Semangat MATAHARI
Anggun Piputri Sasongko 6 Oktober 2012
Bulan sepuluh adalah puncak panasnya matahari di pulau yang disebut Nusa Lontar ini. Bukan hanya teriknya yang bisa membuat kepala sakit namun juga air di sumur yang semakin kering. Jadi sumur depan rumah semakin hari airnya menyusut kering, bahkan tali untuk menarik dirigen air sudah tidak cukup menggapai sampai bawah. Bersiaplah saya membawa kereta (begitu orang Rote menyebutnya) kalau kita di jawa menamainya gerobak. Berjalan kurang lebih sejauh 1 km untuk mengangkut air di dusun lain. Namun ini pasti akan menjadi pengalaman yang menyenangkan.
Matahari ternyata tidak sejahat yang mungkin saya pikirkan. Ya, karena panasnya bisa menghitamkan kulit, membuat kepala sakit karena begitu terik, tidak bisa tidur lelap karena begitu panas bahkan membuat air sumur menjadi kering. Tetapi matahari sesungguhnya punya energi yang begitu positif. Matahari seakan membuat saya menjadi lebih bersemangat.
Matahari tidak akan kemana-mana kalau bulan atau bintang belum muncul. Matahari selalu memberi energi baru setiap harinya, kehangatan dan tentunya cahaya untuk alam semesta. Apa jadinya kalau tidak ada matahari? Setiap hari kita pasti sudah hidup dalam gelap.
Namun sering saya memarahinya, kalau matahari bersinar terlalu terik, malah diprotes kalau-kalau tampak sayu dan terkesan bermalas-malasan. Namun dengan cacian, protes tidak pernah sekalipun matahari mempedulikannya. Tetap saja ia bersinar ketika fajar mulai menjemputnya.
Matahari juga mengajarkan bagaimana saya untuk selalu bisa berbagi. Matahari tidak selalu bersinar seharian, ia akan berbagi dengan bulan dan bintang. Tetapi ketika ia harus lenyap karena senja memanggilnya, ia masih tetap bisa bersinar, dibelahan bumi yang lain.
Kehadiran saya tentunya diharapkan menjadi sumber energi, terutama bagi anak-anak Negeri di Selatan Indonesia. Tetapi kemudian untuk menciptakan sumber energi dibutuhkan faktor pendukung. Kalau begitu sama dengan matahari. Ia hadir bukan dengan sendirinya. Matahari diciptakan dari reaksi fusi hidrogen menjadi helium. Barulah ia bisa menghasilkan energi yang sangat besar yang mampu menyembur hingga ribuan kilometer. Matahari walaupun ketika ia sedang tidak tampak di bumi tetapi tidak pernah berhenti menabur energinya.
Segala macam tantangan, tekanan yang dirasakan disini. Seharusnya tidak membuat saya berhenti sebelum finish, tetapi terus berlari. Berlari dengan tetap memberi dan menabur energi, yang mana sudah siap di ujung sana mereka dengan tangan terbuka dan sukaria menyambutnya. Sama seperti matahari yang selalu dinanti datang untuk menerangi bumi dan memberi energinya.
Aku menyebutnya semangat Matahari.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda