Sambutlah Asa di Pulau Matutuang!

AndhikaPrasetya Wijaya 8 Januari 2016

Memasuki tahun kelima kehadiran Pengajar Muda (PM) di Desa Matutuang, Kabupaten Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara, telah nampak benih-benih keberlanjutan dan kemandirian yang diidamkan Gerakan Indonesia Mengajar. Bagi saya yang membawa sebutan ’Pelari Terakhir’ tentunya akan terasa mudah untuk menjalani tugas sebagai PM, tapi tentu dengan bantuan dari para stakeholder yang akan turut andil dalam keberlanjutan ini.

Sejak kehadiran PM II, Yuri Alfa Centauri mampu memberikan kesan pada anak-anak tentang pendidikan kreatif yang penuh warna. PM IV M.Ulil Amri membangun karakter anak lewat pembelajaran-pembelajaran yang meningkatkan kemampuan afektif dan kognitif tanpa mengurangi kapabilitas motorik anak Matutuang yang luar biasa. PM VI Widhi Wulandari, membangun spiritual anak-anak dengan giat mengajarkan apa makna agama yang anak-anak anut serta memberikan gambaran toleransi beragama yang nyata. PM VIII Shaskia Shinta Rialny, Mulai melengkapi benih keberlanjutan dengan terus mengembangkan pembelajaran kreatif, mengaji bagi anak muslim, serta kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler yang tidak biasa. Secara mengesankan ia juga mampu menjadi inspirasi bagi perempuan muslim di desa.

Bagaimana dengan saya? Menjelang berakhirnya PM Matutuang, maka yang dapat dilakukan untuk keberlanjutan adalah mulai mencari para aktor lokal di desa untuk terus mengobarkan semangat pendidikan di pulau kecil ini. Memang satu-satunya jalan cepat yang bisa ditempuh adalah ’mendesak’ aktor tersebut untuk segera sadar mengenai perannya dalam pendidikan di desa. Maka, desakan tersebut berbuah manis dengan diadakannya Forum Keberlanjutan (FK) Desa Matutuang yang memuat isu-isu pendidikan desa dengan menggunakan metode Apreciative Inquiry (AI).

Metode AI memuat beberapa tahap yaitu Discovering, Dreaming, Designing, dan Destiny. Discovering, berisi tentang pengalaman pendidikan paling membanggakan yang pernah dirasa. Dreaming, memuat gambaran sekolah yang diimpi-impikan oleh masing-masing peran. Designing mulai menyusun strategi dalam mencapai sekolah impian yang telah disebutkan. Terakhir, Destiny adalah menyusun rencana tindak lanjut 6 bulan kedepan berdasarkan starategi yang disepakati paling efektif untuk dilaksanakan oleh masing-masing peran yang terlibat.

Saya sebagai fasilitator dibantu oleh rekan PM Sangihe dan site visitor dari officer Indonesia Mengajar mengarahkan jalannya forum selama sekitar tiga jam di ruang tunggu pelabuhan yang menghadap langsung ke laut lepas. Meskipun hujan lebat sempat turun tidak mengurungkan semangat para warga untuk hadir dan memulai menungkan pikiran demi keberlanjutan pendidikan yang lebih baik di Desa Matutuang.

Siang itu hadir formasi lengkap dari berbagai unsur masyarakat di Desa Matutuang, yaitu perangkat desa, sekolah, tokoh masyarakat dan masyarakat desa. Meski tak semua stakeholder yang diharapkan dapat hadir dalam forum ini, agaknya forum ini telah mampu membawa hawa segar bagi kami para PM Matutuang dan secara umum Gerakan Indonesia Mengajar tentang kesadaran ikut turun tangan dalam urusan pendidikan demi anak-anak yang mampu berbicara banyak bagi bangsa ini kedepannya.

                Beberapa  hasil dari forum ini antara lain :

1.       Masyarakat mengisi kekosongan guru ketika guru tidak berada di desa.

2.       Mengaktifkan kembali komite sekolah SDN Matutuang.

3.       Jam belajar anak (dirumah) pukul 17.00 – 19.00.

4.       Pengawasan dalam persiapan ujian di sekolah.

5.       Pertemuan 3 bulan sekali antara orang tua, guru dan pemerintah kampung.

Hasil tersebut telah disepakati para peserta forum untuk selanjutnya dibawa dalam forum lanjutan bersama semua pihak terkait, sehingga akhirnya semua pihak bergerak bersama.

”Setelah forum ini saya akan mengumpulkan guru-guru dan mengadakan pertemuan dengan orang tua murid” ujar L.T. Nanangkong selaku Kepala Sekolah SDN Matutuang, ketika ditanya hal yang akan dilakukan setelah forum berakhir. Mengesankan, selang sehari setelah diadakannya forum ia mengumpulkan para orang tua murid dan beberapa tokoh masyarakat guna membahas tindak lanjut FK Desa tersebut. Maka sambutlah asa keberlanjutan ini dengan senyum gigih agar semua mampu serentak berbuat.


Cerita Lainnya

Lihat Semua