info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Pria Yang Selalu Melawan!

Dwima Rizky Rudjito 10 Juli 2012

Ini adalah sepenggal kisah tentang perlawanan di danau sentarum. Antara putra-putri daerah gugusan danau tersebut terhadap keadaan yang tidak berpihak kepada mereka. Keadaan yang membuat mereka mengepalkan tangan dan mengangkat tangan kirinya ke atas sebagai bentuk perlawanan. Dan ini adalah sedikit kisah tentang perjalanan hidup pria yang selalu melawan.

***

Namanya adalah Ade Jumhur, dia adalah kades Semalah. Ia lahir pada tahun 1972.  Ia hanya mengeyam pendidikan sampai bangku SMA. Sempat lolos seleksi PMDK UGM, tetapi ia tidak mengambilnya.

Pertama kali ia terlibat dalam proyek pelestarian kawasan danau Sentarum pada tahun 1994 lalu hal tersebut menjadi pintu masuknya memasuki dunia yang penuh perlawanan. Setelah ia terlibat proyek tersebut maka ia memutuskan untuk bergabung bersama Wetland International, sebuah lembaga yang berkonsentrasi terhadap perlindungan lahan basah. Lahan basah yang diamana memiliki fungsi penting dalam ekosistem. Tanah kelahirannya adalah bumi yang selalu dialiri oleh kapuas. Itulah yang membuatnya tertarik dan bergabung untuk menyingsingkan lengan baju bersama organisasi itu.

Setelah malang melintang bersama organisasi tersebut, ia memutuskan untuk bergabung bersama Diantama, sebuah organisasi yang berfokus pada Community Development di daerah lahan basah ini. Fokusnya adalah pada pemberdayaan masyarakat dan bersifat teknis aplikatif. Berbekal pengalamannya pada community Development, ia melangkahkan kakinya ke dalam ranah advokasi.

Advokasi dalam bidang lingkungan hidup, Riak Bumi adalah nama organisasinya. Ia begitu menikmati selama berada di Riak Bumi. Ia aktif menyuarakan kelestarian ekologi dan keselarasan lingkungan dengan manusia. Penting sekali menjaga keselarasan dengan alam agar tidak terjadi gejala-gejala perubahan yang dapat berimbas terhadap perekonomian, sosial dan budaya.

Riak Bumi berfokus pada advokasi yang selalu digaungkan melawan kerakusan-kerakusan “si pemilik modal” terhadap eksploitasi dan eksplorasi kekayaan alam bumi kapuas hulu. Banyak dari para pemilik modal yang melihat bahwa kapuas hulu seperti perawan yang seksi. Pemilik modal yang rakus berlomba-lomba untuk sepuas mungkin mengeksplorasi dan mengkesploitasi kekayaan alam yang dimilikinya tanpa bertanggung jawab.

Setelah merasa bahwa ternyata proses advokasi tidak cukup, maka pria yang selalu melawan itu merenungkan dan memikirkan format seperti apa yang cocok untuk membangun kesadaran secara kolektif kepada masyarakat bahwa danau Sentarum memiliki kekayaan yang berlimpah ruah, rakyat didalamnya harus menjadi tuan di tanah sendiri. Akhirnya ia memutuskan untuk mendirikan sebuah gerakan.

Ya, sebuah gerakan yang bertujuan mengajak seluruh pihak dan seluruh elemen dapat bergabung bersama menciptakan kesadaran sosial dan merubah paradigma bahwa harus ada perubahan di tanah ini. Perubahan secara moral dan paradigma dalam menyikapi kemelut yang ada di tanah luas tak bertuan ini. Bersama-sama putra-putri danau Sentarum ia terus menyuarakan perlawanan.

Perlawanan terhadap kerakusan korporasi, perlawanan terhadap pemerintahan yang dianggapnya buta, tuli, dan bisu karena tidak melihat, mendengar dan bertindak terhadap kerakusan yang dilakukan oleh korporasi-korporasi. Seakan-akan memiliki stereotype yang sama, setiap penjahat pasti akan berlindung dibawah ketiak penguasa. Itulah yang dirasakan oleh pria ini.

