Berbeda Sendiri

Silvia Federova Lumban Tobing 3 Maret 2025
Ibu, beta sedang memikirkan bagaimana rasanya jadi ibu
barang, beta kenapa?
Iya, bagaimana rasanya hidup di lingkungan yang mungkin hanya beta sendiri yang berbeda

Begitulah ucapan sekaligus pertanyaan singkat dari salah satu sobat ku di desa.

Untuk memulai coretan kertasku sebagai bagian dari Indonesia Mengajar, perkenalkan yang bernama Silvia Federova Tobing, Pengajar Muda XVII, Seram Bagian Timur. Kalau mendengar nama Indonesia Timur, pasti identic dengan wilayah Kristen, katanya. Ya, kataku pun begitu dahulu. Tapi kini aku tau bahwa ada sudut kecil di peta Maluku, yang 99% berpenduduk muslim. Dan sekarang aku sudah menginjakan tapak kakiku di sini, tepatnya di desa Madak, kec. Teluk Waru.

Lalu, kembali lagi. Bagaimana rasanya? Bagaimana rasanya menjadi orang Kristen satu-satunya di tengah-tengah masyarakat muslim? Bagaimana rasanya menjadi satu-satunya orang yang tidak mengenakan hijab di kepala? Bagaimana rasanya memiliki raut berbeda dari ujung kepala sampai kaki? Bagaimana rasanya berbeda sendiri?

Kalau kata film yang hits kemarin dulu, rasanya NGERI-NGERI SEDAP. Ngeri karena khawatir bertingkah laku yang salah, sedap karena mendapat banyak kasih sayang. Tidak pernah terbayangkanku sebelumnya menjadi orang yang benar-benar asing tetapi dihargai penuh. Yang diperhatikan, yang kalau aku kesusahan sedikit pasti ada aja yang bantu dan teriak “siooo… ibu kasihan”. Kalau pintu rumah tertutup, pasti ada yang ketuk dan tanya “ibu baik-baik saja kah seng? Pintu tertutup terus, takut ibu ada sakit di dalam”. Kalau listrik padam, ada yang antar lampu pelita ke rumah. Kalau ada yang lihat aku murung timba air, pasti ikut bantu angkat gallon 10 liter dari hutan sampai ke rumah. Kalau lihat aku sendirian dirumah, pasti anak anak datang meramaikan. Kalau aku bikin masakan, pasti selalu habis dan bilang enak. Padahal mungkin keasinan atau bahkan gak ada rasa. Kalau mau cuci piring atau ngelakuin apa aja, pasti ada yang bilang “jang ibu… biar katong saja”. Ah! Kenapa anak perempuan pertama ini bisa dimanja sebegini nya?

Memang benar ya. Kita semua berharga di tempat yang tepat

Jadi, carilah tempat dimana kamu dihargai.


Cerita Lainnya

Lihat Semua