Tentang Arti Kehadiran Pendahuluku

AndriRahmad Wijaya 24 Juli 2015

“Retno jago nari dia, An. Dulu Icu pernah ikut lomba sama Retno di Dangkan”

“Kalau Bu Mirah cantik dan lucu, Pak. Dulu waktu sekolah banjir, Bu Mirah panik sampai teriak minta dijemput pakai sampan sama Bapak Ayu”

“Jefri aktif sekali dia. Tiap hari pasti ada aja yang dia kerjakan sama anak-anak. Jalan-jalanlah, hanyut-hanyutan lah, main bola lah sampai nyari buah hingga hampir mati. Saya saja kadang capek melihatnya”

“Kalau jalan-jalan Bu Erni tidak pernah lepas dengan buku, Pak. Kemana-mana dia selalu siap sedia untuk nulis. Tulisan Ibu bagus loh, Pak. Semoga cita-cita ibu buat tercapai”

Adalah menarik saat mendengar cerita warga dan anak-anak tentang para pendahuluku. Memandangi bagaimana mereka bertutur sambil mengingat, di dalam mata-mata mereka antusiasme muncul tanpa ragu dengan kerinduan untuk bertemu lagi. Mengharukan, apabila ada yang bercerita  lalu terdiam sejenak seolah masuk ke dalam kenangan itu sendiri. Arti kehadiran para pendahulu itu jelas adanya.

Bukan maksudku untuk membandingkan apabila tiba-tiba kutulis catatan ini. Bukan pula inginku untuk menjadi seperti para pendahuluku. Seperti kata Pak Rahmad semalam, ini perihal perbedaan warna. Ini perihal warna-warni yang tersusun sedemikian rupa hingga menjadi indah. Sebagai penutup, bukankah kewajibanku untuk membungkus warna-warni itu? Sejak awal aku sudah berujar, bahwa aku datang bukan untuk menjadi penerus para pendahulu. Bukan pula untuk menjadi pengganti mereka. Aku datang sebagai aku, yang akan mengorbit dalam garis edar yang sama namun cerita berbeda. Cerita yang semoga bisa membekas dan terkenang.

Bercerita tentang para pendahuluku berarti berbicara tentang ruang dan waktu yang telah diwakafkan kepada warga dan anak-anak di sini. Berbicara tentang tawa renyah yang dihasilkan dari obrolan-obrolan santai. Berbicara tentang mata berbinar penuh antusiasme mengingat jejak keberadaan. Ini perihal kehadiran yang memberi. Memberi arti dalam bingkai ketulusan yang putih. Ini juga perihal pengaruh. Pengaruh kehadiran yang panas membakar semangat sekitar untuk bergerak dan mengubah.

Retno, Mirah, Jefri dan Erni. Terima kasih atas jalan yang telah kalian bukakan. Terima kasih atas kehadiran tulus yang mengisi. Terima kasih atas cerita-cerita yang pernah kalian ukir di hati warga Nanga Lungu ini. Mereka tetap mengenang kalian dalam rindu dan dalam harapan. Harapan untuk nantinya bisa bertemu lagi, berbicara lagi, tertawa bersama lagi. Aku pun berterima kasih terhadap setiap usaha kalian. Tahun ini tahun terakhir kehadiran Pengajar Muda di sini. Kalau bisa dan sempat, kepada kalian berempat.

Boh kandau kituk

 

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua