SEPOTONG NEWZEALAND, AMBONIKI
DIYAN PURNAMA SARI 29 Oktober 2017Amboniki bukan nama orang, bukan juga nama daerah di Maluku. Amboniki adalah nama Desa penempatan tugas ku saat ini. Bertempat di Kecamatan Latoma, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Desanya terletak diatas pegunungan Abuki. Amboniki termasuk dalam tiga Desa teratas di Kecamatan Latoma dan Desa terdingin.
“Kenapa kita ditempatkan di Amboniki? Kenapa tidak yang laki-laki saja?” begitulah pertanyaan yang selalu terlontar dari mulut warga. Ya, saat pertama kali menginjakan kaki di Amboniki dan berkenalan dengan warga Desa saat pisah sambut aku bercerita bahwa aku sangat tidak menyangka akan ditempatkan di daerah pegunungan. Aku bahkan baru pertama kali mendaki saat pelatihan fisik dan mental. Aku yang besar di kota industri ini memiliki ketahanan fisik yang lemah kala suhu dingin menyapa, seketika aku menjadi anak ingusan, itulah alasan ku kenapa tidak terlalu suka berada di daerah pegunungan. Maka dari itu warga banyak bertanya-tanya kenapa aku di Amboniki? Kenapa tidak di desa lain yang berada di bawah dengan keadaan tidak terlalu dingin. Selain itu, ku kira daerah yang akan aku jejaki ini adalah daerah pesisir karena melihat semua daerah penempatan angkatan XIV adalah daerah pesisir. Ternyata jauh dari yang namanya pantai.
Tapi kini aku tahu kenapa aku di Amboniki. Semua hal yang ada di Amboniki sangat bertolak belakang dengan diriku. Aku yang tidak tahan dengan suhu dingin akhirnya mulai beradaptasi dengan suhu dingin pegunungan di Amboniki, apalagi saat musim panas, dimalam hari ia akan menjadi ganas. Suhu dingin bukan lagi hanya menyelimuti tubuh ini, tapi juga menusuk hingga merasuk kepersendian. Keheningan malam yang ramai dengan suara merdu jangkrik, lolongan anjing, burung hantu tertawa, hentakan babi hutan, dan gulita malam yang terang dengan bintang-bintang yang dapat ku lihat indahnya dari balik ventilasi kamar yang cukup terbuka dari atas tempat tidurku.
Amboniki sangat mengontrol ke-ekstrovert-an ku yang ENFP ini, disana hanya ada sekitar 39 KK, dengan letak susun Desa yang sangat rapih, asri nan estetik. Lapangan dan Sekolah berada di tengah Desa, barulah rumah-rumah mengelilinginya. Ditambah lagi lapangan juga menjadi ranch sapi, banyak sapi disana berada di tengah Desa. Makmur dengan segala suguhan rumput hijau dipadang itu, seakan berada pada sepotong Newzealand. Tidak mengherankan jika Amboniki masuk kedalam salah satu kandidat Desa Impian se-Sulawesi Tenggara.
Mata pencaharian warga disana adalah berkebun sperti Nilam, Kakao, dan Merica. Warga selalu ke kebun setiap harinya jadi Desa selalu sepi, menjelang sore barulah ramai. Namun, ketika musim panen tiba mereka akan tinggal di rumah-rumah kebun mereka selama kurang lebih satu minggu. Itulah kenapa di Desa itu ke-ekstrovert-an terkontrol, tenang dan damai. Bahkan anak-anak selepas pulang sekolah saja mereka akan menyusul orangtua mereka ke kebun.
Tidak ada pasar di Desa, sehingga terkadang jika penjual ikan, sayur, dan kampas (sembako) tidak naik warga mencari sayur paku (pakis) dipinggir sungai, mepidi (tembak ikan), atau memasang jerat di dalam hutan. Yang penting, malam itu ada lauk untuk menemani Sinonggi (makanan khas Suku Tolaki) bersama keluarga.
Aku menyebut Amboniki sebagai Negeri Lembah Berkabut, karena Desanya yang dikelilingi perbukitan disekelilingnya. Ibaratkan sebuah mangkuk, Amboniki berada di dasar mangkuk itu. Amboniki selalu berkabut setiap harinya, terlebih lagi pagi dan sore hari. Kala musim panas, matahari datang lebih awal dari biasanya 05.20 WITA ia sudah mengintip dari balik bukit. Mega-mega cahaya matahri pagi, kekuningan, menghapus gelapnya malam di Amboniki. Sepotong Newzealand ini pemberian nama dari seorang guru magang dari tanah merica, Routa.
Jadi, dimanapun kamu ditempatkan, seburuk apa pun kondisinya menurutmu, tetaplah berpikir bahwa Tuhan selalu berikan apa yang kamu butuhkan, bukan apa yang kamu mau, bukan apa yang kamu suka. Dibalik pahitnya obat, ia menyembuhkanmu. Begitupun skenario Tuhan, yang terlihat buruk tidak selamanya berarti buruk.
Rumi said you just made it look beautiful, not really beautiful, because beautiful is not only from the appearance. Sometimes you need to feel it by your heart not your sensory.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda