Siapa Sangka!

Deti Triani 12 Juli 2015

Saya menuliskan itu di halaman depan buku dengan harapan suatu saat saya bisa menjadi bagian dari Gerakan Indonesia Mengajar, dan merasakan pengalaman sangat berharga seperti yang diceritakan dalam buku tersebut, menjalani profesi sebagai guru padahal jurusan saya sama sekali tak ada hubungannya dengan pendidikan apalagi untuk anak SD. Syarat harus lulus S1 membuat saya hanya bisa menaruh mimpi satu ini langsung saja di masa depan. Menjadikannya salah satu langkah yang akan saya capai begitu saya lulus.

Waktu berjalan, ternyata ada beberapa orang yang saya kenal terpilih menjadi Pengajar Muda. Diawali dengan Ka Wanya (PM IV Fakfak) yang banyak berbagi dengan saya suka-duka menjadi PM selama di penempatan. Saya pun diberikan kesempatan berkirim surat dengan anak muridnya beberapa kali. Satu tahun kemudian  Mba Eni, rekan dari satu laboratorium yang sama, juga terpilih sebagai PM VI untuk Pulau Bawean. Saya juga berkesempatan berkirim surat dengan beberapa anak muridnya.

Cerita berlanjut di semester kedua saat Mba Eni bertugas. Kedua muridnya di SDN 2 Kepuh Legundi, Jamaliya dan Zulaikha lolos ke babak final Kompetisi Matematika Nalaria Realistik (KMNR) tahun 2014 yang bertempat di kampus saya, IPB. Selain itu ada 2 murid dari 2 SD lain di Bawean yang juga lolos ke final. Segera setelah memastikan murid-murid dari Bawean akan berangkat ke Bogor, Mba Eni langsung menginfokan kepada saya dan meminta bantuan untuk menemani anak-anak yang lomba beserta guru dan relawan lain yang mendampingi. Selesai lomba, sebelum mereka pulang saya mengutarakan keinginan (bukan janji ya, hihi) setelah lulus akan berkunjung ke Bawean untuk berlibur.

Cerita lainnya adalah ketika pelepasan program IPB Goes To Field 2013 yang saat itu Universitas Paramadina juga mengikutsertakan mahasiswanya untuk bersama-sama mahasiswa IPB turun ke desa menjalani program yang telah disusun. Sehingga saat pelepasan Pak Anies ikut memberikan pembekalan. Dalam kesempatan bertanya, saat memperkenalkan diri (lagi-lagi) dengan percaya diri saya mengatakan :

“Perkenalkan Pak, Saya Deti Triani. Kalau saat ini Bapak melepas saya sebagai mahasiswa yang akan turun ke desa. Semoga 2 tahun yang akan datang, Bapak melepas saya sebagai Pengajar Muda”

Lalu satu ruangan mengaminkan.

Tahun ini, tahun 2015.

Jujur saat membuka kembali buku Indonesia Mengajar setelah saya lolos seleksi, saya baru teringat kembali tulisan di halaman pertama itu. Saya juga baru teringat pernah mengatakan hal di atas setelah diingatkan oleh teman saya.

Siapa sangka, saya lolos seleksi menjadi Pengajar Muda.

Siapa sangka, saya berkunjung ke Pulau Bawean bukan untuk beberapa hari. Tapi untuk satu tahun!

Siapa sangka, saya ditempatkan di sekolah yang tahun lalu murid dan gurunya saya temui di Bogor, juga akan jadi salah satu guru untuk murid-murid yang pernah berkirim surat dengan saya. Padahal IM menempatkan PM secara acak.

Siapa sangka celoteh-celoteh saya untuk hal satu ini juga dianggap doa oleh Tuhan.

Dulu selesai membaca buku itu, saya memang mencoba membangun motivasi kenapa saya harus menjadi Pengajar Muda. Dibalik apapun doa dan motivasi saya, saya hanya menjalani. Pada akhirnya Tuhan-lah yang menakdirkan dan merangkai semuanya. Semoga saya bisa menjalani rangkaian selanjutnya dalam satu tahun kedepan dengan baik, belajar banyak hal, dan memberikan semua yang terbaik. Aamiin.

In learning you will teach and in teaching you will learn – Son of Man (Ost Tarzan)

Terima kasih untuk siapapun yang pernah mengaminkan celotehan tentang mimpi saya satu ini. Saya sudah menyangka bahwa karena “Amin” dari kalian memang akan menjadi bagian penting dari doa yang terkabul. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua