Guru Rock ‘n Roll
Arif Lukman Hakim 29 Juli 2011
Banyak teman yang ikut merasakan kebahagiaanku yang telah lolos sebagai Pengajar Muda di Indonesia Mengajar. Mereka sebagian mengira dunia penjelajahanku akan bertambah luas lagi cakupannya, lebih banyak foto-foto, dan lebih banyak kisah yang dapat diceritakan.
Saat mulai memasuki masa pelatihan intensif, kuberitakan bahwa lokasi penempatan masih belum pasti, ada 9 kabupaten baru yang berpotensi menjadi daerah penempatan mengajar. Daerah yang akan dijamah angkatan 2 tersebar mulai dari Aceh Utara sampai dengan Fakfak, Papua Barat. Tetaoi teman-temanku itu sudah memberikan judgement, “kau pasti dapat Papua, Arif!”. Ah, mungkin itu doa mereka, jadi saat lokasi penempatan diumumkan, menjadi benar-benar kenyataan sekarang, aku di Papua.
Tetapi ini bukan sekedar petualangan kawan! Sekarang misiku yang utama adalah mengajar! “Orang sepertimu jadi guru SD?”, mereka mulai bertanya keheranan. “Gurunya seperti kamu, muridnya seperti apa?”, tak sedikit yang penasaran. Tetapi pilihanku sudah bulat untuk satu tahun ini, ingin menyelami keindahan Indonesia dan sedikit ikut membantu mengisi kekosongan—bukan hanya kekurangan—guru, di pelosok-pelosok negeri indah ini. “Ah, biarlah, kau tahu aku ini seperti apa orangnya. Biar saja, ini pilihanku. Biarkan aku menjadi guru rock ‘n roll di pedalaman Indonesia! Haha”, kataku berkelakar dengan sahabat-sahabat anehku.
Kawan, perkataan itu benar-benar menjadi kenyataan. Apa yang aku ucapkan secara asal tersebut berwujud dalam arti yang sesungguhnya. Nyata. Bukan fiktif belaka.
Aku mengajar mulai 11 Juli 2011, dari pagi sampai siang. Seperti yang pernah kuceritakan sebelumnya, awal mengajar tak ada satupun guru di SDN Tarak, SD yang hanya punya dua ruang kelas saja, sedangkan rombongan belajar ada 6 kelas.
So, the show must go on! Hari-hari awal aku dipanggil “Pak guru” jika dikiaskan adalah sebagai berikut;
Ibarat lighting sudah menyala, sinar laser dengan warna mencolok sudah menyorot ke segala penjuru stadion, seluruh personel sudah on stage, aku memasuki ruang kelas layaknya rock star!
Kawan, episode dari kisah nyata senyata-nyatanya dari seorang rocker jadi-jadian ini melangkah ke beat yang cukup kencang. Aku tak hanya berbicara di depan kelas, tetapi juga berteriak, menari, berlari ke ujung belakang, depan, kanan, dan kiri. Kekuatan rock star seantero bumi ini seolah menyelinap ke kulit legamku pagi-pagi itu; Rekti The Sigit, Kaka Slank, sampai Eric Martin Mr. Big.
Karena siswa (baca: fans) terlalu banyak dan kelas (baca: stage) hanya dua, demi kepuasan siswa (baca: fans) aku bagi mereka menjadi 2 shift. Kelas pagi dimulai pukul 07.00 sampai pukul 10.00, dilanjut kelas siang sampai jam 14.30.
Hari pertama hanya perkenalan, semacam interlude, lagu pembuka sebelum aksi panggung yang utama. Hari-hari berikutnya baru kukeluarkan beberapa repertoar di depan kelas (baca: stage). Sayangnya, anggota band-ku hanya aku, satu vokalis! Jadi hanya vokalislah yang berubah suaranya dari parau menjadi serak-serak galau dan berpeluh keringat. Namun hanya vokalis juga yang merasakan senyum, canda, tawa, kenikmatan, bahkan tepuk tangan kepuasan dari siswa (baca: fans).
14.30 sudah selesai. 2 stage dengan seluruh pengunjung sudah tertib membubarkan diri dari arena pertunjukkan. Jam 15.30 anak-anak (baca: fans) sudah berkerumun di rumah tempatku tinggal (baca: basecamp). Mengaji kawan! Ini lebih nikmat lagi karena lagu-lagu Alquran juga dilantunkan. Selain itu penjelasan tentang dasar-dasar fiqih, tauhid, ahlaq, dan cerita inspiratif dari para nabi, sahabat, tabi’in, dan ulama juga disertakan. Kawan, sang vokalis ganti kostum, sekarang lekat dengan unsur-unsur keagamaan, layaknya band-band yang konser di bulan puasa.
Ini dia salah satu rahasia vokalis dan rocker kawan. Kalau kau ingin menjaga pita suara agar tetap prima, ikutilah. Kau datang ke masjid, angkat tanganmu sampai menutup telinga, lalu kumandangkanlah adzan. Hampir kulakukan seperti itu setiap petang di sini kawan. Lengkap dengan posisi untuk melafalkan secara jahr di depan jamaah. Kali ini sang vokalis benar-benar bertaubat! J
Dan setelah sholat isya’ dilaksanakan, vokalis harus berinteraksi dengan para siswa (baca: fans) lagi. Ini penting untuk regenerasi kelompok kita kawan. Pelajaran tambahan, dilakukan enam hari seminggu, bertempat di basecamp.
Itu dia beberapa kisah nyata yang bukan hanya fiktif belaka. Kalau saja ada microphone di kampung nelayan ini, mungkin aku sering berteriak “Are you ready to rock?”
_______________________________________________
Kampung Tarak, Juli 2011. Di bawah naungan sinar pelita. Libur pelajaran tambahan. Segera pindah lagu dari Bang Toyib ke No Where End – The Sigit.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda