Belajar Mengelola Perpustakaan
Ade Susilo 27 Oktober 2014Tiga orang siswa kelas tiga berjalan pelan melintasi lapangan. Satu siswa memeluk buku cerita dogeng. Dua orang siswa lain sibuk bercerita sambil menunjuk halaman buku yang menarik. Rupanya mereka berdua saling pamer betapa kerennya buku pengetahuan alam yang sudah dibaca. Tujuan mereka adalah masuk antrian barisan pengembalian buku. Lalu ke rak – rak buku, mencari buku yang lain. Dan akhirnya mengantri lagi di barisan peminjaman buku sebelum perpustakaan tutup.
Tiga bulan yang lalu, para siswa belum boleh meminjam buku di perpustakaan. Karena tidak adanya petugas perpustakaan atau pustakawan. Padahal boleh dikatakan perpustakaan sekolah memiliki koleksi buku yang bagus. Penataan rak dan buku dan meja baca juga cukup rapi. Dan yang terpenting adalah minat baca siswa yang tinggi. Bisa dilihat dari banyaknya siswa yang membaca buku diperpustakaan saat dibuka, dari kelas satu sampai kelas enam.
Hingga minat baca itu juga menular. Orang tua siswa yang juga ingin membaca buku yang ada di perpustakaan sekolah. “Pak, saya boleh pinjam dan bawa pulang buku perpustakaan sekolah? Saya cerita ke ayah saya dan ia tertarik dengan buku yang ada di perpustakaan.” Itulah yang dikatakan salah seorang siswa.
Lalu, apa yang dapat dilakukan? Beberapa siswa kelas enam bisa diajak untuk menjadi petugas perpustakaan. Tugasnya sederhana, yaitu mencatat buku yang dipinjam dan dikembalikan. Waktu peminjaman buku hanya tiga hari. Jika terlambat, akan dikenakan denda sebanyak lima ratus rupiah setiap hari keterlambatan. Jika terlambat satu hari, dikenakan lima ratus rupiah. Dua hari, seribu rupiah dan seterusnya. Tiga orang siswa menjawab dengan yakin, ya, mereka mau.
Selang beberapa hari, aturan peminjaman dan pengembalian mulai dijalankan. Diluar dugaan banyak para siswa yang sangat antusias. Akibatnya terjadi keributan di meja peminjaman dan pengembalian. Beberapa siswa mempertanyakan mengenai denda yang dikenakan akibat keterlambatan. Susunan buku di rak yang teracak – acak. Halaman buku banyak yang robek dan terlepas. Di lorong rak buku, siswa duduk sembarangan sehingga menggangu siswa lain yang mencari dan mengambil buku dari rak. Ruang perpustakaan juga menjadi gaduh karena siswa saling berteriak. Ini bukan sesuatu yang salah, ini adalah bukti bahwa siswa memiliki minat tinggi untuk membaca buku di perpustakaan. Ini juga bukti bahwa perpustakaan termanfaatkan, bukan ditelantarkan.
Untuk mengatasi yang muncul, langkah yang diambil adalah membuka pendaftaran terbuka bagi para siswa kelas 4, 5 dan 6 yang ingin menjadi pustakawan. Total ada 18 orang pendaftar. Jadwal petugas perpustakaan disusun. Pustakawan baru diberi arahan tentang tugas pustakawan sekolah. Tiga orang pustakawan sebelumnya mendampingi pustakawan baru saat bertugas. Semuanya mengerti. Pustakawan baru juga menjalankan tugasnya dengan cukup baik. Aturan perpustakaan dibuat secara tertulis.
Para siswa lain diberi arahan dan pengertian tentang aturan perpustakaan saat apel pagi. Saat diperpustakaan pun, para siswa diingatkan. Terutama menjaga ketenangan di dalam perpustakaan dan antri ketika meminjam atau mengembalikan. Ingatkan juga untuk menjaga buku dengan baik, tidak dilipat dan dirobek. Sebagai guru, tidak perlu setiap hari melakukannya. Kita dapat mendorong pustakawan untuk melakukannya. Namun kontrol perlu dilakukan, misalnya seminggu dua kali.
Mendorong para siswa menjadi pustakawam memberikan pengalaman baik. Dari sekedar mencatat peminjaman dan pengembalian, siswa belajar membuat pembukuan sederhana. Mendampingin teman lain, siswa belajar berbagi pengetahuan yang dimiliki. Menjadi pustakawan, juga berarti belajar membagi tugas. Bagi siswa lain, perpustakaan mengajarkan mereka untuk antri dengan baik. Mereka juga belajar mencintai buku dan menjaganya. Denda yang dikenakan, mengenalkan mereka untuk menaati peraturan. Jika melanggar, akan ada konsekuensi.
Guru belajar memberikan tanggung jawab pustakawan kepada siswa artinya memberikan kepercayaan pada siswa. Kepercayaan bahwa ternyata siswa dapat diberi tanggung jawab sekaligus pengalaman dan pembelajaran langsung cara mengelola suatu perpustakaan. Lebih besar lagi, buku – buku yang ada bisa dibaca lebih banyak orang. Dan perpustakaan bisa dijalankan sebagaimana fungsi perpustakaan.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda