Jagoan (pun) menangis : Perpisahan Kelas 6

DewiRahmawati 10 Juli 2016

“Bergegas lah kawan, sambut masa depan. Tetap berpegang tangan, saling berpelukan. Berikan senyuman, sebuah perpisahan. Kenanglah sababat, kita untuk selamanya” (BF2B)

Jumat, 17 Juni 2016, hari yang akan menjadi kenangan terindah atau apapun nama dari kenangan itu, yang jelas hari ini semua perasaan tercurahkan dan bermacam ekspresi dapat aku tangkap dari semua orang yang hadir dalam acara itu. Ya.. setelah 4 tahun berturut-turut sekolah tidak menyelenggarakan perpisahan dengan acara dan undangan orangtua, akhirnya di tahun 2016 ini acara tersebut dapat dilaksanakan kembali. Dalam 4 tahun terakhir biasanya perpisahan hanya dilaksanakan intern guru dan siswa kelas 6, dengan kegiatan masak-masak dan diakhiri dengan makan bersama. Tahun ini semua guru dan kepala sekolah bersepakat untuk melaksanakan perpisahan yang berbeda, dengan melibatkan orang tua wali. Semoga ini menjadi langkah awal untuk lebih mempererat jalinan komunikasi antar warga sekolah. Rancangan perpisahan yang sederhana, lantas tidak membuat anak-anak kelas 6 seadanya dalam menyiapkannya. Aku melihat semangat dan keinginan mereka agar acara tersebut terlaksana. Kalau dihitung-hitung acara ini hanya dipersiapakan dalam tempo 2 hari dikarenakan ada beberapa kondisi. Tapi sekali lagi, semangat anak-anak inilah yang membuat aku dan guru-guru lain tergerak untuk mendampingi mereka berkegiatan.

“Terimakasih ku,, ku ucapkan,, pada guruku yang tulus”, saat itu lagunya terdengar masih sumbang, fals bahkan liriknya pun lupa. Namun saat aku bilang “ulangi” mereka pun mengulangi lagi dengan semangat, hingga mereka benar-benar hafal lagunya. Sumpah… hanya rasa haru yang kurasakan saat aku menatap satu persatu wajah anak-anak itu. Usai latihan bernyanyi mereka berlatih menari, dan beberapa anak membantuku menyiapkan dekorasi. Berhubung sudah terasa sangat lelah sekali, akhirnya guru-guru memutuskan untuk mengakhiri latihan sore hari ini, dan dilanjutkan esok hari.

Kamis, 16 Juni 2016, hanya ada rasa deg-degan di hati, antara iya dan tidak. Apakah terlaksana acara perpisahan ini atau tidak. Hahaha.. oke “Ayo,, sekarang anak kelas 1,2,3 kumpul bersama Bu Dewi, dan 4,5,6 kumpul bersama bu Mardiana” teriak ibu Kristin kepada anak-anak saat memberikan instruksi. Yes.. ayo berlatih, berjuang dulu bah!. Kali ini anak-anak kelas bawah aku ajak bernanyi dan menari lagu “Terimakasih Guruku”, karena waktu yang mepet, jadi sangat tidak memungkinkan apabila mereka aku ajari tarian daerah seperti kelas atas. Its.. oke yang penting anak-anak sudah hafal lagunya, tinggal gerakannya saja.

“Pagi ku cerah ku, matahari  bersinar…”, musikpun mulai ku putar dan beberapa saat kemudian… ‘’Aarrrrrgkkk buk buk Yud pingsan buk.” Oh..God…Tuhan ada apa ini… dan ternyata salah satu muridku ada yang kesurupan. Semua guru laki-laki langsung sigap membantu, dan anak-anak langsung memanggil keluarga Yusdiana. Aku dan Bu Mardiana pun lebih mementingkan dan mengamankan anak-anak agar tidak mengerubungi Yud yang tengah ditangani oleh Pak Guru. Menghela nafas panjang dan alhamdulillah….akhirnya terselesaikan, Yusdiana pun diantar untuk pulang ke rumah. Oke… karena suasana tidak lagi kondusif, akhirnya anak-anak dipulangkan, sedangkan anak kelas atas sore harinya kumpul kembali kesekolah untuk latihan lagi dan mendekor. Humh.. untuk anak-anak kelas bawah, ibu yakin kalian bisa untuk penampilan esok hari. Amin.

Its show time… Ya.. pagi ini sangat meriah, langsung kuputar lagu-lagu penyemangat, semua murid kelas 6 dan beberapa guru menyelesaikan pemasangan dekorasinya. Melihat speaker ku yang kurang keras, akhirnya Pak Jabar ke rumah Pak Kepala Desa untuk mengeluarkan amplifier wireless  agar lebih kencang suara musiknya. Yuhu.. dan satu demi satu anak-anak pun datang bersama orang tua mereka, ya walau tidak semua orang tua bisa hadir. Namun suasana keakraban ini benar-benar tercipta. Tidak berapa lama datang lah Kepala Sekolah dan Bapak Sekdes mewakili Pak Kades.  Rangkaian acara demi acara digelar, gelak tawa sangat terasa saat anak kelas bawah bernyanyi dan menari dengan wajah polos mereka yang lucu. Kegaguman dan tepuk tangan diberikan seluruh undangan yang hadir saat melihat anak-anak menari tarian Dayak.  Oh My God.. ternyata aku makin cinta.. I Love Borneo…

Tiba saat seremonial pelepasan, satu persatu anak-anak kelas 6 naik ke panggung. Mereka menyanyikan lagu Hymne Guru dan Terimakasihku, sungguh terasa perbedaan suasana yang mulai mengharu biru. Tak lama kemudian Bapak Kepala Sekolah naik ke panggung untuk memulai melepas topi dan dasi siswa satu persatu sebagai simbol mereka telah menyelesaikan pendidikan di jenjang SD. Mulai terlihat beberapa orang tua menitikkan air mata, apalagi saat siswa kelas 6 mencium tangan mereka. Uh… tahan tahan (aku sendiri jadi pengen nangis… L). Kemudian disusul dengan acara pamitan adik-adik kelas ke kakak kelas 6, semua anak berurut dari kelas 1 sampai 5 berbaris rapi untuk mengucapkan salam perpisahan kepada kakaknya. Tuhan.. suasananya semakin syahdu dan hampir semua anak menangis dalam momen itu. Bahkan anak yang terkenal sangat aktif dan jagoan di sekolah, Enos, Syahril, Eben, Agustin, Novita tampak menangis tersedu-sedu saat berjalannya prosesi tersebut.  Terlebih anak kelas 6, semua murid berpelukan dengan tangis haru, suka dan bahagia. Aku tak menyangka bisa mengalami moment seperti ini Tak lama kemudian aku menghampiri Enos dan mengusap-usap kepalanya, ”Addoiinak.. jagoan Bu Guru nangis Bah!” dan Enos pun hanya tersenyum sebentar dan tetap melanjutkan nangisnya. Yes.. semangat, semangat itulah yang membuat semuanya tergerak dan bergerak. Anak-anak itulah yang memberikan semangat 200 % kepada kami para guru, hingga kami pun menjadi 100 % untuk mereka. Terimakasih nak.. kalian sungguh menginspirasi, Ya.. perpisahan ini bukan lah akhir, namun hal ini adalah awal dari perjalanan panjang yang harus mereka tempuh. Semoga mimpi dan cita-cita kalian tercapai nak!. Amin.

Semunad, Jumat 17 Juni 2016


Cerita Lainnya

Lihat Semua