Kapal Pengharapan dari Desa Jahitan

Christy Palindatu Tangkeallo 5 Maret 2025

Kapal adalah simbol sebuah perjalanan — meniti perairan  luas yang penuh misteri, menantang gelombang air yang tak terduga, dan mengarungi arah yang kadang kala masih samar. Seperti kapal yang berlayar, manusia menjalani hidup dengan tujuan, harapan, dan keberanian. Kapal bergerak dari satu pelabuhan menuju pelabuhan yang lain. Tidak mengenal tempat itu terpencil, selama ada penumpang yang membutuhkan, selama ada sungai atau laut yang bisa dilewatinya, selama ada angin yang bisa mendorong layarnya, kapal akan terus bergerak maju. Kapal itu ternyata berlayar juga dari desaku, Desa Jahitan. Desa di pinggiran sungai yang terpencil, penuh dengan ketenangan, namun di saat bersamaan juga penuh dengan semangat yang menggebu-gebu. Tahun ini, kapal itu singgah di banyak tempat untuk membuktikan kemampuan berlayarnya.

Namanya adalah Adinda, seringnya ku panggil dengan sebutan Kak Dinda. Murid kelas 5 SD yang selalu berani mencoba banyak hal-hal baru, karena baginya sesuatu yang baru itu selalu menarik untuk dikulik. Tahun ini, ia menyatakan ketertarikannya untuk mengikuti lomba Kriya yang jadi salah satu perlombaan dalam kegiatan FLS2N. Bersama dengan pak Jaharrudin selaku orangtua sekaligus wali murid kelas 5, diputuskan untuk membuat Kriya dengan tema permainan anak-anak tradisional yaitu kapal-kapalan. Permainan ini dibuat dari bahan serat penutup bunga kelapa yang sudah kering (opung), papan kecil, bambu, stik es krim, dan beberapa bahan tambahan lainnya. Adinda mempelajari semua detailnya, mulai dari melubangi opung dengan alat bor, menempelkan bahan-bahan lain ke badan kapal, sampai membuat dan menganyam sendiri layar untuk kapalnya. Tentu saja, proses menyulap bahan-bahan mentah hingga bisa membentuk sebuah kapal yang indah bukanlah sesuatu yang mudah. Namun, aku bersyukur dan salut melihat proses yang dijalani Kak Dinda, karena jarang sekali kudapati dia mengeluh. Kalaupun dia kelelahan, dia hanya akan berucap "bolehkah nanti lagi lanjutnya, istirahat dulu ya?". Masa-masa latihannya juga membuat waktu istirahat dan bermain kak Dinda sedikit berkurang karena harus fokus untuk berlatih membuat kapal bukan hanya secara indah, namun juga stabil agar bisa dimainkan di air.

Pelabuhan Pertama

Tibalah waktunya, proses latihan kak Dinda selama beberapa hari dituangkan dalam perlombaan Kriya di tingkat Kecamatan. Bersama dengan teman-teman dari sekolah lain di Kecamatan Seruyan Hilir, Kak Dinda mulai merakit kapal karyanya sendiri. Kala itu, peraturan dari panitia tidak mengizinkan pendamping atau siapapun untuk ikut membantu peserta lomba. Kami hanya bisa menonton dan memberikan semangat lewat senyuman dan tarian jenaka untuk mendukungnya dari jarak jauh. Kak Dinda sendirilah yang mengerjakan pembuatan kapal tersebut secara mandiri. Waktu yang diberikan cukup lama, namun hal itu tidak membuat kak Dinda menjadi lelah atau mengeluh. Ia tetap dalam keadaan tenang dan fokus, mengubah bahan-bahan yang ada di hadapannya hingga menjadi sebuah kapal yang cantik. Beberapa waktu kemudian, diumumkanlah pemenang lomba Kriya tingkat SD, dan ternyata Kak Dinda yang menjadi juara pertamanya. Hal ini tentu membuat kami semua merasa sangat senang. Usaha kak Dinda selama ini tidaklah sia-sia. Kak Dinda akan terus mencoba dan berusaha untuk terus membuat kapalnya jadi semakin indah di perlombaan melawan sekolah-sekolah dari kecamatan yang lain. Dengan hasil kerja kerasnya, ia membawa nama sekolah untuk berjuang di tingkat Kabupaten.

Selama beberapa hari setelah pengumuman tersebut, Kak Dinda akhirnya bersiap-siap untuk berlomba di tingkat Kabupaten. Bersaing secara sehat dengan sekolah-sekolah dari Kecamatan lainnya, tentunya dengan latihan terus-menerus, melalui banyak trial and error yang aku sendiri tidak bisa saksikan sepenuhnya, hanya bisa dirasakan dan dialami sendiri oleh Kak Dinda. Dia sesekali bertanya “menang tidak, ya kak?” pertanyaan yang isinya harapan dan antusias khas anak-anak. Pertanyaan kak Dinda akhirnya terjawab., Lagi-lagi usaha tersebut menghasilkan buah yang sangat manis. Kak Dinda kembali mencatat prestasi dengan mewakili Kabupaten Seruyan ke tingkat Provinsi! Kami merasa sangat senang dan terharu. Untuk pertama kalinya sekolah kami bisa mengikuti lomba kriya dan bisa membawa piala tanda perjuangan, bahkan membawa nama Kabupaten Seruyan untuk tampil di tingkat Provinsi. 

Pelabuhan Berikutnya: Gelombang Kuat Tidak Akan Menghantam Kapal Adinda

Perlombaan Kriya di tingkat Provinsi ini dilakukan secara daring, di mana selama proses pembuatan karya kriya, siswa akan direkam. Rekaman ini yang nantinya akan dikirim ke panitia untuk dinilai sesuai dengan petunjuk dan teknis ketentuan dari panitia pelaksana. Masing-masing sekolah dari perwakilan Kabupaten di Kalimantan Tengah tentunya mengusahakan yang terbaik agar bisa menghasilkan karya yang semakin bagus, termasuk kak Dinda sebagai perwakilan Seruyan.

Tantangan tersebut kak Dinda terima dengan penuh semangat, walaupun di desa sinyal tidak begitu bagus, listrik pun masih bergantung pada panel surya dan mesin genset. Di tengah-tengah keterbatasan itu, tidak membuat api semangat Kak Dinda menjadi redup. Ia tetap berkobar, berlatih, dan menjadi semakin cekatan dalam membuat kapalnya.

Bersama ibu kepala sekolah, pak Jaharrudin selaku pendamping, pak Syarif sebagai pengarah yang menyusun setting lokasi untuk pengambilan video, dan aku yang membantu untuk mendokumentasikan dan mengambil video. Kami mendampingi Kak Dinda yang berusaha dengan sepenuh hati kembali merakit kapal yang semakin indah dan dilengkapi dengan lebih banyak pernak-pernik cantik di sekelilingnya. Di samping itu, sebagai tim pendamping,kamipun juga berusaha untuk bisa menghasilkan video dan gambar yang tidak kalah apik.

Kami butuh waktu berjam-jam lamanya untuk merekam proses pembuatan kapal Kak Dinda dikarenakan kendala teknis seperti panel surya yang tiba-tiba berbunyi pertanda sudah tidak mampu untuk mengalirkan listrik lagi, HP yang memorinya penuh sehingga harus mencari alternatif lain, dan kendala lainnya. Namun hal itu tidak memadamkan api semangat kami untuk terus menyelesaikan dan menghasilkan kapal yang semakin sempurna. 

Setelah proses pengambilan video selesai, waktunya aku yang bekerja untuk mengedit video yang super panjang itu agar bisa ditonton dalam waktu 15 menit saja. Video yang sudah diedit tersebut selanjutnya dikirim ke tautan untuk selanjutnya dinilai oleh para juri yang bertugas.

Meskipun pada akhirnya Kak Dinda belum bisa maju ke tingkat nasional, namu usahanya dari awal hingga bisa bersaing di tingkat provinsi merupakan satu kebanggaan tersendiri bagi Kak Dinda, pun bagi sekolah kami. Ini juga jadi momen berharga karena dengan kerja keras yang dilakukan, kami bisa membawa nama Seruyan di tingkat provinsi. Kapal Kak Dinda berhenti bukan karena karam, namun karena sedang mengambil jeda untuk mengisi minyak lalu bersiap untuk berlayar semakin kuat, semakin jauh.


Cerita Lainnya

Lihat Semua