info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Selintas Ingatanku

Dwima Rizky Rudjito 15 Juni 2012

 

SELINTAS INGATANKU

14 Juni 2012

Wisma handayani, jakarta selatan.

 

aku terbangun dari tidur karena ingin buang air kecil, kuraih telepon genggamku dan jam menunjukkan pukul 03.00 WIB lalu aku menuju kamar mandi. Di lantai 2 ini aku tidur bersama seorang temanku yaitu Kare (nama aslinya Karecka). Hampir rata-rata setiap PM 4 tidur berlima dalam 1 kamar, sedangkan aku hanya berdua saja, ya sudah tak apalah yang penting aku bisa tidur. Sejenak pikiranku melayang dan seolah mereview semua rangkaian kegiatan pelatihan yang telah aku alami selama kurang lebih 8 minggu.

 

***

 

Masih teringat jelas dalam memoriku ketika pertama kali aku datang ke kantor IM di Jln. Galuh 2 No.4 tanggal 23-April-2012. Aku datang sekitar pukul 10.00 WIB dan disambut hangat oleh teman-teman disana. Aku merasakan ketakutan, kegelisahan, kecemasan pada saat itu. Apakah aku akan diterima oleh teman-teman yang lainnya? Bagaimana jika aku tidak dapat membaur? Bagaimana kalau ternyata aku tidak mampu mengikuti ritme pergaulan dan pelatihan? Serta sejuta kegelisahan hati lainnya. Proses pemeriksaan dokumen, pelengkapan dokumen, dan pemberian beberapa logistik telah selesai hingga akhirnya pukul 14.00 WIB kami berangkat menuju wisma Handayani, Jakarta Selatan. Disana aku bersama 4 orang lainnya berada dalam 1 kamar, yaitu Herry, Billy, Dhimas, dan terakhir Agung. Dua hari tak terasa kami lewati dan akhirnya kami pun harus “hijrah” ke Batujajar, kota suci sejuta umat Kopassus untuk mengikuti pelatihan pembinaan mental, disiplin , dan fisik selama kurang lebih 4 hari. Hari-hari disana terasa amat sangat singkat, mengapa demikian? Karena disana kami disuguhi berbagai macam aktifitas yang padat mulai dari saat membuka mata sampai memejamkan mata. 29 April 2012 adalah hari dimana pelatihan di Batujajar itu selesai dan kami menuju purwakarta untuk melanjutkan kembali agenda pelatihan intensif PM. Wisma Indosat, Indosat Learning Centre adalah tempat dimana kami akan hidup bersama selama kurang lebih 7 minggu kedepan untuk merajut cita, meniti asa bersama.

 

***

 

Pelatihan mulai memasuki minggu kedua, ingatanku kembali mereview. Aku mulai diajak memasuki ranah filosofis untuk menyelami lebih dalam apa itu sebenranya inti dari gerakan IM yang bersemboyankan mengubah entitas perilaku. Yang paling menarik dari pelatihan minggu kedua ini dengan adanya sesi mengenai multiple intelligence yang menamkan ke alam bawah sadar kami bahwa setiap anak adalah juara, setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda sehingga setiap anak memiliki potensi yang besar. Terkesan agak aneh ketika pertama kali aku mendengar hal itu, tapi aku berusaha mencernanya walaupun dalam keseharian tetap saja stempel bodoh dan pintar masih menjadi alat penanda untuk murid-murid di sekolah. Masih dalam minggu kedua, aku mendapatkan ilmu mengenai otak manusia dan bagaimana cara kerjanya, Brain based Learning itulah nama materi yang menurutku sungguh fantastis.

 

***

 

Minggu ketiga sudah dimulai. Minggu ini penuh dengan materi yang menunjang kreativitas dan merangsang bagaimana para CPM untuk membuat proses belajar-mengajar yang berbasiskan kreativitas. Hal yang paling membuatku ternganga adalah bahwa semua materi harus diiringi dengan konstruktifisme, apa itu?mendengarnya saja baru pada minggu ketiga dan benar-benar membuatku pusing. Padahal aku tergolong orang yang tidak begitu kreatif (baca:tidak kreatif) ditambah lagi harus menanamkan dan membuat siswa-siwa untuk mengerti atas materi yang disampaikan berdasarkan pemahamannya sendiri yang dibangun secara perlahan-lahan, sungguh memakan proses yang lama!. Berbagai yell-yell yang penuh semangat dan antusiasme penunjang proses belajar pun baru aku dengarkan pada minggu ketiga ini, adalah Ibu Wei Lin dan Ibu Ruth yang menjadi dalang dibalik semua kegiatan ini. Minggu yang sungguh berisikan kegiatan-kegiatan belajar sambil bermain karena semua proses pembelajaran kreatif tematik berisikan permainan dan permainan yang tak lupa didalamnya terdapat materi-materi pembelajaran.

