info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Istana Baca

Atikah Risyad 12 Oktober 2017

“Buku itu jendela dunia.” Sedari dulu hingga sekarang masih sering memdengar kutipan ini. Di awal kedatangan ke SDN inpres Wooi, yang paling menarik perhatian saya adalah buku-buku dan media pembelajaran yang terbengkalai di sudut ruangan kantor guru yang cukup sempit. Buku-buku tersebut masih ada yang tersampul plastik tapi sudah dimakan rayap, ada yang sudah basah dan memudar termakan usia. Tentu saja susunan sesuai kategori seperti perpustakaan sekolah pada umumnya tidak akan kita temukan disini. Jumlah bukunya memang tidak terlalu banyak, jenis bukunya juga tidak terlalu beragam, buku pelajaran tidak cukup lengkap, dan buku anak-anak juga tidak cukup banyak jumlahnya, tapi tidak ada salahnya toh disusun rapi untuk menarik minat baca anak-anak. Karena hingga saat ini yang cukup menjadi permasalahan pelik di Wooi khususnya adalah Calistung, apalagi membaca dan menulis, masih banyak anak-anak di kelas tinggi sekalipun, yang masih belum berteman dengan huruf dan angka. Salah satu faktornya mungkin ya dikarenakan kekurangan sumber bacaan di desa yang menyebabkan minat baca dan kontiniuitas anak anak untuk terus membaca menjadi rendah. Mungkin dengan menyusun buku-buku menjadi lebih rapi, tempat yang lebih nyaman, anak-anak akan lebih senang untuk membaca dan terdorong untuk terus melatih kemampuan membacanya.

Jadilah pada hari pertama sekolah, saya bersama teman-teman guru lainnya, kepala sekolah, dan tentunya para siswa membereskan dan menata semua buku dan media ajar yang ada di ruang guru. Memilah milah buku mana yang masih bagus dan tidak. Sekolah kami memang tidak punya ruangan khusus untuk perpustakaan, jadilah sudut di ruang guru dimanfaatkan untuk rak buku beserta perpustakaan kecil. Hari itu, 19 Juli 2017 kami akhiri dengan semua buku dan media ajar sudah cukup tertata dengan rapi di sudut kantor sempit kami.

Di bulan Agustus setelah didatangkan meja guru yang baru, meja yang baru tidak muat jika masuk di kantor karena ukurannya cukup besar, kemudian diputuskan untuk mengubah ruang kelas 1 menjadi ruang guru. Sedangkan kelas 1 pindah ke kantor yang lama, yang ukurannya lebih kecil. Ruangan guru yang baru lebih luas dan lebih leluasa untuk menata buku dan menata sudut untuk membaca. Bersama dengan anak-anak saya memberi tanda dan memilah-milah sesuai kategori buku, mulai dari buku pelajaran, ensiklopedia, buku pengetahuan, atlas, dsb. Kami menyusunnya dengan rapi di lemari. lalu diberi label warna-warni dan huruf-huruf agar anak-anak mudah menyusunnya kembali setelah membaca.

Kami juga menghias istana baca kami dengan gambar istana, yang digambar oleh siswa kelas 6 yang memiliki bakat menggambar yang luar biasa, namanya Yoris Wihyawari. Jengjeng jadilah Istana Baca SDN Inpres Wooi, Tabea, Selamaaat membaca.

Istana Baca juga punya Raja, Putri dan Pangeran, Rajanya adalah Penjaga Sekolah sekaligus guru yang membantu mengajar di Kelas 1, dan sekarang merangkap lagi menjadi Raja Istana Baca. Putri dan Pangeran Istana Baca merupakan siswa-siswi kelas 5 & 6 yang bertugas piket setiap harinya untuk merapikan istana baca dan mencatat buku masuk dan keluar lalu melaporkannya pada raja istana baca.

Semoga Istana Baca ini bisa jadi semangat untuk terus belajar membaca dan memperluas wawasan pengetahuan ya.


Cerita Lainnya

Lihat Semua