Teknik Bercita-cita
Elvira Rosanty 28 September 2013Insinyur. Lagi-lagi sebuah profesi yang umum di telinga kita, tapi awam di telinga mereka. Di kelas cita-cita yang pertama, saya dan Reza memperkenalkan profesi Fotografer kepada anak-anak SD 2 Langkahan. Di kelas cita-cita kali ini, dengan bantuan Inal, saya dapat memperkenalkan profesi Insinyur kepada mereka.
Arinal Fauza namanya, kawan saya ketika dulu berkuliah. Inal adalah aneuk aceh asli! Lahir dan dibesarkan di Lhokseumawe. Itu mengapa ia sangat paham dan peduli terhadap kondisi pendidikan di Aceh. Suatu ketika pun ia pernah menyambangi sekolah tempat saya bertugas, menemui beberapa muridku yang saat itu sedang bimbingan untuk mengikuti Olimpiade Sains Kuark. Kali ini, Inal datang dalam bentuk yang lain. Sosoknya hadir melalui sebuah surat elektronik beserta foto-foto dirinya sebagai seorang insinyur untuk anak-anak di Desa Geudumbak. Anak-anak semakin tertarik mendengarkan penjelasan saya mengenai profesi insinyur dan cerita saya mengenai Inal, terlebih karena mereka merasa mengenal Inal lebih dekat dengan mengetahui bahwa mereka sesama orang Aceh.
Inal yang sekarang ini berprofesi sebagai Insinyur merupakan lulusan Teknik Elektro bagian Telekomunikasi di Universiti Teknologi Malaysia. Sekarang ia bekerja di sebuah perusahaan wiring milik Korea di Malaysia. Tentunya hal ini luar biasa di mata anak-anak desa, bisa melihat sesama aneuk aceh yang sukses di luar sana. Saya ajak mereka untuk bersama-sama membaca surat dan melihat foto-foto yang dikirim oleh Inal. Ketika saya meminta mereka untuk membalas suratnya, bermacam komentar unik tertulis di kertas mereka:
“waktu aku melihat wajah abang di lektop buk vira wajah abang sangat imut walaupun hitam.” - Nisa
“bagaimana kudengar dengar abang kerja babrik” – Abdullah
“buah manggis buah kedodong, adek yang manis abang yang gendong” – Rahmadana
“buah manggis buah kedodong, abang manis kenalan dong” – Muya
Abang Inal, begitu ia disapa oleh anak-anak, berbagi kisah tentang cita-citanya, berbagi nasihat dan tips untuk mencapai cita-cita. Bahwa cita-cita itu adalah mimpi yang Insya Allah akan terwujud jika kita semua mau berusaha dan berdoa. Belajar bukan hanya mendengarkan apa yang guru katakan, tetapi juga harus dipahami dan diamalkan secara ikhlas. Tidak lupa, belajar itu bisa dilakukan dimana saja, bukan hanya di dalam kelas. Pesan dari Inal, jangan pernah takut untuk bercita-cita. Bercita-citalah setinggi apapun dan jangan pernah lupa belajar dan berdoa.
Terima kasih Inal, inspirasi kamu telah sampai untuk anak-anak di SD 2 Langkahan. Anak-anak ini dapat mengerti bahwa cita-cita itu harus dikejar, tidak bisa dicapai dengan hanya duduk diam di satu tempat. Semoga mereka mengerti makna dibalik cita-cita yang mereka miliki dan bagaimana menggapainya. Seperti seorang Insinyur yang selalu punya teknik.... teknik untuk bercita-cita.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda