info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Renungan Seorang Guru

AfifAlhariri Pratama 6 Mei 2016

The mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher inspires.” – William Arthur Ward

Pasca kegiatan Ruang Berbagi Ilmu yang menghasilkan sebuah deklarasi Gugus Guru Inspiratif, dua hari setelahnya, saya diundang ke dalam grup Whatsapp dengan nama Komunitas Guru Lalan. Ada dua hal yang perlu dicatat. Pertama adalah perlahan – lahan guru di Lalan mulai melek teknologi. Kedua adalah dengan grup ini  maka sinergi antara guru dengan stakeholder lain akan terus berjalan tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Saya menjadi terharu ketika membaca sebuah tulisan yang dimuat oleh pak Sarwo Edi Wibowo di grup tersebut pada suatu sore. Sebuah tulisan yang jujur, reflektif dan penuh dengan semangat perubahan.  Membaca tulisan tersebut seperti menemukan oase dari seorang guru yang ingin melihat murid – muridnya berhasil dan sukses.

Lao Tze pernah berkata bahwa every great journey starts with single step. Kalimat tersebut bila kita tarik ke ranah gerakan pendidikan dapat didefenisikan sebagai di setiap perubahan besar, ada langkah – langkah kecil yang menyertainya. Menegasikan perubahan kecil sama dengan memadamkan satu api semangat yang seharusnya harus tetap terjaga. Karena tanpa semangat, perubahan hanyalah pepesan kosong. Mimpi di siang bolong.

Untuk menjaga semangat itu,  izinkan saya membagi tulisan beliau yang mudah – mudahan bisa menjadi virus positif yang mewabah di segenap penjuru negeri.

********

Renungan Sore Ini. Sore ini aku merenung seorang diri di depan teras rumah, merenungkan tentang segala sesuatu yang telah aku lakukan sebagai seorang guru. Aakah sesuatu yang bisa menginspirasi murid – muridku, akankah diantara mereka kelak dua puluh tahun yang akan datang menyampaikan kebanggaannya. Bahwa aku adalah sosok inspirasi yang membuat mereka sukses sekarang.

Sungguh kelak aku merindukan murid – muridku bukan hanya orang – orang yang sukses secara ekonomi, tetapi juga mulia dalam akhlak. Karena itulah yang paling aku impikan. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada zaman itu, dua puluh tahun yang akan datang, zaman yang aku mungkin telah tiada atau mungkin aku yang sudah mulai tua.

Aku pun tak berharap kelak ada murid – muridku ada yang mengatakan “mimpi – mimpiku hancur karena guruku”. Sungguh aku berlindung kepada Allah dan memohon ampun kepadanya, jika pada waktu yang sudah kulewati ada kata dan sikap yang menyakitkan dan menyayat hati murid – muridku. Ah, rasanya menyesal diriku jika ku ingat dulu aku pernah membentak di antara murid – muridku, memukul meja, berteriak dengan kencang di dalam kelas, karena ketidaksabaranku mendidik mereka.

Aku pun tidak berharap kelak ketika aku sedang berjalan, berpapasan dengan murid – muridku, mereka tidak menyapaku. Mungkin karena kesalahanku di masa lalu bahwa aku tidak pernah menyapa mereka, saat – saat mereka sedang di bangku sekolah. Atau karena aku tidak memperhatikan mereka saat mereka butuh perhatian dari seorang guru sepertiku.

Kelak ketika mereka sudah lulus sekolah, sungguh tak ingin aku mendengar mereka tertawa dengan riangnya, karena menertawakan kebodohanku sebagai guru. Aku tidak ingin dikenang sebagai sosok guru yang tidak bersahabat bagi mereka, tidak berwibawa, membosankan, tidak asyik dan segala cap jelek lainnya.

Tak ingin menjadi sosok yang tidak istimewa bagi murid – muridku, pagi ini aku bertekad menguatkan diri untuk terus mengasah diri untuk menjadi guru inspiratif  bagi murid – muridku. Aku ingin dikenang sebagai guru yang inspiratif bagi murid – muridku yaitu guru – guru yang kata – kata serta perilakukanya bisa diteladani.

 

 

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua