“Bertemu Karena Ilmu, Berpisah Karena Cita-Cita”

Afriza Firlana Ghany 26 Februari 2016

Namanya adalah Bapak Amatus seorang pembantu guru dari SD Inpres Argapilong , Kabupaten Pegununungan Bintang, Papua. SD tersebut terletak di District Serambakon tepatnya di Desa Okatem, untuk menempuh desa tersebut harus melewati perjalanan kaki menyusuri hutan dan gunung selama kurang lebih 1  jam 30 menit dari mata jalan karena keterbatasan akses yang dimiliki, perjalanan ke Desa Okatem ditemani pemandangan  gunung-gunung yang diselimuti awan, sungguh lukisan Tuhan yang sangat luar biasa. Desa Okatem adalah tempat dimana akan banyak cerita yang membuat saya semakin semangat untuk menjalankan hidup,  salah satunya adalah kisah bapak Amatus seorang pembantu guru yang selalu mengajar kelas 1-3 karena keterbatasan guru yang dimiliki. Beliau adalah orang yang hampir setiap pagi membunyikan lonceng sekolah ketika anak-anak sedang asyik berlarian di halaman sekolah,  namun beliau tidak pernah pantang menyerah dalam memberikan ilmu yang dia punya. Kemauan beliau mengajar berangkat dari semangat anak-anak yang begitu tinggi untuk pergi bersekolah walaupun di sekolah hanya ada kepala sekolah yang mengajar. Beliau mempunyai cita-cita sebagai guru usahanyapun sudah cukup keras tapi Tuhan masih berkata lain, oleh karena itulah bapak Kepala Sekolah meminta Bapak Amatus untuk membantu mengajar kelas 1-3 sedangkan kepala sekolah mengajar kelas 4-6. Beliau mengajar dengan sangat ceria setiap hari, mengajak anak-anak mengenal huruf dan angka agar anak-anak semakin lancar dalam membaca dan berhitung. Setelah selesai mengajar beliau tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga untuk pergi berkebun atau hanya untuk sekedar kerja kolam. Masih terekam baik dalam ingatan saya pada saat saya bersama Eliya,Niar dan ditemani officer Indonesia Mengajar Ka Rizky sampai di Desa Okatem, Bapak Amatus adalah orang yang memberikan sentuhan pertama kepada kami mengantarkan keliling Desa untuk berkenalan dengan Masyarakat, dan sedikit menceritakan tentang Desa Okatem. Kamipun diajak singgah ke rumahnya, berkenalan dengan istrinya yang sekarang kita panggil Mama Maria dan satu orang anaknya bernama Rosita siswi kelas V SD Inpres Argapilong yang sekarang adalah murid saya di Sekolah. Setelah melakukan perbincangan pandangan sayapun tertuju kepada secarik kertas yang ditempel didepan kamar Rosita, isinya adalah puisi-puisi namun pandangan saya semakin tertuju kepada satu titik tulisan “Bertemu Karena Ilmu, Berpisah Karena Cita-Cita”  sayapun langsung bertanya.

Bapak tulisan ini buatan siapa?” saya bertanya dengan penuh antusias.

“Itu buatan Rosita, dorang ada catat catatkah gambar-gambarkah lalu dong tempel di depan kamar itu” Ucap bapak Amatus.

Kata-kata itu sungguh sangat menyihir kami yang membacanya, bagi saya kata-kata itu seperti mantra baru dalam hidup, seperti energy baru yang sangat positif bagi hidup saya, ternyata bapak Amatus juga memiliki anak yang sangat luar biasa. Kata-kata itu menyadarkan saya akan banyak hal terutama arti kata perpisahan, saya adalah termasuk orang yang kurang senang dengan kata-kata perpisahan namun kata berpisah kali ini terdengar amat sangat positif jika kita berpisah untuk sama-sama mengejar cita-cita. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua