info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Di Pintu Itu Kita Bertemu

AminahTul Zahroh 27 September 2015

Pesawat Garuda nomor penerbangan GA434 menurunkan saya di Praya, Sultan Muhammad Salahuddin yang merupakan bandara satu-satunya yang ada di Bima. Ya kami telah sampai di Dana Mbojo. Istilah ini sudah sangat populer di masyarakat, yang artinya Tanah Bima. Masih banyak lagi istilah-istilah lain yang digunakan masyarakat Bima.

Keriuhan bandara dengan orang yang lalu lalang baik itu turis maupun orang lokal tidak membuat kami kebingungan mencari orang-orang yang kami tuju.Dari keramaian aktifitas orang-orang yang sibuk memindahkan barang bawaannya di pintu itu saya melihat kerumunan orang yang memakai topeng-topeng yang sepertinya saya mengenalnya. Di tangannya membawa papan bertuliskan “Welcome Dana Bojo dan Selamat Datang PM X”. Tampak dari kejauhan topeng-topeng itu berjingkrak-jingkrak dan melambaikan tangan seolah-olah memanggil kami dari kejauhan. Sebut saja mereka itu adalah orang-orang terpilih dari penjuru Indonesia yang telah menyambut kami. Berbagai atribut yang mereka gunakan untuk kedatangan kami. Di balik topeng bergambar orang-orang luar biasa itu ada M. Catur yang memakai topeng bergambar wajah Bapak Hikmat Hardono selaku Direktur Eksekutif Indonesia Mengajar, Ajeng memakai topeng bergambar Ibu Weilin Han selaku mentor training senior terfavorit, Swanto memakai topeng bergambar Dimas selaku pengajar senior kami, Via  memakai topeng bergambar wajah Shofi selaku trustee Pengajar Muda Bima,  Aidel memakai topeng bergambar Sally Pristin yang merupakan Pengajar Muda angkatan pertama Bima, Ryanda memakai topeng bergambar wajah Rizki selaku camp manager trainingPM-X, Riri ia memakai topeng bergambar Tika selaku fasilitator saat masa pelatihan PM-X, Doni memakai topeng bergambar wajah Zihni Kamaludin dan Tri memakai topeng bergambar wajah okkie Prita PM-X yang sebelumnya sempat populer pada masa pelatihan PM-X.

Saya pribadi terharu dengan semua ini setelah perjalanan dari Jakarta menuju Bima, Nusa Tenggara Barat yang sangat melelahkan. Ketika saya melihat wajah-wajah bersemangat ini menyambut kami di depan pintu itu, semangat saya kembali bergelora di tengah kelelahan.

“Selamat datang di Dana Mbojo Pengajar Muda Angkatan X” teriakan dari balik topeng menyambut kami. diantara orang yang berlalu-lalang saya melihat seseorang yang tidak memakai topeng, ia tengah mengabadikan momen ini. Perawakan sedang, pembawaan kebapakan, penuh senyum, kulit sawo matang, dan terus menyuarakan “Kalembo Ade PM X” kala itu saya tidak memahami apa yang dikatakan. Saya tersenyum dan sesekali tertawa lepas saat menghadapi PM VIII yang telah menyiapkan ini semua. Saya menarik nafas panjang dan berkata dalam hati “akhirnya sampai juga di tanah Bima” kemudian saya memindahkan kacamata hitam ke atas kepala saya sambil menyalami satu persatu PM VIII. Teman-teman yang menyambut kami membantu barang bawaan. Kala itu saya berdoa “Ya Rabb beri saya kekuatan untuk melanjutkan segala usaha yang telah dilakukan oleh PM VIII”. Bagi saya, tahun 2015/2016 ini merupakan salah satu periode hidup dengan tantangan yang cukup besar. Kombinasi antara tanggung jawab yang harus saya emban di sekolah, di desa penempatan, di kecamatan, di kabupaten dan tentunya pada Negeri ini. Saya teringat perkataan Bapak Anies Baswedan Menteri Pendidikan dan kebudayaan, saat pelepasan ke 74 Pengajar Muda angkatan X di Wisma Handayani, Jakarta Selatan. Beliau mengatakan “Di pundak Anda ada nama Indonesia Mengajar, maka lakukanlah yang terbaik untuk tanggung jawab besar ini.” Pada pertemuan lain beliau juga mengatakan “Jika ada orang lain menanyakan siapa yang mengirim anda? Maka katakanlah saya datang untuk Indonesia”. Saya berharap bisa menjalani proses ini dengan baik, sehingga saya bisa mendapatkan pembelajaran yang berharga.

 

Setelah sambutan hangat tersebut, kami diajak menaiki bus pinjaman dari pemerintah Kabupaten Bima yang sudah terparkir di depan pintu keluar bandara. Bus ini disiapkan oleh Bapak Faturrahman ia sebagai Kasie Kurikulum di Dinas Dikpora Kabupaten Bima.

 

Sepanjang jalan menuju bascamp, kami dimanjakan oleh birunya Teluk Bima yang begitu indah. Keindahan ini mengingatkan saya pada salah satu ayat didalam Al Qur’an “Maka Nikmat Tuhan Manakah yang kamu Dustakan”. Mata saya masih dimanjakan kembali oleh hamparan petani garam di pesisir teluk Bima yang tengah melakukan aktifitasnya di sore hari. Di belakang saya, berdiri seorang wanita cantik penuh semangat yang sesekali menunjuk kearah luar. Ia sedang menjadi tour guide bagi kami. Mata saya terus berkaca-kaca, melihat kagum ke arah wanita cantik ini. Ia memuaskan kami dengan segala informasi kekayaan alam yang ada di Bima. Sebut saja ia Riri PM VIII yang ditempatkan di Kecamatan Langgudu.Ia menjelaskan dengan suara lembut yang sesekali diiringi dengan senyum dan tawa lepas. Bibirnya kering dan pucat, mungkin sudah terlalu lama menunggu kami di depan bandara. Meskipun begitu, ia sangat antusias dan penuh apresiasi setiap kali kami mengajukan pertanyaan.

 

Saya sungguh bahagia mendapatkan sambutan luar biasa ini. Suatu  awal pertemuan yang sangat hangat bagi saya.

 

Saya sungguh beruntung bisa menjadi penerus mereka. Berharap di mana-mana inisiatif sosial bisa tumbuh dan berkelanjutan nantinya di Bima.

Tentu masih banyak lagi pengalaman yang ingin PM VII bagikan kepada kami mengenai Kabupaten Bima. Selalu menyenangkan bahwa ada banyak orang baik terus bekerja di muka bumi Indonesia.

Terimakasih untuk segala capaian dambaan yang telah diraih, untuk semangat kepeloporan, harapan dan cita-cita Bima di masa yang akan datang.


Cerita Lainnya

Lihat Semua