 

Pada akhir minggu ketiga pun terdapat Kegiatan Belajar-Bermain. Bermain lagi? Ya, memang minggu yang penuh dengan permainan. Dimana siswa-siswa SD yang berlokasi di sekitar area tempat training kami (Indosat Training Centre) diundang dan diajak bermain bersama-sama. KBB ditargetkan sebagai test case kami nanti di lapangan selama penugasan, bagaimana kami dilatih untuk bercengkrama dan bersenda gurau bersama anak-anak, ini adalah waktunya. Sungguh seminggu yang penuh dengan permainan mengasyikkan.

 

***

 

RPP, SKKDI dan Kurikulum, itulah kata-kata yang membuatku teringat akan pengalaman pada minggu keempat. Kami semua diajak untuk memutar otak ekstra keras guna memahami esensi dari materi-materi yang disampaikan pada minggu keempat ini. Siapa alagi tokoh dibelakang ini semua kalau bukan Ibu Wei dan Ibu Ruth yang mengajarkan semua materi tersebut. Untung saja beberapa diantara teman-temanku berasal dari keguruan dan aku belajar banyak dari mereka. Hal yang tidak aku lupakan adalah Micro Teaching! Ya, Micro Teaching. Sungguh sesuatu yang membuat teman-temanku dipelatihan ini untuk mengelus dada. Betapa tidak? Karena semua kebrutalan dan kebringasan banyak terjadi disini. Terbagi menjadi dua bagian, micro teaching memberikan sensasi pengalaman mengajar yang unik dan berbeda. Pada bagian pertama, kami difokuskan untuk penguasaan dan penyampaian materi yang telah dibagikan. Berbagai alat peraga dipersiapkan dan tentu saja RPP menjadi suatu instrument yang penting. Pada bagian kedua, micro teaching ini berfokus pada penguasaan dan pengkondisian kelas, dengan kata lain semua peserta dituntut untuk menjadi brutal, beringas, nakal, barbar dan sebagainya. Ada yang berdiri di atas meja hingga meja tersebut patah, ada yang mengikat guru yang tampil, ada juga yang mendiamkan gurunya. Sungguh menguji kesabaran dan mungkin nanti di penempatan murid-murid kami tidak akan separah ini, anggap saja ini sebagai hiburan disela-sela padatnya pelatihan intensif.

 

***

 

“Mungkin Fauzan butuh waktu untuk sendiri?”. Itulaha tagline yang paling menempel di pikiranku sampai saat ini. Perjalanan ke sekolah Batutis al-Ilmi dengan metode sentranya yang begitu unik membuatku ternganga. Hanya dengan kata-kata sederhana begitu bisa membuat murid-murid di sekolah tersebut menjadi tenang. Sungguh di luar kebiasaan dan luar biasa. Entah butuh berapa lama untuk bisa menenangkan monster-monster kecil (baca:murid-murid) dengan kalimat seperti itu. Yang jelas aku benar-benar kagum dengan sekolah tersebut, bukan hanya dengan metodenya melainkan sekolah itu juga menyediakan pendidikan gratis. Aku rasa pendirinya sudah tidak profit oriented melainkan bagaimana menyebarkan kesalehan individu agar menjadi kesalehan sosial.

 

Hal lain juga yang aku ingat adalah bahwa pada minggu ini ada outdoor activity yang berisikan kegiatan-kegiatan di luar ruangan dan membuatku cukup antusias. Bermain lempar bola, membuat rakit, hingga paint ball masing-masing memiliki kesenangan tersendiri dan dapat meluapkan ekspresi segala kejenuhan selama kurang lebih 4 minggu. Aku merasa senang bisa mendapat kelompok bermain yang kompak, Aku, Fandy, Morin, Fitra, Uun, Vera, Amri, Sandra, Mas Jaim dan bunda Maria. Kekompakan tim kami (tim Garuda) di uji dan walaupun tidak menjadi juara pertama tapi sungguh menyenangkan bisa dekat dengan teman-teman lainnya.

