Cerita Mereka Tentang Jelajah

Ana Uswatun Hasanah 25 Agustus 2014

“Kapan bu kita akan menjelajah?”, itu adalah pertanyaan para murid yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka di sekolah dasar negeri 4 Langkahan, kabupaten Aceh Utara, SDN dimana saya ditmepatkan sebagai Pengajar Muda. Kegiatan ekstra yang digagas oleh  bu Milastri Mudzakkar (Pengajar Muda 2) dan dilanjutkan oleh bu Ratih Dwiastutik (Pengajar Muda 5) ini sangat digemari para murid.

            Hari Jumat dipertengahan bulan maret, kegiatan menjelajah yang ditunggu-tunggu pun tiba. Sejak pagi hari para murid anggota pramuka tak henti-hentinya bertanya kepada pak Rahman, salah satu guru pembina pramuka di sekolah kami mengenai bekal apa saja yang harus mereka bawa. Senang sekali melihat rona wajah sumringah mereka yang tak sabar untuk melakukan penjelajahan yang walaupun rute jelajah yang akan ditempuh hanyalah mengitari area desa mereka sendiri.

            Di pagi di hari senin yang cerah, dua (2) hari setelah pelaksanaan penjelajahan, seperti biasa saya ditemani kereta ungu saya, yah kereta ini satu-satunya kendaraan yang mengantarkan saya ke sekolah yang lumayan menguras keringat pabila ditempuh dengan berjalan kaki. Kereta adalah kata yang biasa digunakan masyarakat Aceh untuk menyebut sepeda bermotor, alias sepeda motor.

            Belum selesai benar saya memarkirkan kereta saya disamping pelataran kantor, seperti biasa para murid sudah mengulurkan tangan mereka untuk bersalaman dengan saya. Serasa menjadi artis dadakan, tangan ini akan menjadi rebutan untuk mereka salami, berkali-kali dan dibolak-balik. Tidak jauh dari tempat saya berdiri, sebagian murid bergerumul di depan kelas lalu beberapa menghampiri saya dan bertanya.

Bu Ana hari Jumat kemarin kemanalah? Kenapa tidak ikut kami menjelajah? Jelajahnya lucu bu”, Auliya, murid kelas VI itu mengawali teman-temannya yang lain berbicara. “Lucu kenapa?”, saya pun bertanya balik dengan memasang wajah penasaran. “Masa pak Rahman dan pak pelatih kelelahan menemani  kami menjelajah, padahal kami berjalan hanya sampai seberang masjid baru itu lalu kembali lagi ke sekolah”, terang muridku yang lain. “Itukan sudah cukup jauh untuk permulaan?” saya menimpali cerita mereka. “Untuk apalah kami bawa banyak botol air untuk bekal, jelajahnya hanya sampai seberang masjid baru itu bu, kami kan tiap hari ke sekolah lewat jalan itu, masa jalan kesana saja sudah capailah bapak-bapak itu”.

Jegrengggg, “Hahaha”, saya hanya dapat tertawa mendengar cerita mereka. Begitulah memang, jarak yang ditempuh saat jelajah pramuka di Jumat sore itu memang tidak seberapa jauh bila dibandingkan jauhnya jarak yang mereka tempuh menuju ke sekolah setiap hari. Masjid baru yang mereka maksut berada di tengah-tengah desa yang berjarak kurang lebih 1,5 km dari sekolah. Walau saya tidak dapat ikut serta dalam penjelajahan, namun dibalik itu, saya bersyukur masih dapat mendengar cerita menarik mereka melakukan sesuatu yang mungkin biasa mereka lakukan setiap hari, namun menjadi lebih bermakna apabila dikemas dalam bentuk yang baru, yang nantinya akan menjadi cerita lucu bagi mereka kelak. Semoga dilain waktu kita dapat menjelajahi luasnya Nusantara dan dunia ini. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua