Magnet Bunyi Si Lonceng

Ana Uswatun Hasanah 25 Oktober 2014

Si lonceng, tidak ada yang tahu kapan awalnya benda yang terbuat dari besi itu bertengger manis hampir di setiap gedung sekolah dasar negeri ini. Si lonceng, entah siapa yang menyulapnya hingga memiliki bunyi bak nyanyian surga. Tidak ada yang salah dengan keberadaan dan bunyi si lonceng sekolah, namun entah kenapa bunyinya bagai magnet alam yang menawarkan kesenangan yang lebih daripada berada di sekat-sekat ruang kelas sekolah.

 

Teng.., satu kali (1x) si lonceng sekolah kami berbunyi. Cobalah tanyakan pada murid, hafalkah meraka tentang makna jumlah bunyi si lonceng di sekolah kami, ya satu kali (1x) si lonceng dibunyikan menandakan bergantinya jam pelajaran. Teng.., teng.., si lonceng pun berbunyi dan para murid pun berhamburan serempak seperti elang yang ingin lepas landas terbang bebas mengarungi angkasa dan menjelajahi dunia, ataupun seperti singa yang mengaum dan berlari secepat kilat mengejar sang mangsa. Itulah saat si lonceng berbunyi dua kali (2 x), waktu dimana mereka akan dalam sekali hentakan akan berhamburan entah hanya sekedar hanya ingin berlari saja atau akan menghampiri para pedagang makanan kesukaan mereka.

 

Adakalanya bunyi lonceng pun terkadang terlupakan dengan bumbu ucapan, “Oh, sudah waktunya masuk ya?”, itulah disaat si lonceng berbunyi tiga kali (3x). Berbunyi dalam hitungan ganjil si lonceng terlupakan, seperti memiliki sebuah mantra yang berbanding terbalik dengan bunyi dua kali. Ada saatnya pula si lonceng berbunyi empat kali (4x) yang menyuruh para murid untuk berkumpul untuk mendengarkan sebuah berita atau pengumuman, pengumuman penting yang kadang membuat si lonceng bersedih, karena para murid yang bersuka ria dikala mendengar bunyinya mungkin tidak akan datang untuk beberapa hari kedepan, karena para guru yang biasa memukulnya pada jam-jam tertentu tidak dapat lagi terlihat untuk beberapa saat, itulah saat pengumuman libur panjang telah tiba diumumkan. Saat mentari di atas kepala, para muridpun akan tergesa-gesa karena mendengar si lonceng berbunyi lima kali (5x) pertanda waktu pulang telah tiba, terkadang mereka tak perlu lagi memakai sepatu, menjinjingnya diwaktu pulang akan lebih dapat meringkas waktu untuk tiba di rumah.

 

Keberadaan si lonceng memang untuk berbunyi, namun terkadang magnet bunyi si lonceng terlupakan berkat kesenangan mereka akan sesuatu di kelas pada beberapa pagi dan siang yang kami lalui. Bahagia itu memang terasanya bukan di dengkul tapi di dada yang bergemuruh hingga membuat darah berdesir karena murid-murid itu bertahan di kelas dengan mengacuhkan magnet bunyi si lonceng yang berdentang dua kali, dua kali dan sekali lagi, berdentang dua kali.  J  Seperti pemain sulap, seorang guru memang harus dapat mencipta suasaan belajar seperti pertunjukan, yang akan membuat para murid dapat melupakan magnet bunyi si lonceng dan menemukan magnet pada kegiatan belajar yang mereka lakukan, dan itu benar-benar sebuah tantangan. Menyelami dunia anak kecil yang menabjubkan, berbicara layaknya peri yang ringan tanpa amarah kepada mereka, karena mereka juga manusia.

 

Magnet bunyi si lonceng, ya si lonceng yang keberadaannya hanya ditemani oleh kesunyian gedung sekolah. Si lonceng yang mungkin hanya tergantung sendiri menikmati kesunyian malam hingga pagi menjelang, yang menjadi saksi bisu bagi para murid dan guru rajin berbaju rapi yang datang sejak pagi hari maupun bagi para murid dan guru yang terkadang datang terlambat. Itulah si lonceng, yang selama enam hari kita dengarkan bunyinya di sekolah. Si lonceng yang apabila kita memukulnya dengan keras, kita akan mendengar bunyinya yang kencang memekikkan telinga. Sebaliknya, ketika kita memukulnya dengan perlahan dan lemah, maka si lonceng pun hanya akan menghasilkan bunyi yang tidak seberapa.

 

Keberadaan si lonceng mengajarkan kita arti kehidupan, yang tak seharusnya kita meremehkan hal kecil. Si lonceng yang menua dan berkarat mengingatkan kita tentang sejarah pendidikan bangsa yang telah berlari, berjalan dan bahkan masih saja banyak yang merangkak dan terjepit bayangan sendiri. Keklasikan si lonceng membuat kita bernostalgia, ialah dulu yang kadang keberaannya tak pernah kita hiraukan, namun bunyinya selalu membuat kita mengerti akan sebuah hal, walau tanpa penjelasan. Si lonceng yang memiliki magnet pada bunyinya membangunkan kita agar tak menyia-nyiakan waktu yang tersedia, untuk apa kita sebenarnya hidup? Bukankah Si lonceng dipukul setiap kali untuk menghasilkan bunyi, lalu kenapa kita tidak “memukul” diri kita untuk dapat sedikit berbakti juga.


Cerita Lainnya

Lihat Semua