim hujan. Motor tuanya yang sudah menahun tidak diservis berpotensi rusak parah. Warga Kampung Lebuh sering nyeletuk kalau saya ingin berangkat KKG; “Pak Pandi, kalau jalannya begini mah, kasihan motornya, bukan orangnya” begitu mereka sering berkelakar.

“Terus kita berangkat gitu Pak?” aku sengaja bertanya seperti itu ke Pak Haji, sekadar menggodanya yang lemas karena KKG di sekitar Bantar Jaya.

“Wah, gimana ya Pak? Waduh, gimana ya? Lihat hujan dulu kalau deras pasti jalannya hancur” kata Pak Haji. Tuh kan, benar tebakan saya! Pak Haji kurang semangat kalau KKG di Bantar Jaya.

“Ibu Titik ikut?” aku bertanya ke Ibu Titik. Sambil menaik-turunkan alis plus senyuman manis ke guru perempuan yang lain. Maksudku, pertanyaanku juga berlaku ke guru perempuan yang lain. Pertanyaanku ini sekadar pertanyaan saja, karena sudah bisa aku tebak mereka tidak akan ikut.

Tanpa komando, empat guru perempuan di ruang guru kompak geleng kepala bukan mengangguk, tanda mereka menjawab; “Enggak Ah!” tuh kan, tebakanku benar lagi!

Aku bergegas merapikan berlembar-lebar ulangan harian murid, mengambil spidol lalu bergerak ke kelas empat untuk mengajar IPA/Sains. Melihat aku mengambil spidol, Pak Ajot (penjaga sekolah) automatcaly without thinking bergegas mengambil besi lalu membunyikan lonceng seperti biasanya. Pak Ajot menjadikan aku rujukan kapan lonceng masuk dibunyikan, kapan istrahat, dan kapan pulang. Karena tentunya aku sangat disiplin, sesekali menegur guru yang telat. He he he...

Ah, hari ini anak murid kelas empat presentasi alat-alat apa saja di rumah yang masuk dalam golongan bahan konduktor dan isolator. Langit Lebak (bukan Lebuh) terlihat mulai gelap, sesuai jadwalnya di atas pukul 12 siang pasti hujan deras! Saat musim hujan seperti sekarang.

 

Pagi ini Cerah (Hari Sabtu 24 November 2012)

Aku bangun seperti biasa. Mengambil handuk, mandi, lalu menyeruput kopi terdahsyad bikinan emakku. “Pak Guru, tadi ada Pak Aden tanyain Pak Guru, katanya ikut KKG nggak?” kata emakku sambil menyapu lantai. Mataku lalu terbelalak, yang awalnya 5 watt jadi 40 watt. Aku tersenyum, semangatku membuncah. Awalnya aku mengira tidak akan ada guru ikut KKG jika musim hujan seperti ini. Tapi ternyata tebakanku, jujur dari hati yang paling dalam, kali ini SALAH! Aku bergegas memakai baju yang sudah disetrika emak, memanaskan motor, sarapan, lalu nongkrong di teras depan rumah menunggu Pak Aden lewat sambil senyum-senyum sendiri. Entah senyum tentang apa.

Senyumku semakin lebar, mengalahkan lebar senyum matahari pagi ini yang hangat. Perkaranya, Pak Aden datang dengan stelan batik KKG. Tidak sendirian tapi bersama Pak Njet. “Pak, masih lama nongkrongnya?” kata Pak Njet menggodaku. Aku tersenyum, bergegas mengambil ransel, memakai APe (sepatu bot), lalu bergegas ke tempat kami biasanya berkumpul sebelum berangkat KKG, rumah Pak Haji.

Tidak terlalu lama nongkrong, ada Pak Iwan (salah satu Guru Sukwan) lewat. Seperti tukang jagal, Pak Aden mencegatnya lalu menanyai Pak Iwan; “Dari mana mau ke mana?” kata Pak Aden garang memegang golok pinjaman dari Pak Ajot. Tapi dia sedang menggoda Pak Iwan.

“Katanya ada KKG?” kata Pak Iwan malu-malu.

“Ikut nggak?” kata Pak Haji berteriak dari teras bambu rumahnya.

Ngambil helm he lah (ambil helm dulu)” jawab Pak Iwan bergegas tidak peduli dengan Pak Aden.

Yang jadi berangkat kami berlima. Saya sendiri, Pak Haji, Pak Aden, Pak Njet, dan Pak Iwan. Kami berangkat, Pak Haji menancap kencang motor tuanya meninggalkan kami jauh di belakang. Cepat-cepat kami menyusulnya. Pak Haji tersusul, bahkan kesalip. Aku berhasil menyalipnya jauh. Tapi sial aku disalipnya lagi. Rupanya Pak Haji seperti biasanya kalau berangkat KKG selalu begitu. Maksudnya dia sengaja memancing hasrat, nafsu, dan gairahku untuk balapansambil ngetrail. Dengan motor bebek.

Oke baiklah, kami balapan sampai Tanjakan Pedang. Tanjakan yang paling dihindari oleh angkutan desa karena licin dan berlumpur kalau hujan. Jangan heran kalau anda lewat Tanjakan ini, akan terlihat penumpang turun dari angkutan dan mendorong mobil yang terjebak lumpur beramai-ramai. Aku kalah balapan dengan Pak Haji. Dengan motor tuanya.

Kami melewati jalan berlumpur, genangan air di banyak titik jalan dan akhirnya 2 jam perjalanan kami sampai juga di SDN 3 Jayamanik. Kami telat. Aku melongo, ternyata guru yang datang sedikit, tidak seperti biasanya. Tapi aku bangga gugus SD penempatanku adalah gugus paling aktif se Kecamatan Cimarga. Selain itu orang UPT dan pengawas juga hadir. Gugus SD penempataku selalu mewakilli Kecamatan Cimarga untuk ikut lomba gugus se-Lebak. Semua orang selalu yakin gugus ini akan kalah tak pernah juara. Karena perkara gugus ini ndak punya sekretariat. Tapi kalau soal keaktifan, wush...yang ingin menandingi gugus ini silahkan mundur saja yang jauh sana. Ini capaian dambaan, batinku.

Kami masuk ke ruangan menyimak sambutan-sambutan. Sambutan dari UPT dan pengawasan luar biasa. Mereka selalu menggandakan optimisme guru-guru. Membucahkan semangat. Pengawas (Pak Aip) bilang ke pada guru-guru yang hadir; “Mengabdi di tempat seperti ini sebenarnya gampang. Yang sulit hanya menyiasati dan menjadikan kondisi yang demikian sebagai tantangan untuk belajar meningkatkan kualitas diri untuk di tularkan ke anak-anak” aku kagum, ya aku Pengajar Muda saja dibuat kagum!

Kami guru-guru dari lebuh ikut materi pokok pengembangan guru. Kali ini materinya ‘masih’ administrasi pembelajaran. Guru-guru SD penempatanku begitu semangat ikut meteri. Masih banyak yang bingung soal Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), RPP, serta Prota & Prosem. Materi selesai, tuan rumah menyajikan menu sayur asam, ikan asin, sambel plus jengkol. Kami melahapnya, tapi saya tidak suka jengkol. Acara selesai, kami pulang.

Saya sengaja mencuri star meninggalkan Pak Haji jauh di belakang, melewati jalan seperti semula kami berangkat. Sampai di pertigaan Tanjakan Pedang jalannya lumayan bagus. Tiba-tiba dari belang ada motor menyalip seperti pesawat jet meninggalkan asap knalpon di mukaku. Sial, itu Pak Haji. Aku pun menanap gas mengejarnya yang jauh di depan melewati kerikil tajam dan berbatu. Tapi aku tidak bisa mengejar Pak Haji, karena jam terbangku melewati jalan ini kurang. Sampai di sekolah Pak Haji finish duluan sambil membunyikan gas motornya kencang-kencang merayakan kemenangannya. Ah, aku kalah lagi! Aku akan mengingat kekalahan hari ini, biar besok aku bisa balas dendam Pak Haji! Pak Haji tertawa serakah, karena menang balapan. Tiba-tiba terdengar suara tak wajar dari mesin motor Pak Haji. Ternyata grid motornya ada yang patah. Kali ini aku yang tertawa serakah! We ke ke ke...

Selain kalah balapan berangkat dan pulang KKG, yang tidak aku lupakan adalah ternyata masih ada guru-guru tangguh nan kepala batu di disi. Berjuang berangkat KKG. Melewati jalan berat tapi masih bisa tertawa serakah. Meningkatkan kualitas dirinya untuk di tularkan ke anak-anak mutiara bangsa di pelosok Lebak.

Saya ingin mengabarkan kepada semua guru di tengah republik atau di ujung republik. Jangan khawatir tenun kebangsaan kita akan robek. Jangan risau Indonesia seperti nasi goreng. Di Lebuh masih ada guru-guru tangguh yang merawatnya. Nyalakan saja lilinnya, di Lebuh lilin masih menyala. Ayo nyalakan bareng-bareng biar Indonesia terang dilihat dari luar angkasa. Nyanyikan lagu Padamu Negeri dengan suka cita.

Jangan khawatir akan terjadi apa-apa dengan benang yang menjadi bagian dari tenun kebangsaan di sini. Pun kami, tidak akan mengkhawatirkan benang yang ada di sana, percaya akan baik-baik saja. Karena kita adalah pemberani yang sejati. Salah hormat dari guru-guru di sini. Guru-guru tangguh dari Lebuh. Selamat hari lahir PGRI!


Cerita Lainnya

Lihat Semua