info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Pendidikan Tanpa Sekat

Danang Aditya Nizar 28 April 2015

Tulisan ini merupakan karya dari Abdul Fatah, penanggung jawab Dhurung Elmo Dusun Telukmur

 

“Tangan kanan ke depan, ke belakang

Depan belakang lalu goyangkan

Tepuk tangan dan berputarlah

Mudahkan caranya!“

“Sekali lagi!” teriak Mas Danang dan Mbak Nana memberi semangat kepada anak-anak Dusun Telukmur, sesekali mereka juga menggoda  dengan gerakan yang mengundang semangat anak-anak untuk bergoyang lebih semangat lagi. Hasilnya heboh luar biasa, sehingga Mbak Tuti repot dibuatnya dalam mencari momen yang tepat untuk mengabadikannya. Itulah kira-kira sekelumit gambaran saat acara peresmian Dhurung Elmo (DE) Dusun Telukmur, semua bernyanyi dan bergembira bersama cuaca cerah pagi itu. Namun sayang sekali karena Mbak Laila, Mas Teguh dan Mbak Sonya berhalangan hadir pada acara tersebut. Padahal panitia telah memundurkan jadwal kegiatan yang seharusnya dilaksanakan pada minggu yang lalu, dengan harapan seluruh Pengajar Muda (PM) dapat hadir di Dusun Telukmur, namun rupanya kesibukan para PM memang cukup padat. Aku sangat kagum dengan totalitas pengabdian yang telah diberikan mereka untuk kampung halamanku—Bawean—karena ternyata kita jadi mengetahui bahwa semalam mereka semua baru saja mengisi acara di Dusun Paginda hingga larut malam. Sementara keesokan paginya pukul 09.30 WIB mereka sudah harus berada di dusunku dalam rangka peresmian DE sekaligus sebagai ajang silaturahmi dengan warga. Mungkin dapat dibayangkan bagaimana rasa lelah yang mereka rasakan.

Akhirnya momen yang telah dinanti pun datang. Mas Danang dan Mbak Nana tiba dengan wajah yang sangat sumringah dan tidak tampak rasa lelah di wajah mereka, walaupun mereka sehabis melaksanakan tugas sampai larut pada malam sebelumnya di Dusun Paginda. “Maaf Pak kami sedikit telat,” kata Mas Danang, “Mbak Tuti masih di belakang karena ban motornya bocor di Diponggo”. Aku salut dengan semangat yang mereka tampakkan. Andaikata mereka dapat lebih lama lagi tinggal di sini aku sangat yakin akan lebih banyak lagi kolaborasi segar yang mereka tawarkan pada kami, sebagaimana ketika mereka menawarkan konsep DE dalam pertemuan di Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Hasan Jufri Januari lalu.

Masih jelas dalam ingatanku diskusi awal dengan para PM, untuk menyediakan bahan bacaan yang layak baca di tempat yang tidak biasa, yaitu dhurung. Padahal sebagaimana yang selama ini kita pahami, bahan bacaan biasanya ditempatkan di tempat yang lebih familiar seperti sekolah dan perpustakaan. Tapi kali ini PM menawarkan inisiatif kolaborasi dengan ‘selera lebih’. “Kita harus bisa memberi manfaat lebih dari keberadaan dhurung yang ada di Bawean,” kata Mbak Tuti dalam sesi pertemuan tersebut. Kata-katanya meluncur dengan tegas berupaya memberikan keyakinan kepada kami bahwa kita perlu melakukan sesuatu di daerah masing-masing agar pergaulan masyarakat dengan pendidikan tidak terlalu dibatasi oleh sekat-sekat formal. Sehingga buku sebagai sumber ilmu pengetahuan bisa dengan mudah dijangkau oleh siapapun dalam keadaan apapun. Memang dalam konteks ini aku mengakui dhurung sangat strategis; posisinya sangat mudah dijumpai dan terdapat suasana kekeluargaan pada setiap interaksi di dalamnya. Fakta bahwa dhurung masih menjadi pusat interaksi bagi setiap kalangan, mulai dari orang tua, remaja sampai anak-anak, semakin menambah kesan yang ada.

Semua yang hadir dalam pertemuan itu bersemangat karena merasa mendapat wawasan baru,  semangat baru dan kami semua pulang dengan membawa kesepakatan untuk mewujudkan keberadaan DE di dusun masing-masing. Aku pun pulang dengan perasaan bangga karena sebentar lagi salah satu dhurung di tempatku sudah bukan dhurung biasa lagi, sudah bukan lagi dhurung yang hanya dimanfatkan untuk beristirahat atau sekedar tempat bercengkrama. Namun lebih dari itu; yaitu sebagai tempat menyenangkan semua warga untuk mencari berbagai informasi yang dibutuhkan. Amboi, suatu nilai manfaat yang sangat indah dan semua itu dapat dirasakan berkat kerja sama seluruh elemen masyarakat bersama para PM.

Pateken, 11 April 2015


Cerita Lainnya

Lihat Semua