Pada tahun 2008, ia melakukan perlawanan besar-besaran berupa menolak dan mengecam adanya perubahan fungsi hutan menjadi lahan sawit. Sawit seharusnya dalah musuh bersama bagi semua yang berada dalam lingkungan danau setarum, hanya segelintir saja yang mengetahuinya.  Lebih dari 2.000.000 Ha lahan sawit berada ditengah-tengan pulau ini. Badau dan Suhait adalah daerah yang menjadi rumah bagi para sawit-sawit ini. Menurut pria yang selalu melawan ini bahwa sawit dapat menggangu ekosistem dan merubah kultur.

Dilihat dari sudut ekologi, bahwa sawit menghasilkan limbah. Limbah yang berasal dari pupuk yang berton-ton ini mengalir ke sungai kapuas. Ketika musim pasang tiba, limbah itu mengalir melewati sungai Kapuas, Tawang dan menuju ke aliran sungai Leboyan, yang melewati daerah danau Sentarum. Ketika musim surut tiba, maka air yang sudah masuk di aliran sungai Leboyan dan Tawang ini akan keluar lagi menuju sungai Kapuas. Dikarenakan air surut maka aliran sungai menjadi sempit dan permukaan air akan turun. Akhirnya aliran limbah ini terkumpul di antara pertemuan sungai Kapuas dan Tawang yang menjadi pintu masuk menuju danau Sentarum.

Air ini mengandung kandungan zat-zat kimia yang berbahaya bagi makhluk hidup. Pada akhirnya ikan akan terhalang karena ikan tidak bisa melewati air tersebut, dan ikan hanya berkumpul di daerah sungai Tawang sedangkan di daerah danau Sentarum ikan-ikan banyak bermigrasi ke daerah yang lebih jauh dan hanya bersifat temporer. Ikan akan habis ditangkap di sungai Tawang, yang tersisa di daerah danau Sentarum hanya ikan-ikan kecil yang biasa dijadikan sebagai pakan. Sisanya sudah diambil dan habis.

Dari segi ekonomi tentu saja dapat mempengaruhi nasib orang-orang yang mencari pendapatan di daerah danau dan sekitarnya. Dari segi sosial dengan adanya sawit dapat menjadikan warga pribumi sebagai pembantu yang mengais-ngais dari sisa-sisa si pemilik modal. Ini menjadikan tuan tanah sebagai budak di tanah sendiri. Itulah beberapa alasan yang melandasi bahwa sawit adalah musuh.

Setelah malang melintang melalui perlawanan grasroot, ia mencoba memasuki dunia perlawanan melalui jalur lain dengan tujuan untuk membangun daerah melalui ranah birokrasi dan regulasi, yaitu dunia politik pada tahun 2009. Tetapi nasib berkata lain, ia belum ditakdirkan menjadi wakil rakyat di tingkatan daerah. Partai moncong putih yang menjadi kendaraannya belum dapat mengantarkannya menuju tempat pembuat kebijakan bumi uncak kapuas. Ia tidak berputus asa untuk terus melawan.

Pada tahun 2011, masyarakat desa Semalah memanggil hatinya untuk mengabdi di kampung sendiri, ia pun menjawab panggilan itu dengan hatinya melalui pencalonan dirinya menjadi ketua desa. Setelah melanglang buana ia pun akhirnya kembali lagi ke desa untuk membangunnya. Panggilan hatinya menjadikannya kepala desa. Panggilan hatinya untuk menjawab beban moral yang dia rasakan. Panggilan hatinya menjadikannya terus melawan. Melawan melalui proses dan cara yang berbeda dari sebelumnya. Perlawanannya tidak pernah berhenti.

Kini ia melawan musuh yang lebih nyata. Kemiskinan, kebodohan, apatisme dan kejumudan dalam masyarakat. Semua itu ia coba lawan, lawan, dan lawan dengan tindakan yang lebih konkrit dan nyata. Ia mencoba menjadikan desa sebagai role model atas miniatur negara. Negara yang benar-benar mencerminkan demokrasi, pancasila dan tentu saja menerapkan ekonomi kerakyatan. Desa kecil yang terpencil ini menjadi saksi atas perlawanannya yang masih berlanjut sampai saat ini dan nanti hingga ujung waktunya. Mungkin lain waktu akan kuceritakan bagaimana pemikirannya yang briliant.

***

Aku jadi teringat kata-kata pak Hikmat bahwa nanti di penempatan akan ada pemimpin besar di tempat kecil yang luar biasa, aku rasa hal tersebut memang benar.


Cerita Lainnya

Lihat Semua