info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Anak-anak Harapan di Desa Harapan

Belathea Chastine Hutauruk 14 Juli 2016

Kurang lebih lima bulan tidak ada listrik di Desa Harapan, Sebuku. Di desa tempatku bertugas selama satu tahun. Sekali lagi Tuhan mengajariku untuk bersyukur juga menguji setiap kesungguhanku dalam setiap keterbatasan ini. Saat itu saya sedang mempersiapkan bahan materi untuk mengajar  besok di sekolah, terdengar suara salah seorang adik angkatku memanggilku dari luar kamar dan mengatakan bahwa ada dua orang muridku yang datang ke rumah. Sesuai dugaanku, muridku ini pasti yang bernama Tasya dan Intan, mereka memang mempunyai semangat yang luar biasa. Mereka cukup sering kerumah ketika malam hari untuk belajar bersamaku, salah satu alasan mereka senang datang belajar kerumah, mereka tidak punya buku pelajaran yang bisa mereka baca dan kalau bertemu aku mereka bisa baca buku pelajaran mereka dari laptopku. Aku bangga kepada mereka karena mereka mau melawan jalanan yang gelap dari rumah mereka menuju rumahku, yang hanya berbekal lampu senter sebagai penerang jalan. Karena kebetulan laptopku bisa menyala karena aku baru pulang dari kabupaten, dan aku bisa mengisi baterai laptopku pada saat di kabupaten. Memang sedang menjadi rejeki mereka untuk bisa membaca buku pelajaran dari laptop ini. Ada energi yang mereka berikan kepadaku, semangat yang begitu luar biasa. Ketika lelah itu mulai terasa, rasanya lelah itu ingin dilupakan saja ketika melihat mereka begitu antusias untuk didengarkan dan melihat mereka berharap ada guru yang mau mengarahkan dan berjalan bersama mereka ketika mereka benar-benar ingin berjuang.

Aku sungguh salut dengan masyarakat di Desa Harapan karena dari mereka aku bisa belajar tentang arti berjuang dalam setiap keterbatasan. Bagaimanapun keadaan di sini, setiap keterbatasan tidak akan mematahkan semangat mereka untuk terus berjuang, bagi mereka kehidupan mereka harus terus berjalan.

Seorang muridku pernah berkata bahwa salah satu cara agar dia bisa membahagiakan orangtuanya adalah dengan terus belajar. Bagiku keinginan itu, keinginan yang sangat tulus. Mereka masih percaya untuk melakukan hal-hal itu karena mereka mempunyai harapan, ada harap dalam setiap doa mereka. Sesederhana harapan meraka agar desa ini bisa punya aliran air tanpa harus menunggu hujan yang waktu datangnya tidak pernah pasti, sesederhana mereka bisa belajar dengan cahaya lampu, dan merasa aman ketika mereka harus berjalan malam hari kerumah gurunya karena ada lampu penerang jalan. Menurutku, hanya sesederhana itu harapan murid-muridku di sini.

“Wahai para laskar harapan kesayanganku, teruslah berjuang dan panjatkan doa untuk setiap harapan baikmu, Bangsa ini kelak akan ada ditangan anak-anak yang sedang berjuang itu. Bangsa ini butuh orang-orang berhati baik, Nak. Dan jadilah demikian.”


Cerita Lainnya

Lihat Semua