Kartini Masa Depan

Ayu Na'imma Shinta Pradaning 5 Mei 2014

21 April adalah hari bersejarah bagi wanita Indonesia. Betapa tidak? Dahulu wanita hanya boleh memasak dan tinggal di rumah saja, tidak diperkenankan bagi wanita untuk bersekolah apalagi menempuh pendidikan sampai tinggi. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Kartini. Di tangannya lah para gadis-gadis dididik dan diperjuangkan haknya. Dari sinilah, kita sekarang mengenal  istilah “emansipasi wanita”.  Sebuah frase sederhana bagi kita, tetapi tidak sederhana bagi siswa-siswaku.

Selama seminggu, siswa-siswaku bingung mencari arti kata “emansipasi”. Berkali-kali mereka bertanya tentang apa itu “emansipasi”. Bahkan tidak banyak dari mereka yang salah mengucapkan kata tersebut, ada yang berkata “emonsisasi wanita”, “organisasi wanita”, “e….. wanita”, dan masih banyak lagi. Minggu itu adalah minggu persiapan untuk menyambut hari kartini. Anak-anak sibuk menyiapkan pidato dan puisi yang akan mereka gunakan untuk lomba. Tahun ini adalah kali pertama sekolah kami memperingati hari kartini lagi setelah bertahun-tahun absen. Para guru sangat semangat untuk mengadakan kegiatan di hari kartini. Setelah beberapa kali rapat akhirnya diputuskan akan diadakan lomba pidato dan putri kartini untuk kelas 4,5,dan 6 serta lomba membaca puisi dan menyanyi untuk siswa kelas 1,2, dan 3. Tidak ketinggalan pula, atribut baju kebaya bagi siswa perempuan dan baju khas gresik untuk siswa laki-laki. Telah jauh-jauh hari siswa-siswa menyiapkan atribut yang akan mereka pakai, bahkan siswa perempuan sampai membeli sanggul, sandal, dll agar tampil maksimal.

Akhirnya hari yang dinanti pun tiba, 21 April 2014 yang bertepatan dengan hari Senin. Acara dimulai dengan upacara peringatan yang dipimpin oleh wali kelas 5 Ibu Wida. Dilanjutkan lomba “Putri Kartini”, Lomba Membaca Puisi, Lomba Menyanyi, dan Lomba Pidato. Selain itu, ada penampilan istimewa dari kelas 6. Kelas 6 menampilkan tari kreasi mereka yang digunakan dalam ujian SBK. Para orangtua murid pun tidak ingin ketinggalan, mereka datang berbondong-bondong ke sekolah untuk memeriahkan suasana.

Hari ini telah tercatat dalam buku sejarah sekolah ini bahwa semangat Kartini hidup lagi di sekolah ini. Tercatat pula bahwa Hari Kartini bukanlah milik siswa dan guru saja, Hari Kartini juga menjadi milik para orangtua yang melahirkan kartini-kartini masa depan. Kartini-kartini masa depan bukanlah seorang wanita saja, tetapi setiap anak laki-laki maupun perempuan yang dilahirkan di dunia dengan cita-cita dan semangat yang tinggi. Di bahunya lah terletak masa depan pertiwi. Kartini masa depan kami adalah mereka yang akan menjadi guru, dokter, tentara, pilot, bahkan presiden yang siap sedia membela nusa dan bangsa. Bukanlah mewah atau tampan dan cantiknya dalam berbusana yang perlu dihargai dalam peringatan Hari Kartini. Akan tetapi, semangat dan tekat mereka untuk berani tampil. Agar kelak, mereka terbiasa tampil dan percaya diri memimpin negerinya.


Cerita Lainnya

Lihat Semua