info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Memanfaatkan Momentum dengan Ciptakan Dentum

30 Juli 2020

Hampir tujuh puluh lima tahun sejak Bung Karno dan Bung Hatta membacakan Teks Proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No.56, untuk pertama kalinya dunia pendidikan kita ada dalam keadaan yang paling ekstrem: sekolah ditutup. Barangkali, Jalan Pegangsaan Timur yang kini berubah menjadi Jalan Proklamasi tak seramai biasanya. Huru-hara kendaraan tak sepadat hari-hari tanpa pandemi. Pelaksanaan pembelajaran pun dilakukan jarak jauh akibat adanya pandemi yang tak hanya melanda Indonesia, tetapi juga seluruh dunia. Mau tidak mau, suka tidak suka, belajar harus dilaksanakan dari rumah untuk membatasi Covid-19  demi menjaga keselamatan dan kesehatan peserta didik, juga warga sekolah. 

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menjadi tantangan bersama bagi semua pihak terdampak karena bertumpu kepada kemajuan teknologi dan pemerataan sebaran informasi. Tanpa mencantumkan data pasti, kita sudah pasti bisa mengatakan bahwa belum semua tempat di Indonesia memiliki infrastruktur teknologi yang baik. Listrik dan internet masih menjadi barang mewah bagi beberapa tempat di Indonesia. Celakanya, di daerah tersebut ada anak-anak Indonesia yang terus tumbuh dan belajar setiap hari. Kondisi lain, guru-guru kita juga masih belum terbiasa dengan penggunaan platform digital dalam menyampaikan materi belajar dan memfasilitasi peserta didik. Belum lagi masalah kesejahteraan ekonomi yang berkaitan secara langsung terhadap kemampuan orang tua dalam menyediakan gawai dan membekali fasilitas internet bagi anaknya. Kecanggungan Pembelajaran Jarak Jauh segera dirasakan bagi orang tua yang selama ini merasa tanggung jawab mendidik dan mengajar anak berada di pundak guru. 

Di sisi lain, pandemi juga memunculkan fenomena baru. Kita semua dipaksa untuk beradaptasi dengan keadaan yang serba sulit seperti ini. Jika kita melihat dengan adil, ternyata ada fenomena baru yang dapat kita petik dan harus dijadikan momentum. Momentum inilah yang harus kita sadari dan memanfaatkan bersama. Momentum belajar dan berbenah.

Mari kita mulai dengan momentum belajar. Hari ini, hampir setiap hari muncul kelas-kelas daring yang bisa dimanfaatkan oleh pihak yang bersinyal untuk meningkatkan kapasitas. Guru yang tadinya belum mengenal platform digital akhirnya mendengar, mengetahui, dan belajar menggunakannya. Komunitas-komunitas belajar guru pun terbentuk. Saling bertanya dan berbagi ilmu pengetahuan kini lumrah kita saksikan bersama, baik yang memang difasilitasi oleh institusi pendidikan maupun inisiatif perorangan dan kelompok. Akhirnya, bapak dan ibu guru kita melakukan apa yang selama ini diharapkan kepada siswa didiknya: belajar. Momentum belajar seperti ini, jika dirawat dan menjadi kebiasaan yang tertanam tentunya akan menimbulkan efek baik ketika kelak kita semua lulus melewati pandemi. Rasa penasaran ingin tahu dan belajar terus menerus seperti inilah yang nantinya harus tetap dipupuk dalam bentuk Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau komunitas yang menjejaringkan satu dengan lainnya untuk tujuan kemajuan.

Sebagai contoh, mari bersama kita terbang ke Sumatra Selatan, tepatnya di Kabupaten Musi Rawas. Di awal ajaran baru 2020, mendengar kabar dari Pengajar Muda yang sedang bertugas, Dinas Pendidikan setempat mengadakan pelatihan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diikuti oleh tak kurang dari 200 guru sekolah dasar. Guru-guru tersebut kemudian dibagi menjadi 4 kelompok, di mana setiap kelas terdapat mentor untuk membimbing peserta kelas. Mentor ini diisi oleh guru yang lebih dulu mengetahui cara menggunakan platform digital.

Meskipun pelatihan daring ditujukan kepada guru-guru sekolah dasar, akan tetapi kesuksesan pelaksanaanya tak lepas dari campur tangan seorang guru SMP, yaitu Pak Surono. Pak Surono yang bertindak sebagai fasilitator dengan sabar menyampaikan materi bagi guru lainnya dan menjawab pertanyaan satu persatu. Di akhir sesi, fasilitator memberikan tugas agar guru senantiasa belajar dan membiasakan diri menggunakannya di luar kelas. Selanjutnya jika menemui kesulitan, guru-guru dapat bertanya kepada mentor kelas. Kabar baiknya lagi, pemateri yang ditunjuk sebagai fasilitator dan mentor adalah guru-guru asli Musi Rawas. Beliau-beliau sudah saling mengenal satu sama lain dan tinggal di daerah yang sama. Jika momen ini dimanfaatkan dengan baik dan ekosistemnya terus dipelihara, maka nuansa belajar seperti ini akan menjadi angin segar dalam dunia pendidikan kita.

Sejalan dengan itu, orang tua yang tadinya beranggapan bahwa mendidik dan mengajar hanya tanggung jawab guru, kini harus berpartisipasi aktif karena pembelajaran dilaksanakan di rumah. Anggapan yang tadinya tugas orang tua hanya mencari uang untuk biaya sekolah anak kini terbantahkan. Orang tua akhirnya merasakan bahwa tantangan menjadi teman belajar bagi anak ternyata cukup rumit. Mau tidak mau, orang tua juga belajar. Ketika kesadaran ini muncul, momentum ini harus diproduksi terus menerus agar partisipasi orang tua sebagai menjadi mitra guru dalam perkembangan anak di rumah bisa dimaksimalkan, tidak hanya sebatas seremoni pembagian laporan hasil belajar di akhir semester saja.

Setelah terbentur, sungguh sia-sia apabila tak terbentuk. Momentum selanjutnya yaitu berbenah. Tidak meratanya fasilitas dan infrastruktur pendidikan di seluruh negeri harus menjadi momentum berbenah bagi kita semua. Jaminan bahwa semua anak pertiwi mendapat pendidikan yang layak sudah diamanatkan oleh undang-undang. Walaupun jumlah jiwa anak-anak kita terbilang sedikit jika dibandingkan jumlah seluruh jiwa di Indonesia, tetapi mereka tetap anak-anak kita, anak-anak Republik Indonesia yang dijanjikan haknya untuk mendapat pendidikan yang baik.

Sepanjang berharap merupakan satu-satunya kemerdekaan tak yang dapat direnggut orang lain, maka sebaiknya kita berdoa agar momentum ini tidak terlewat begitu saja. Semoga kita tidak hanya melihat serta merasakan pahitnya pandemi. Mari belajar dan berbenah bersama.

 

***
Redaksi Pojok Refleksi Indonesia Mengajar


Konten Lainnya Lainnya

Lihat Semua