Surat Pertama di Sekolahku

Arif Lukman Hakim 9 September 2011

Pagi yang sejuk. Iringan angin masih menyelimuti pulau pengabdianku. Suara ombak kian berdebur. Kalender sudah menunjuk minggu ketiga Agustus, inilah puncak angin timur. Seluruh hentakan angin bak serdadu laut yang datang bergerombol mengepung daratan. Angin telah datang, kemudian angin pergi lagi. Angin membawa perasaan senang dan sedih silih berganti.

Bagi muridku, angin adalah bagian penting dalam kehidupan mereka. Tak ada jaminan kapan bisa membeli barang-barang di kota jika angin tidak diijinkan pergi oleh Tuhan. Kali ini sudah hampir lebaran, kebutuhan untuk membeli barang-barang dan pakaian anak-anak sudah menjelang. Tetapi, hari-hari ini semua terhalang angin yang meninggikan gelombang.

Pagi ini seperti biasa tawa renyah mereka hinggap di serambi sekolah. Aku datang menyambut dengan sapaan selamat pagi. Seperti biasanya, aku panggil mereka satu-persatu, mengecek siapa yang tidak hadir.

“Farida Rumoning?”, panggilku. “Farida pi (pergi) ke kota Pak Guru, dorang (dia) titip surat untuk Pak Guru”, kata Nazar si mungil, adik kandung Farida. Tidak ada budaya ijin apalagi memberi keterangan dengan surat ketika murid tidak masuk sekolah. Jika mereka tidak masuk entah karena diajak orang tua, karena kepentingan mendadak, ataupun karena sakit, tidak masuk begitu saja. Maka setiap ada anak yang tidak hadir, aku langsung menyambarnya dengan kata-kata “Kasih ijin ke Pak Guru kalau tidak masuk sekolah”.

“Nah, seperti ini. Kalau kalian tidak masuk sekolah, kasih ijin. Kalau bisa tulis surat untuk ijin kepada Pak Guru, jangan absen saja”, kataku seraya memungut surat Farida. Mungkin inilah surat pertamaku selama di Papua. Atau mungkin juga surat yang pertama dari murid untuk gurunya di sekolahku.

Bentuk suratnya sederhana, dengan amplop yang juga terbuat dari lipatan buku tulis biasa. Tapi isinya memang tidak biasa.

YTH Bapak Guru

Yang ada di sekolah

Assalamualaikum WR. WB

Pak guru saya mau

Minta ijin untuk pergi

Ke kota untuk

Beli Baju lebaran

Itu saja yang saya sampai

Kan kepada Pak Guru.

Assalamualaikum WR. WB

Farida Rumoning.


Cerita Lainnya

Lihat Semua