info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Roadshow Akbar Gerakan Indonesia Mengajar: Yogyakarta Bergerak!

17 Oktober 2012

Ernest François Eugène Douwes Dekker percaya gagasan akan meraksasa jika dituturkan agar menjelma jadi gerakan. Karenanya, dia tak mengendapkan ide besar bahwa setiap jengkal Hindia Belanda harus hidup mandiri dan memiliki pemerintahannya sendiri. Otak di balik Indische Partij yang biasa dipanggil Nes ini menyambangi kota demi kota untuk menemui para kaum cendekia guna menyampaikan gagasan tentang nusantara yang berdaulat penuh atas dirinya.

Ada delapan kota yang jadi tujuan roadshow Nes, Yogyakarta termasuk di dalamnya. Di salah satu simpul intelektualitas nusantara itu kedatangan Nes disambut meriah oleh para mahasiswa. Di kota itu, dia berdiskusi seru dengan Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat, dua mahasiswa yang kelak bergandeng bersama Nes mendirikan Indische Partij. Di kemudian hari, kita mengenal Indische Partij sebagai organisasi yang pertama dan paling galak mempropagandakan kemerdekaan.

Proses hampir seratus tahun silam itu mengajari kita bahwa ‘roadshow’ dan ‘Yogyakarta’ adalah kata kunci dalam tonggak sejarah pergerakan kemerdekaan di Indonesia. Yogyakarta punya tradisi sebagai tempat menginkubasi ide besar pembentuk negeri ini. Yogyakarta juga punya sumber daya beribu mahasiswa dan pelajar yang haus mencari pengetahuan dan menelisik sumber kebenaran. Kultur dan masyarakat membingkai itu semua, menjadikan banyak hal penting bermula dari Yogyakarta.

Pada 1952, Universitas Gajah Mada (UGM) memulai program Pengiriman Tenaga Mahasiswa (PTM). Program yang berangkat dari realita minimnya jumlah SMA beserta tenaga pengajarnya ketika republik ini masih bayi. Pendek kata, mahasiswa UGM dikirimkan ke berbagai daerah di Indonesia untuk menjadi tenaga pengajar SMA dan membidani berdirinya sekolah di banyak titik di Indonesia. Salah satu pengajar PTM yang dikirim itu adalah Koesnadi Hardjasoemantri, dia berangkat ke Nusa Tenggara Timur.

Koesnadi yang kelak menjabat rektor UGM, setuntas tugasnya mengajar di Kupang, pulang dengan membawa pula tiga siswa-siswanya yang paling cemerlang untuk bersekolah di Jawa. Salah satu di antara mereka adalah Adrianus Mooy, putra asli Rote, pulau yang letaknya di bagian paling selatan Indonesia. Koesnadi jelas tak salah memilih murid karena terbukti Adrianus kemudian menjadi ekonom cerdas hingga diangkat sebagai Gubernur Bank Indonesia periode 1988-1993.

Ide PTM ini pula yang mengilhami Anies Baswedan untuk menginisiasi Gerakan Indonesia Mengajar. Sebagai ikhtiar mencerdaskan kehidupan bangsa, Indonesia Mengajar ingin mengajak setiap orang untuk ikut turun tangan, mengambil bagian dalam upaya meningkatkan kondisi pendidikan di Indonesia. Gerakan ini dimulai dengan mengirimkan sarjana terpilih untuk menjadi guru di daerah yang kekurangan. Hingga saat ini, Indonesia Mengajar telah mengirimkan 241 Pengajar Muda ke 16 kabupaten di seluruh Indonesia.

Sebagai gerakan, Indonesia Mengajar tak cukup hanya menjadi program pengiriman guru. Gerakan Indonesia Mengajar ingin mengajak pemangku kepentingan lain untuk bersama-sama terlibat dan ambil bagian dalam menuju satu cita-cita. Seperti ingin menapak tilasi sejarah besar dan pertalian antara pergerakan, Kota Pelajar serta Indonesia Mengajar, maka digelarlah Roadshow Akbar Indonesia Mengajar Yogyakarta 2012 di Grha Sabha Pramana, UGM pada Selasa, 16 Oktober lalu.

Yogyakarta masa kini seolah mengonfirmasi itu. Sekitar 2.500 audiens memadati gedung hingga mendekati kapasitas maksimalnya. Mereka bukan hanya pelajar dan masyarakat Yogyakarta, ada pula segelintir yang datang dari Solo, Purwokerto, Semarang, hingga Medan. Uniknya, kehadiran puluhan komunitas peduli pendidikan yang bergiat di Kota Pelajar dan sekitarnya ikut menyemarakkan Roadshow Yogyakarta. Semua ikut merayakan setiap denyut kepedulian terhadap pendidikan.

Roadshow Indonesia Mengajar di Yogyakarta sudah berakhir, selang sehari kemudian digelar pula roadshow di Universitas Airlangga, Surabaya. Seperti roadshow Nes pada zaman itu, perjalanan belum usai dan kota-kota berikutnya menunggu giliran. Gagasan ini perlu terus diceritakan hingga upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan berhenti mengutuk kegelapan menjadi semangat setiap orang. Mari ikut menyalakan lilin dan melakukan perbaikan. Sekarang.


Kabar Lainnya

Lihat Semua