info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Merintis SD Hakurung Dalam Jadi Cahaya Kecil Desa

Kristiyani Dwi Marsiwi 14 Oktober 2017

Siang itu di bulan Juli, kami berempat, saya, Syihab, Bu Tati, dan Yuli mensurvey salah satu sasaran lokasi untuk Kelas Inspirasi HSS #2 yang akan diselenggarakan di bulan Oktober. Karena faktor medan dan cuaca, akhirnya di hari itu dirasa pas dan aman untuk mendatangi sekolah yang konon terpencil ini.

Betul saja. Dari Masjid Kubah Emas Negara, masih melewati Babirik, Hulu Sungai Utara, sampai berbelok ke Sungai Haji, dan masuk ke Desa Hakurung. Jarak yang ditempuh 17 km saja, tapi sebagian aspal rusak, sebagian setapak, dan yang paling menantang adalah jalanan masuk ke Desa Hakurung adalah setapak berlumpur bila hujan dan semen licin, serta papan-papan ulin yang ngeri-ngeri sedap.

Sampai di Desa Hakurung, ternyata letak SD persis di samping kantor desa. Kami disambut oleh seorang bapak yang agak nyentrik, penampilannya mengingatkan saya pada tokoh animasi, Jarwo. Betul saja beliau ini adalah kepala sekolah, Zainul namanya.

Pak Zainul ini orangnya unik ya, tidak banyak bicara tapi suka paling bisa jika menjelaskan sudut-sudut sekolahnya. Pak Zainul bukan orang sembarangan nih, seniman. Seniman yang jadi guru, atau guru yang berjiwa seniman.

SDN Hakurung Dalam merupakan salah satu SD terpencil, medannya susah, dan siswa-siswinya berasal dari desa setempat. Bayangan awal saya mengenai sekolah yang ditunjuk jadi lokasi inpirasi pasti kusam, muridnya banyak banget, dan bangunan sekolahnya tua.

Well, nggak begitu rupanya di SDN Hakurung Dalam.

Kalau boleh saya jadi siswa SD lagi, saya akan memiliki kenangan luar biasa indah jika bersekolah di sana.

Sekolah ini bertema hijau dan seni. Mereka memiliki slogan, BUNGAS. Dalam bahasa Banjar, bungas berarti indah, cantik, elok, namun BUNGAS di SDN Hakurung dalam memiliki arti BERSIH, UNIK, NGETREND, AMAN, dan SENTOSA.

Pak Zainul memiliki latar belakang SPG Kesenian. Beliau kerap memperkenalkan dirinya selain sebagai kepala sekolah, juga sebagai MC pentas dangdut, katanya.

Sekolah yang dibayangkan bergedung tua ini, disulap menjadi indah padahal hanya memanfaatkan limbah sampah yang ada di sekitar. Misalnya, botol plastik, buah kelapa kering, ban bekas, kaleng-kaleng, dan sebagainya.

Sekolah juga membangun sendiri menggunakan dana pribadi maupun iuran, sehingga sekarang bisa makin bungas. Sekolah memiliki dua lapangan panggung, dua tiang bendera yang membuat jika bosan upacara di dalam bisa upacara di luar, dinding sekolah dipercantik dengan lukisan-lukisan berisi petuah pantun hingga legenda, lantai dihiasi permainan congklak atau engklek bahkan gambar pulau Kalimantan agar lebih dekat bila mau mengunjungi Samarinda Pontianak atau kota-kota lain (hahaha ini konsep ngakak tapi mengena di hati banget..), dan ada taman apung, danau hijau, dan sedang dicanangkan pembuatan Taman Krisna, sebuah Taman Kreatif nan Mempesona di depan pintu masuk sekolah.

Pak Zainul beserta seluruh pendidik di Hakurung Dalam menginginkan anak-anak mereka tidak ketinggalan dengan anak-anak lain di luar sana. Mereka ingin walaupun jauh dari perhatian pemerintah, mereka bisa memiliki sekolah yang indah dan nyaman untuk belajar.

Untuk kesenian, rasanya bicara Hakurung pasti tak lepas dari seni panting, seni musik tradisional Banjar Dayak yang khas dengan petikan gitar panting-nya. Siswa-siswi SDN Hakurung Dalam sudah akrab dnegan seni panting. Lagu-lagu Dayak dan Banjar rata-rata hafal, ditambah lagi Kepala Sekolahnya suka mencipta lagu saat melamun, hingga terciptalah Mere Mere atau lagu kombinasi dangdut yang mudah diingat anak. Sebut saja lagu Paris Barantai, Di Bawah Pohon Jambu, Baras Kuning, Kambang Goyang, dan lain-lain.

Instrumen yang digunakan dalam musik panting antara lain gitar panting yang bentuknya mirip gambus tapi ala Dayak, kendang, gong, kempul, dan kicik. Jika dimainkan, irama khas Borneo langsung merasuk dalam jiwa. Properti sound yang digunakan sederhana saja, hanya salon. Biduan yang biasa naik panggung ada lho yang masih kelas 1, sementara yang lain menjadi pemusik dan penari latar.

Seni menjadi salah satu cara Pak Zainul mengajarkan percaya diri dan inovasi. Sekolah yang mungil, disulap menjadi sekolah yang artistik. Taman bunga ada, taman sayur ada, pot-pot di masing-masing kelas, pohon mati yang diubah menjadi ‘sarang laba-laba raksasa’, air mancur, lampu taman pun ada, bahkan running text ada juga.

Sungguh jika bisa dilakukan pemberdayaan, SDN Hakurung Dalam sesungguhnya adalah SD percontohan untuk sekolah hijau berbasis kesenian.

SDN Hakurung Dalam sendiri terpilih menjadi lokasi Kelas Inpirasi 12 Oktober yang lalu. Sejumlah relawan inspiratory, fotografer, dan videografer berkenan hadir untuk menyapa dan berkegiatan bersama selama sehari penuh.

Hadir sebagai Inspirator ada Bapak Lotvhie Rahmanie selaku Camat Daha Utara, Kapten Inf Hariyadi dari Kodim 1003/Kandangan, Aywan apoteker Banjarmasin, Muchei wartawan majalah Travelling, Suratul Waqiah bidan Desa Bejayau, Ratna dan Henny dari ahli gizi Puskesmas Daha Utara, Ridha dari PLN Daha, Binhot Samosir dan Fajar Yudha dari Polsek Daha Utara, dan Yudie Nugroho marine engineer Banjarmasin.

Sementara relawan videografer dan fotografer antara lain Syafi’ie Diskominfo HSS, Nor Safrina Banjarmasin, Cholik Fadlolah Banjarmasin, Nanang SMKN 1 Batumandi, dan didampingi panitia lokal Hartati pengawas SD Daha Selatan, Badarudin SDN Hakurung Dalam, dan tentunya Guru SDN Muning Dalam si Keris.


Cerita Lainnya

Lihat Semua