Secangkir Kopi Kupu-Kupu
Arista Setyaningrum 10 Juli 2015“Tubruk, adalah kopi yang lugu tidak mementingkan penampilan tetapi ketika kamu mengenalnya maka ia sangat memikat” Ben-Filosofi Kopi
Kopi tubruk itulah yang ada dalam benak saya saat berada di tengah masyarakat Kabupaten Lebak, Banten. Mereka sederhana dan bersahaja, mereka sangat terbuka terhadap pendatang baru seperti kami. Duduk berkumpul dengan secangkir kopi tubruk cap kupu kupu menemani setiap sore warga desa, sambil bercengkrama dan bercerita. Tak ada pandangan curiga maupun was-was, cerita-cerita ringan mengalir begitu saja dari warga. Cerita – cerita indah kenangan mereka dengan pengajar muda pendahulu kami, cerita keluarga dan sejarah mereka, serta kebahagiaan dan harapan besar mereka pada kami pengajar muda X yang baru hadir diantara mereka. Tak banyak yang tahu dengan pasti tujuan kami ada diantara mereka adalah menggerakkan dan mendorong adanya perubahan pada diri mereka. Sebagian masyarakat hanya tahu bahwa kami adalah guru bantu di sekolah putra-putri mereka sehingga mereka titipkan semua harapan besar mereka terhadap pendidikan putra-putrinya pada kami. Wow, tantangan yang sangat besar ada dihadapan kita sekarang. Ada jutaan harapan dipundak kita sebagai Pengajar Muda.
Kopi memang pahit tapi kamu akan merasakan manis didalamnya. Mendapat sebuah tantangan sebesar itu terasa sangat pahit tetapi sebuah perenungan mengantarkan saya pada titik dimana inilah Efek Pengajar Muda di daerah. Sejak ada pengajar muda masyarakat mulai optimis akan adanya pendidikan yang lebih baik sehingga kepercayaan yang mereka tanamkan terhadap pengajar muda sangatlah tinggi. Saya yakin harapan tumbuh seiring kepercayaan. Inilah manis yang terselip diantara pahit rasa kopi.
Kopi tubruk pasti mempunyai ampas. Ampas bukanlah sisa, ampas adalah bagian dari biji kopi yang tidak ikut larut bersama air dan mengendap didasar. Layaknya harapan kami terhadap mereka para pelaku pendidikan di daerah. Kami berharap apa yang telah Pengajar Muda lakukan mengendap di hati dan pikiran mereka.Hadirnya kami Pengajar Muda biar jadi kopi dicangkir mereka yanghabis seiring waktu tetapi apa yang kami lakukan akan menjadi ampas dicangkir itu. Ampas itu janganlah langsung terbuang seiring perginya kami nanti tetapi ampas itu akan selalu ada untuk mengingatkan mereka akan cerita yang telah kita buat bersama, akan semangat yang pernah berkobar dan akan lilin yang pernah dinyalakan.
Akan kunikmati secangkir kopi tubruk ini sembari aku nikmati daerah ini agar aku semakin terpikat. Setahun waktu yang singkat untuk belajar. Ambil cangkirmu mari kita nikmati kopi ini.
Mekarwangi, 1 Juli 2015
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda