Wahana Ruang Belajar Musi Banyuasin

AfifAlhariri Pratama 29 Maret 2016

Berawal dari keriuhan Festival Gerakan Indonesia Mengajar dengan salah satu tujuan utama yakni mengajak seluruh masyarakat bekerja sama untuk pendidikan, maka lahirlah beberapa wahana dimana salah satunya adalah Ruang Belajar (rubel). Ruang Belajar merupakan wahana dengan aktivitas berupa pengumpulan dan penyebaran ragam metode belajar kreatif dari dan ke seluruh penjuru Nusantara. Melalui wahana ini, para pendidik diajak untuk menuliskan ragam metode pengajaran mereka melalui media komputer (daring) agar bisa dengan mudah dilihat dan diaplikasikan oleh pendidik lainnya atau masyarakat luas.

Kali ini rubel dilaksanakan di kabupaten Musi Banyuasin yang difokuskan kepada dua kecamatan penempatan Pengajar Muda (PM) yakni kecamatan Bayung Lencir dan Lalan. Dengan tagline Belajar itu asyik, rubel yang diwakili oleh para sahabat rubel memfasilitasi guru – guru di dua kecamatan tersebut untuk mengeksplorasi ide – ide mereka di dalam membuat metode pengajaran kreatif.

Diawali dengan mengenalkan apa itu rubel dan manfaatnya, kemudian penjelasan tentang metode penulisan ilmiah beserta contoh – contoh pembelajaran kreatif yang pernah terdokumentasikan di web maupun buku rubel, selanjutnya guru – guru membuat media kreatifnya sendiri.

Satu demi satu kertas karton digunting, ditempel – tempel dan diberi warna. Sesekali guyonan keluar menghiasi atmosfer kelas yang sedikit gelap karena mendung. Ada pula yang berdebat mengenai media apa yang harus dibuat karena banyaknya ide yang disajikan di kelompok tersebut. Para sahabat rubel yang menjadi fasil dibantu oleh PM tersenyum – senyum melihat tingkah guru yang hari itu malah memposisikan dirinya sebagai murid – murid yang sedang bermain – main.

Setelah media kreatif yang dibuat telah jadi, setiap kelompok guru diminta untuk mempresentasikan hasil karyanya. Metode yang digunakan, kami menyebutnya, metode pasar. Dimana setiap kelompok yang terdiri dari lima orang berbagi tugas. Dua orang sebagai penjual hasil karya dan tiga sisanya menjadi pengunjung pasar. Tugas penjual adalah mencari sebanyak mungkin calon pembeli dengan berbagai cara. Boleh dengan berteriak, memukul meja atau menarik tangan calon pembeli.

“Yang ikan. Yang ikan.”

“Ayo. Ayo. Mari kesini. Mari kesini. Bagan tumbuhannya masih segar. Murah.”

“Itu apa, bu?” Tanya salah seorang pembeli kepada pedagang yang sedang memegang kumpulan kotak – kotak berwarna emas.

“Oh ini namanya kado Pancasila. Jadi isinya adalah lambang – lambang yang ada di masing – masing sila kemudian dicocokkan ke tabel sila yang sesuai.” Ibu Yen menjelaskan sambil mempraktekkan apa yang ia katakan.

“Wah disini masih sepi ya, Bu?” saya mengunjungi salah satu stand jualan. “Kurang keras mungkin teriakannya, bu.”

Seketika kelas menjadi riuh tak ubahnya pasar sungguhan. Para pedagang berteriak menjajakan hasil karyanya. Tak mau calon pembelinya melirik dagangan lain, mereka melakukan berbagai cara salah satunya berteriak sekencang mungkin. Satu pedagang malah sampai berdiri di atas kursi dan memanggil – manggil pengunjung. Mereka menjelaskan hasil karya tak ubahnya seorang marketing profesional yang sedang menawarkan produk. Pembeli juga tak kalah cerdik. Mereka menguji hasil karya sang penjual, bertanya – tanya dan memberikan saran.

Ruang kelas yang abu – abu dilanda mendung menjadi cerah karena tawa yang mengiringi.

Tepat pukul 15.30 pelaksanaan rubel selesai. Guru – guru memberikan feedback bahwa hari itu mereka merasa senang karena mendapatkan inspirasi dan pengalaman baru, terutama dalam hal metode mengajar.

Kegembiraan dan haru menjadi paripurna pada hari itu. Satu sisi semangat dari relawan yang jauh – jauh datang dari Jakarta ke Musi banyuasin (bahkan sampai ada yang ketinggalan pesawat dan tidur di bandara) bertemu dengan keceriaan guru – guru yang menemukan sahabat – sahabat baru. Relawan mendapatkan insight, guru – guru mendapatkan inspirasi. Semua menyatu dalam semangat untuk membawa masa depan pendidikan Musi banyuasin yang lebih baik secara khusus dan Indonesia secara umum.

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua