info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Gebyar Ramadhan ala Anak Talang

Adhi Rachman Prana 22 September 2012

Dalam rangka memeriahkan Ramadhan dan memotivasi anak-anak untuk berani tampil di depan publik, aku pun berinisiatif untuk membuat perlombaan kecil-kecilan bertajuk Gebyar Ramadhan di Talang Tebat Rawas. Dengan memberdayakanpara bujang dan gadis setempat sebagai panitia, akhirnya terlaksanalah berbagai perlombaan keagamaan dengan cukup meriah. Ada lima kategori lomba yang diadakan, yaitu lomba adzan, lomba baca puisi Islami, lomba Wudlu, lomba busana muslim dan lomba mewarnai untuk anak-anak kelas rendah.

Setiap peserta diharuskan tampil dengan percaya diri, aku sangat menekankan bahwa yang terpenting adalah prosesnya. Bukan hasilnya, menang atau kalah. Aku menanamkan nilai sportivitas dan semangat juang dalam berusaha untuk mencapai sesuatu. Hasilnya? Beberapa anak memang tampak gugup dan malu-malu ketika mereka mengikuti lomba adzan, baca puisi, wudlu maupun busana muslim. Namun, secara keseluruhan mereka mulai mampu menguasai diri dan berani berekspresi di depan puluhan warga Talang dari berbagai usia yang ikut menonton perlombaan dari jendela mesjid.

Beberapa kejadian menggelikan pun sempat terekam kameraku. Mulai dari seorang anak yang lupa kalimat selanjutnya setelah “Hayya Alal Falaaah”, sehingga ia hanya terdiam selama kurang lebih 5 menit untuk menemukan lanjutannya. Ada pula yang saking semangatnya mengumandangkan adzan atau bahasa disininya ngebang, suaranya yang cempreng terdengar melengking menyakitkan telinga yang mendengar karena mulutnya benar-benar ditempelkan ke microfon butut yang kepalanya sudah setengah terlepas. Warga pun tertawa sambil menutup telinga, berusaha meredam masuknya bunyi ke telinga mereka. Pada lomba peragaan busana, kebanyakan pesertanya adalah perempuan. Saya memang membebaskan mereka untuk berkreativitas dengan membuat sendiri aksesoris tambahan untuk mendukung penampilan mereka di pentas. Sebagian besar membuat mahkota kepala dari kertas yang diwarnai dan mengikatnya dengan karet di kepala mereka. Dengan diiringi lagu Ramadhan Tiba-nya Opick, satu persatu anak-anak tersebut mulai melenggang anggun dalam balutan busana muslim yang lucu-lucu. Ada yang sudah percaya diri, namun masih banyak pula yang lari terbirit-birit manakala banyak warga yang tertawa. Pada lomba wudlu, ada peserta yang mengundang gelak tawa penonton karena urutannya yang salah, penonton pun ribut memberi tahu. Juga ada yang tidak hapal doa setelah berwudlu secara utuh.

Kegiatan Gebyar Ramadhan dilanjutkan dengan acara buka bersama di mesjid. Banyak sekali makanan kiriman warga, kami pun menyantap dengan lahap berbagai hidangan khas Sumatera Selatan tersebut dengan lahap setelah adzan Maghrib berkumandang. Selesai Sholat Isya dan Tarawih acara ditutup dengan diputarkannya film Sang Pencerah melalui mini proyektor dari Acer. Warga yang menonton sangat antusias, walaupun tidak sebesar layar tancep, namun minimnya sarana dan fasilitas hiburan disini membuat warga betah menonton film sampai usai. Pukul 11.28 film baru selesai. Beberapa anak ada yang tertidur lelap di pangkuan orang tua mereka. Aku pun membereskan peralatanku. Mesin genset sudah mati. Bersama panitia kami bergegas menggulung kabel-kabel, kardus, mencabut layar dan merapikannya. Rasa lelah dan kantuk datang menyerang, tapi kami tetap senang. Terlebih, beberapa Bapak-bapak dan Ibu-ibu menanyakan “Kapan Pak Adi ada putar film lagi?”, kantuk pun berganti menjadi senyum mengembang.

 

                              Tebat Rawas, 12 Agustus 2012

Salam Hangat,

Adhi Rachman Prana


Cerita Lainnya

Lihat Semua