 

***

 

Minggu keenam dimulai. Ingatanku langsung tertuju bahwa minggu ini penuh dengan RPP yang berkesinambungan. Setiap pagi sampai siang kami mengajar, Ya kami mengajar di sekolah yang berlokasi di sekitar area pelatihan dan setiap sekolah rata-rata ditentukan berdasarkan kelompok penempatan.  Kesempatan untuk di assest adalah dua kali. Jadi dalam seminggu mengajar akan dinilai oleh assestor, kebetulan sekolahku mendapat Mbak Anya yang bertugas. Aku mengajar MTK kelas VB dan IPS kelas IVB. Sungguh luar biasa mengajar di SDN Jatiluhur 01. Sekolah yang dapat dikatakan terbaik karena memiliki sertifikasi sekolah berstandar nasional. Setiap malam hampir kuhabiskan untuk bergadang di meja depan tempat makan, apalagi yang kukerjakan selain membuat RPP dan tukar pikiran dengan teman-teman lainnya. Benar-benar menguras tenaga dan pikiran tetapi aku senang bisa menjadi bagian dari semua ini.

 

***

 

Tidak terasa minggu ketujuh sudah dimulai, aku ingat bahwa aku sedih karena ini sudah di penghujung pelatihan intensif ini. Sebelum masuk ke agenda inti, pada minggu ini datang pula group band ERK (Efek Rumah Kaca). Sungguh menyenangkan bisa bertatap muka langsung dengan group musik yang memiliki kepekaan atas perubahan sosial yang terjadi di sekitar. ERK pun membawakan beberapa buah lagu yang dibawakan untuk selingan pada sesi diskusi. Malam itu pun sungguh menyenangkan bisa menikmati musik ERK dengan orang-orang spesial yang ada di sekelilingku

 

Jadi agenda besar minggu ini yaitu Survival di Situ Lembang yang akan dilatih oleh Kopassus, mendengar kata survival sudah terbayang bahwa nanti aku akan memakan apa pun untuk mengganjal perut. Akhirnya survival dimulai. Datang ke situ lembang disambut oleh para pelatih-pelatih. Kami memasuki area situ lembang, datang disambut dengan udara dingin menusuk tulang. Tenda platoon adalah kamar kami, sungai adalah MCK kami dan udara dingin adalah nafas kami. Malam pertama dilalui dengan turunnya hujan. Keesokan harinya diadakan upacara pembukaan di lapangan tanah abang, selepas itu kami disuruh untuk merayap bolak-balik, hasilnya baju seragam bercampur dengan tanah. Selepas itu diadakan ritual mandi di sungai dalam rangka penyatuan dengan alam. “Kelinci” adalah nama hutanku yang didapat setelah berendam disungai. aku masih merasakan hangatnya tenda platoon pada malam harinya . Hari selanjutnya adalah hari yang cukup berat, bagaimana tidak kami sudah ditinggal di hutan dengan bekal singkong dan ubi sampai keesokan harinya. Bahkan dengan sangat terpaksa aku mengkonsumsi ular pada siang hari yang notabene adalah binatang buas, tetapi aku lakukan itu demi satu kata, Survival!. Hujan di malam hari, sungguh sesuatu yang luar biasa, aku satu buddy system dengan Teguh (nama hutannya: kerbau). Kami bahu-membahu ketika malam hari turun hujan tersebut. Keesokan harinya bivak pun dirobohkan dan perjalanan berlanjut. Dengan diberi kompas, kami diberi petunjuk untuk mencari bahan konsumsi yang ditaruh berdasarkan titik koordinat. Konsumsi didapat, perjalanan berlanjut. Melintasi sungai dan hutan, lalu berhenti sebentar untuk sekedar beristirahat dan makan siang. Memasak dengan parafin dan semua bahannya adalah alami, singkong, ubi dan nasi pun dimasak. Aku pun makan dengan lahapnya bersama Didi, Darul, Faisal, Budi dan Fandy. Perjalanan pun berlanjut, usai makan aku meneruskan perjalanan menjelajahi hutan situ lembang. Rimbun, basah dan lembab itulah kalimat yang dapat mewakili bagaimana hutan itu. Pohon-pohon tinggi menjulang yang menjadi saksi bisu atas semua yang terjadi di tanah situ lembang, tanah yang penuh historis dan pohon-pohon itulah yang menyaksikan semua kegiatan pelatihan Kopassus disana. Aku melewati pepohonan, sungai kecil, batang pohon yang jatuh dan lintasan lainnya.

 

Akhirnya perjalanan menyusuri hutan selesai, semuanya berhenti dan beristirahat untuk makan siang. Sembari istirahat aku pun bersenda gurau dengan teman-temanku. Setelah Ishoma lalu perjalanan pun dilanjutkan. Hanya saja kali ini menggunakan perahu untuk melintasi danau situ lembang. Tim pun sudah terbentuk, akhirnya aku dengan anggota tim lainnya menunggu giliran, setelah dapat giliran aku pun naik dan mulai mendayung. Cukup pegal juga melintasi danau yang jaraknya cukup jauh. Setelah sampai ke hulu semua peserta diminta untuk mendirikan bivak. Aku mendirikan bivak sendiri karena temanku belum sampai. Bivak pun berdiri, aku menghabiskan waktu bersama teman-temanku dan malam pun tiba. Semua peserta diminta untuk menyusuri hutan sendirian yang hanya ditemani oleh tali sebagai lintasan. Perjalanan cukup jauh, jatuh bangun sudah kulalui. Bau pun sudah tidak masalah. Akhirnya setelah itu aku dan 70 teman-teman lainnya dilantik menjadi “Pengajar Muda IV” pada saat malam yang dingin. Moment yang tak akan bisa terulang

 

***

 

Inilah detik-detik menjelang perpisahan, minggu kedelapan. Tak terasa memang sudah sampai pada penghujung pelatihan ini. Agenda minggu ini adalah bertemu dengan tokoh-tokoh nasional dan yang paling berat yaitu Deployment alias penempatan. Perasaanku sedih, senang dan  gundah menjadi satu. Pada hari selasa malam diadakan perpisahan. Selamat tinggal Jatiluhur, Selasa malam menjelang dini hari adalah saat-saat yang indah, mengapa?hanya aku saja yang boleh tahu. Yang jelas aku menemukan suatu alasan untuk terus bersemangat dan tak sabar menunggu 1 tahun ke depan setelah penempatan. Aku tidak tidur karena harus packing dan terus terbayang-bayang hal apa yang akan menimpaku. Pagi harinya dilanjutkan dengan perjalanan menuju jakarta untuk bertemu dengan Arifin Panigoro, kunjungan ke Bank Mandiri dan juga wakil presiden RI, Boediono. Satu hari yang inspiratif dan akhirnya bus pun menuju titik awal dimana kami semua dipersatukan, Wisma Handayani. Aku menjadi teringat waktu pertama kali kami datang ke wisma handayani dengan penuh malu-malu. Aku, Herry, Agung, Billy dan Dhimas adalah satu kamar di kamar 1428 pada saat awal pelatihan. Tapi kini aku hanya satu kamar dengan Karecka (panggilannya sih Kare) di 1212. Aku bersyukur karena bisa mendapatkan waktu untuk sendiri lebih banyak, di sisi lain aku juga sedih karena disaat moment perpisahan aku hanya berdua dengan kare. Begitu sampai aku langsung terlelap tidur yang sebelumnya diawali dengan percakapan dengan kare.

 

***

 

Itulah yang aku renungkan pada saat terbangun dini hari pukul 03.00 WIB. Semua kenangan terlintas begitu saja dengan spontanitas tanpa membutuhkan stimulus apapun untuk memikirkannya. Detik-detik perpisahan sudah terasa, hati dan pikiranku dipenuhi tanda tanya, apakah nanti setahun kedepan aku akan mendapatkan kehangatan yang seperti ini? Apakah setahun kedepan aku bisa mendapatkan ketulusan seperti saat ini? Ahh, kenapa ini semua harus cepat berlalu di saat aku sudah nyaman dengan semua keadaan yang ada? Tanpa pikir panjang aku pun kembali memejamkan mata dan melanjutkan tidurku.” Que Serra-Serra”. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua